feel your destruction inside me

777 123 11
                                    

Lisa tersenyum tipis dengan pandangan yang mengarah ke arah Lee Taeyong, orang yang dijodohkan dengannya oleh atasannya sendiri.

"Ku dengar kau sekertaris di Kim Corp?"

Lisa mengangguk pelan dengan senyuman tipis, "Sebelumnya maafkan saya atas keterlambatan saya, Tuan Lee."

Mendengar suara halus yang dilontarkan oleh perempuan di depannya membuat senyum lelaki bermarga Lee itu mengembang. "Seribu tahun pun akan ku tunggu."

Lisa tersenyum lalu mulai memakan makanannya sambil sesekali melemparkan beberapa pertanyaan pada Taeyong, juga lelaki itu yang menanggapinya dengan penuh minat.

Drrt, drrt.

Lisa merogoh ponselnya sambil membungkuk sekali, meminta izin Taeyong untuk mengangkat panggilan dari ponselnya.

Sementara Lisa asik dengan ponsel nya, Lee Taeyong hanya memperhatikan gadis itu dengan senyumnya. Tampaknya ia tertarik dengan gadis itu.

"Tampaknya ada masalah," ujar Taeyong begitu Lisa menaruh ponselnya di tas.

Lisa menatap Taeyong dengan raut wajah tak enaknya. "Maafkan saya Tuan Lee, saya harus pergi ke suatu tempat."

Taeyong mengangguk sambil tersenyum, "Tidak apa. Mau ku antar?"

"Tidak perlu, saya bisa naik bis. Hanya beberapa meter dari sini, " ungkap Lisa lalu segera berlari ke luar dari Restoran setelah mengeluarkan kata-kata perpisahan dengan Lee Taeyong

Lisa yang terburu-buru tampaknya tak menyadari jika Taeyong hendak mengatakan sesuatu.

Taeyong terkekeh melihatnya lalu merogoh ponselnya dan mengetikkan sesuatu di sana. Syukurlah ia sempat meminta nomor gadis itu tadi.

to Lalisa Hwang: bisakah kita bertemu lagi? Itu jika kau ada waktu.

***

"Terimakasih Dokter Nam." Lisa membungkukkan tubuhnya pada orang yang sudah bertahun-tahun mengabdi pada keluarga Kim itu.

Dokter Nam hanya mengangguk dengan senyum terpatri di wajah yang mulai mengkerut itu dan berlalu dari sana meninggalkan Lisa dan seseorang yang membuat gadis itu meninggalkan kencan butanya dengan terburu-buru.

"Sebaiknya anda berbaring di tempat tidur, Tuan Muda." Lisa berujar sambil menatap punggung atasannya.

Kim Mingyu berdiri membelakanginya dengan tangan yang sudah diperban, enggan menatap Lisa.

"Kau melakukannya, bukan?" tanya lelaki itu. "Kencan buta sialan," lanjutnya, dengan nada pelan.

Lisa menghela napasnya, lalu menunduk, sudah tahu mengarah kemana pertanyaan yang dilontarkan oleh atasannya itu, "Ya, Tuan Muda."

"Sudah aku katakan, jangan menuruti perintah Ibuku, Lalisa," ungkap Mingyu dengan nada datar. "Kau sengaja membisukan panggilan dariku namun mengangkat panggilan dari Dokter Nam? Wah, hebat sekali," sarkas lelaki itu.

Lisa terdiam tak mau menjawab, gadis itu hanya terdiam dengan mata mengarah ke arah lantai.

Dan hal itu membuat Mingyu berdecak kesal, "Omong kosong."

"Berhenti melukai diri sendiri hanya karena hal sepele, Tuan Muda," kata adis itu sambil menatap luka milik Mingyu tanpa menyentuhnya.

Mingyu menyeringai mendengarnya, agaknya, Lisa cukup peka untuk mengetahui keberadaan luka ini dilakukan hanya untuk memanggil dirinya.

Mingyu memang sengaja melukai tangan kirinya untuk membuat Lisa meninggalkan kencan sialannya itu.

Brak!

Sontak saja hal itu membuat pupil mata Lisa melebar. Tangannya gemetar saat melihat aliran darah yang ke luar dari tangan kanan milik lelaki di depannya.

Lelaki itu sengaja memukul pot kaca yang berada di sebelahnya hanya untuk meraih atensi sang gadis.

Sementara Lisa, gadis itu terdiam kaku dengan kaki yang hendak melangkah namun tertahan.

Gadis itu menghela napasnya yang tak beraturan lalu memejamkan matanya sebentar, kemudian berbalik dan berkata, "Saya akan mengambil kotak P3K."

Sebelum gadis itu melangkahkan kakinya, Mingyu sudah melangkah mendekat dan menarik pinggang Lisa dengan kasar.

Lisa yang napasnya masih tak beraturan melirik sekilas ke arah luka yang berada di tangan Mingyu, berusaha melepaskannya, "Lepaskan aku. Kau bisa mati."

Tanpa sadar, air mata mengalir menuruni pipi gadis itu. Di tatapnya Mingyu dengan pandangan mata nyalang, "Kim, kau membutuhkan pengobatan."

Mingyu menatap kesal pada gadis itu lalu berkata, "Aku tidak mengerti apa yang ada di pikiranmu, Lalisa. Kau selalu bertindak sesukamu, tanpa memikirkan perasaanku. Sudah aku bilang pergi saat itu, tapi kau malah kembali dengan wajah tak berdosamu."

Sementara Mingyu terus mengoceh, Lisa hanya menatap luka milik lelaki itu. Membuat lelaki itu geram, lalu menarik dagu milik gadis itu agar menatapnya. "Lisa, ingat yang aku katakan saat itu?"

"Satu detik aku melihatmu lagi, aku tak akan membiarkanmu pergi. Milikku, selamanya akan menjadi milikku."

Lisa menelan ludahnya sendiri saat mendengar kalimat yang dilontarkan oleh lelaki itu. "Kim Mingyu, kau tidak akan mengerti! Kau tidak akan pernah berada diposisi ku."

"Kenapa? Jelaskan, Lalisa, jelaskan lah agar aku mengerti ...."

Gadis itu menggeleng dengan dada yang mulai menyesak, sementara Mingyu yang melihatnya mulai menggertakkan giginya. Tangannya mencengkeram erat pinggang milik gadis itu, tak peduli jika lukanya mulai menganga. "Kau hanya boleh menangis karenaku," ujarnya, lalu mencium Lisa.

Lisa yang tersentak dengan ciuman itu mulai memukul dada milik atasannya itu, agar melepaskannya.

Sementara Mingyu tak mempedulikan apapun yang Lisa lakukan. Lelaki itu terus mencium Lisa dengan beringas, bahkan saat ini lelaki itu dengan entengnya mengangkat tubuh Lisa dan menidurkannya di ranjang.

Tak memberi Lisa kesempatan untuk berkata sepatah katapun, Lisa dibuat terkejut saat lelaki itu menarik paksa baju Lisa bahkan sampai merobeknya.

"Tidak, jangan mengatakan apapun. Cukup diam dan rasakan kehancuranmu," ucapnya lagi lalu mencium bibir Lisa kembali.

Napas Lisa tak beraturan, pikiran gadis itu seolah kosong. Perlahan-lahan gadis itu mulai membalas ciuman milik lelaki itu.

Sementara dilain sisi, tangan milik lelaki itu mulai mengelus pinggang Lisa perlahan hingga turun.

Drrt, drrt.

Ponsel milik Lisa berdering, membuat gadis itu terkesiap. Lalu menghentikan Mingyu yang mulai meraba bagian bawahnya.

"Kim ...." Lisa berujar pelan sambil menahan desahannya akibat perbuatan Mingyu.

"Hah, sial!" umpat lelaki itu lalu melempar ponsel milik gadis itu yang terus berdering.

Sontak saja hal itu membuat Lisa berteriak, "Kim Mingyu!"

Tak mempedulikan teriakan Lisa, lelaki itu kembali menciumi gadis itu. Membuat beberapa tanda di sekitaran dada gadis itu.

Lisa yang kesadarannya sudah kembali semenjak ponselnya kembali itu mendorong Mingyu dengan kasar. "Kau gila!" pekiknya.

"Lukamu ...." Lisa menatap nanar ke arah luka Mingyu. "Aku akan mengobatinya terlebih dahulu," ujar Lisa melembut.

Lisa menghela napas pelan saat melihat robekkan bajunya yang berada di lantai. Sambil menutupi dadanya, gadis itu beranjak ke arah lemari milik Mingyu, lalu mulai memilih baju yang akan dipakainya. Terpaksa ia harus memakai baju milik lelaki itu. Setelah selesai, Lisa beranjak dari kamar milik atasannya itu. Tanpa sepatah katapun, tanpa menoleh sedikitpun ke arah Mingyu.

Melihat Lisa yang enggan menatapnya, Mingyu berujar dengan kalimat sendunya. "Tidak bisakah kau meninggalkan lelaki itu? Aku sudah muak menghancurkan semua lelaki yang berada didekatmu."

LimerenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang