freaking jealousy

1.3K 165 12
                                    

Done revisi🦋

***

Lisa mengerjapkan matanya beberapa kali. Gadis dengan poni rata itu melihat sekilas ke arah seseorang yang tertidur di sampingnya, lalu menghela napas pelan.

"Hari ini kau lembur di tempatku." Kalimat yang Mingyu ungkapkan semalam bukan semata-mata mengajaknya lembur dalam artian lain, lembur yang dimaksud Mingyu adalah membahas soal pekerjaan nonstop sampai Lisa ketiduran. Agaknya, lelaki itu memindahkan nya ke kasur saat ia tidur.

"Pagi," sapaan itu menyapa telinga Lisa. Suara serak khas bangun tidur menjadi ciri terbangunnya Mingyu dari tidurnya.

Lisa kemudian beranjak dari tempat tidurnya, "Tuan Muda, hari ini kita akan mengadakan rapat antar perwakilan divisi."

Lelaki itu mendengus pelan mendengarnya. Agaknya, mood nya kurang bagus saat Lisa mengatakan hal demikian.

Mingyu kemudian menarik Lisa. Lalu menjatuhkan tubuh mereka berdua di atas kasur. Gadis dengan rambut berantakan itu terkesiap, hampir saja berteriak dengan perlakuan spontan dari lelaki di bawahnya itu.

Lisa menahan napas saat wajahnya berpapasan langsung dengan dada bidang milik atasannya itu.

"Tolong gunakan aku-kau, aku tidak suka kau berbicara formal padaku," ujar Mingyu berbisik pelan dengan nada sedih.

"Anda atasan saya," balas Lisa keukeuh dengan pendiriannya. Lagi pula, hubungannya dengan atasannya saat ini tidak sespesial itu.

"Tidak, aku bukan atasanmu. Kita berciuman, kita bahkan sudah tidur bersama. Apa artinya itu?" tanya Mingyu sambil menarik lembut dagu Lisa agar menatapnya.

"Saya melakukan itu bukan hanya dengan anda, Tuan Muda." Raut wajah yang ditunjukan Lisa serius, gadis itu menatap ke arah netra pemuda yang dulu memiliki hatinya itu. "Artinya, anda tidak sespesial itu."

Mendengar apa yang diucapkan Lisa, raut wajah Mingyu mengeras. "Dengan siapa? Dengan siapa kau melakukan itu?" tanya Mingyu tajam.

Lisa yang tak gentar segera berujar, "Dengan mantan saya."

"Siapa mantanmu, Lalisa? Kau berkencan dengan orang lain setelah kita putus?" tanya Mingyu dengan penuh penekanan. 

"K--hmph!" Baru saja hendak berucap, Mingyu segera mencium bibir gadis itu dengan kasar. Lelaki itu bahkan mengigit bibir gadis yang saat ini tengah terlentang di bawahnya. Lutut nya berada tepat di antara kedua kaki gadis yang beberapa kali menguji kesabarannya itu.

Tak tinggal diam, Lisa menggigit bibir Mingyu hingga ciuman itu terlepas. Baru saja hendak mengambil napasnya, Mingyu kembali mencium Lisa dengan tergesa-gesa. Lelaki itu bahkan sudah membelitkan lidahnya dengan lidah milik gadis di bawahnya. Mencecap, lalu mengabsen gigi milik Lisa satu persatu.

Dada Lisa naik turun dengan tempo cepat, dilihatnya lelaki yang seperti kerasukan itu dengan tatapan sayunya. "S-stop, Kim Mingyu," lirih Lisa saat lelaki itu membuka kancing teratas kemejanya.

"Mantanmu belum pernah melakukan ini bukan?" Mingyu meremas buah dada milik Lisa, membuat gadis itu menggigit bibirnya keras.

"Aku membencimu." Lisa berujar lirih saat Mingyu mulai mengigit lehernya hingga menampilkan tanda di sana.

Sontak saja perkataan dari Lisa membuat Mingyu tersadar dan menjauhkan dirinya. "M-maaf, maaf sayang." Di ciuminya kening Lisa penuh sayang.

Agar tak terjadi hal yang lebih lagi, Mingyu segera beranjak dari kasur dan pergi ke kamar mandi untuk menjernihkan pikirannya.

Lisa menatap kepergian Mingyu dengan tangan mengepal. Pun gadis itu segera mengancingkan pakaiannya kembali dan pergi dari sana dengan pikiran berkecamuk.

"Selamanya, keturunan kami tidak akan menikahi perempuan dengan kasta rendahan seperti kalian."

***

"Kim Mingyu! Berhenti berbuat ulah!" Kim Nahee, ibu dari lelaki itu berujar dengan nada marah. Bahkan tak segan-segan wanita paruh baya itu melemparkan koran dengan emosi yang menggebu-gebu.

Kim Mingyu dan Kim Chaeyeon batal bertunangan.

Sekiranya, berita itu lah yang muncul di laman depan koran. Tercetak dengan tebal di sana.

"Ibu tahu kenapa aku membatalkan pertunangan? Sudahkah ibu melihat latar belakang Kim Chaeyeon?" tanya Mingyu dengan nada tegasnya.

Nahee tampak tak bergeming di tempatnya, "Tetap saja, dia adalah wanita yang terbaik dari yang terbaik. Tidak bisa kah kau melakukan hal itu, demi ibu?"

Tanpa menjawab, Mingyu kemudian meraih ponselnya dan mendial nomor satu di sana, "Sekertaris Hwang, bawa data Chaeyeon kemari, secepatnya."

Lalu tatapan Mingyu beralih pada ibunya, "Bukankah aku sudah bilang jika aku akan menikah dengan pilihanku sendiri?"

"Tidak bisa, Kim. Perjodohan ini harus dilakukan."

Mingyu menghela napasnya kesal di sana, "Aku tidak peduli. Aku akan menikah dengan pilihanku sendiri." Lelaki itu kemudian menatap ke arah pintu saat seseorang membuka pintu sambil membawa amplop cokelat di sana, "Sekalipun aku harus mengundurkan diri dari jabatan ini," lanjutnya, sambil menatap Lisa.

Lisa dibuat merinding saat Mingyu mengatakan hal tersebut sambil menatapnya, pun dengan aura yang dikeluarkan olah Nahee yang membuatnya menegang.

Gadis itu membungkuk sekilas ke arah Nahee, lalu memberikan amplop berisi data tentang Kim Chaeyeon pada Mingyu, "Ini data dari Kim Chaeyeon, Tuan Muda."

"Sekertaris Hwang," panggil Nyonya Kim pada Lisa. Membuat gadis itu menoleh ke arahnya dengan senyuman, pun Nyonya Kim yang saat ini tersenyum kepadanya, lalu menepuk bahu Lisa.

"Ya, Nyonya?" tanya Lisa dengan dahi mengerut.

"Bukankah sudah saatnya kau menikah, Sekertaris Hwang? Kau tidak akan menempel terus pada anakku, bukan?" tanya Nyonya Kim dengan nada sinis yang kentara.

"Ibu," panggil Mingyu penuh penekanan.

Nyonya Kim kemudian melemparkan kartu nama seseorang tepat ke arah Lisa, membuat gadis itu dengan cakap menangkapnya.

"Lee Taeyeong, dokter hewan. Temui lah dia sekali, lalu tentukan pilihanmu," ujar Nyonya Kim, membuat Lisa meremat kasar roknya.

Lisa memejamkan matanya, lalu membukanya beberapa detik setelahnya. Gadis itu sedang mengatur napasnya saat ini. Bibirnya tersungging, menampilkan senyum getir lalu mengangguk pelan. "Tentu, Nyonya."

Nyonya Kim tersenyum tipis mendengar balasan dari Lisa. "Ku harap, aku dapat mendengar kabar baik."

Lisa hanya membalasnya dengan senyum tipis, "Kalau begitu saya permisi," ujarnya, seraya membungkuk dan ke luar dari ruangan Mingyu.

Sekilas, gadis itu melirik ke arah Mingyu dan menemukan lelaki itu tengah menatapnya dengan pandangan yang tak terbaca.

"Kenapa ibu berbuat seenaknya pada Sekertaris Hwang? Ibu tidak berhak melakukan itu!" kata Mingyu dengan tangan mengepal di bawah meja. Ada kilatan emosi yang jelas tak dapat dibendung oleh lelaki itu.

"Bukankah sudah saatnya Lalisa Hwang menikah? Ibu hanya membantunya," balas Nyonya Kim acuh.

"Itu sama sekali bukan urusan ibu." Mingyu berujar tegas, lalu beranjak dari sana meninggalkan Nyonya Kim seorang diri.

"Lalisa Hwang hanya membantumu untuk naik jabatan, Kim. Jangan berharap bisa berhubungan dengan gadis itu," gumam Nyonya Kim sambil menatap kepergian anaknya.

LimerenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang