TELAK
Peringatan! Alur di setiap bab ekstra adalah acak!
Tinggalkan jejak jika bertemu typo!
Enjoy!
.
.
.
.
.
.
.
.Seharusnya Sakura bicara dengan orang itu. Jika saja dia tahu borok dalam kehidupannya sangat bernanah dan bisa dengan mudah membusuk, dia pasti membeberkan situasinya dengan orang-orang kepercayaan sebelum mengasingkan diri di tempat ini. Terutama pada pria yang telah dia sisihkan dari kehidupannya.
Penyesalan itu hinggap dalam hatinya, hanya beberapa hari setelah dia mengakrabkan diri dengan tempat kerja baru. Selama berminggu-minggu, setiap malam air matanya jatuh karena perasaan bersalah yang menyelimutinya. Jika bukan karena lelah setelah seharian bekerja nyaris tanpa istirahat, mungkin Sakura tetap terjaga sampai pagi sambil meratapi keputusannya untuk pergi tanpa kata dari lelaki itu. Dia pasti membiarkan air matanya semakin terkuras karena keputusan sempitnya yang dia lemparkan pada seseorang yang jauh di sana. Sakura mengakui kesalahan fatal dalam hidupnya kini. Sungguh ironis.
Wanita muda itu sedang memandangi lautan di hadapan, mengusik kenangan indah yang pernah menjadi anugerah. Ini kali pertama ia bisa menikmati alam sekitarnya, setelah membiarkan waktu membantunya lebih tenang dari tahun-tahun yang lalu. Dia duduk di sebatang kayu, yang barangkali telah terombang-ambing di samudra lepas sebelum terdampar ke sini, sambil menunggu seseorang. Apa kayu ini lebih lama menderita daripada dirinya, atau hanya berasal dari suatu tempat yang begitu dekat? Bagian kayu yang mana saja telah lapuk karena air? Sakura penasaran penderitaan apa yang dialami si kayu setelah patah dan terpisah dari sumber kehidupannya di tanah.
Jika diingat-ingat lagi, dia sering tiba-tiba tertawa remeh, menyadari betapa menjijikkan cara hidup yang pernah ia jalani. Pertumbuhannya palsu, persis seperti yang telah dirasakannya dulu, ketika mengetahui yang diberi oleh ayah dan ibunya hanya kebohongan belaka. Tapi pada akhirnya Sakura urung mengutuk segala kelebihan dan kecukupan hidupnya. Dia bersyukur, telah ditolong oleh orang lain yang peduli padanya melebihi keluarga.
Tiba-tiba, dia jadi teringat seseorang yang mengalami insiden konyol di tempat itu tiga tahun silam, disaksikan seisi pengunjung pantai. Serta bagaimana orang itu membuatnya berpikir seribu kali soal pilihan hidupnya yang mungkin, tak seburuk ia kira.
ー¤ー
"Sensei, pasien dua belas tahun demam tinggi disertai kejang! Tolong periksa dia lebih lanjut!"
"Segera!"
Kemudian Sakura mengikuti seorang perawat dan mereka menuju ke ruang UGD secepat mungkin.
"Sakura-Sensei! Pasien dengan riwayat gagal jantung memerlukan pemeriksaan saat ini juga! Tolong kemari!"
"Baiklah!"
Setidaknya, setiap seminggu, dua atau tiga kali Sakura akan mendapat pasien dalam keadaan darurat. Bahkan pada hari pertamanya dipindahkan ke tempat itu-sebuah rumah sakit di kota Uruma, prefektur Okinawa. Hanya bermodal dua tangan dan satu otak cerdasnya, dia menangani banyak pasien yang bisa dibilang cukup lamban penanganannya sejauh ini. Mengambil tindakan cepat dan tepat. Tiga empat kali ia menghubungi relasinya di pusat jika pasien yang dia tangani memerlukan fasilitas lebih. Tergantung keluarga pasien, mereka bisa mengirim si pasien ke rumah sakit yang lebih besar di ibu kota atau bahkan luar negeri. Satu bulan pertama, Sakura disegani banyak orang di sana. Kepala rumah sakit berkata bahwa seseorang yang seperti dia hanya ada sampai sepuluh tahun silam. Pasien-pasien yang kebanyakan lansia, memuji betapa kompetennya dia bekerja. Tetap yang pertama, mereka kagum para keramahan si dokter merah muda.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOXIOUS [SasuSaku] ✔
Fanfiction[SELESAI] "Di balik pria yang sukses, ada wanita kuat di belakangnya." Sayangnya peribahasa itu tak berlaku untuk Sasuke. Kesendirian yang banyak membuat orang salah paham. Menuduh, menganggap, bahkan seenaknya sendiri menggolongkannya dalam suatu k...