"JENNIE RUBY JANE!!!!"
Clara—wanita paruh baya meneriakkan nama anak perempuan sulungnya yang baru saja memijakkan kaki di ruang utama.
Hampir pukul tiga pagi, anaknya itu baru pulang ke rumah dengan bau alkohol dan rokok yang sangat lekat di tubuhnya.
Jennie meringis, telinganya berdenging sakit. Setelahnya tersenyum mengejek kepada sang ibu. "Welcomeback Mama! Kirain mau lama - lama liburan sama suami baru mama itu di Aussie hehe..."
Amarahnya naik berkali - kali lipat, "Jangan kurang ajar kamu! Yang kamu sebut suami baru itu udah hampir enam tahun jadi ayah kamu!" Pekiknya
Ya, Ayah Kandung Jennie meninggal karena sakit kanker darah saat gadis bermata kucing itu baru lulu dari Sekolah Menengah Pertama.
Satu tahun setelah itu, Clara menikah lagi dengan sahabat lamanya yang bernama Sony seorang Pengusaha Pertambangan. Ia memutuskan untuk membuka lembaran baru untuk keluarga mereka.
Ia melakukan ini juga untuk masa depan Jennie. Perusahaan textile milik suami lamanya itu terpaksa gulung tikar dan mereka terlilit hutang untuk membiayai biaya pengobatan dan rumah sakit.
Tuhan sangat baik hati menghadirkan Sony kembali kedalam kehidupannya. Mereka tidak sengaja bertemu di restaurant lalu mereka saling bertukar cerita. Pria itu rupanya masih menunggunya dan belum menikah sama sekali, ia menyibukkan diri pada pekerjaan dan terus mengembangkan perusahaannya.
Mendengar Clara sudah tidak terikat, Sony memutuskan untuk melamar. Ia mengatakan bahwa tidak apa - apa jika pada akhirnya Clara tidak mencintainya, ia hanya ingin berada disamping disamping Clara dan memastikan Clara dan anaknya mendapatkan kehidupan yang layak.
Namun sayangnya, Jennie yang belum dewasa tidak senang akan keputusan ibunya. Ia tidak mau Sony menggantikan ayah kandungnya dan menganggap Ibunya sebagai pengkhianat cinta karena memutuskan menikah lagi.
Jennie menutup hati kepada Sony dan terus memusuhi ayah tirinya itu yang mencoba ingin mengobrol bahkan mendekat. Ia juga berubah menjadi anak yang pemberontak, nakal, dan tidak mau diatur dari masuk SMA sampai menjadi Mahasiswa DKV semester 4 sekarang.
Kembali ke topik, Jennie mendengus sembari memutar bola matanya malas. "Ya ya ya ya... terserah mama deh."
Clara bangkit berdiri, ia berjalan menghampiri lalu dengan kasar merampas tas anaknya.
"Mama apa - apaansih?!" Pekik Jennie saat ibunya berhasil mengambil kunci mobil serta kartu ATM dan kartu Kredit sang anak.
"Kamu yang apa - apaan! Mama selama ini sudah sabar ngadepin kamu, tapi malah semakin di diemin kamu semakin ngelunjak! Mulai sekarang mama akan tarik semua fasilitas kamu dan kamu akan dikasih uang bulanan sesuai kebutuhan kuliah aja."
"MAMA TEGA KAYAK GINI SAMA AKU?!!!" Mata kucing Jennie berkaca - kaca.
"Iya! Kamu bukan anak kecil lagi, Jennie! Umur kamu udah dua puluh tahun! Gapapa kalau kamu masih mau benci sama Papa Sony, tapi ini udah saatnya kamu belajar dewasa dan tanggung jawab sama masa depan kamu! Fasilitas kamu akan Mama kembaliin kalau nilai semester sama absensi kamu udah ga anjlok lagi!" Clara melangkah pergi menuju tangga, ia takut luluh mendengar Jennie yang mulai terisak
"HIKS! TERUS AKU KULIAH NANTI PAKE APA?!"
"Kendaraan umum bila perlu angkot sekalian sana!"
"MAMA JAHAT! HUAAAAAAAA~"
Jennie menangis meratapi nasibnya sampai matahari muncul melakukan tugasnya.
Puas menangis,Bi Minah selalu Ketua ART rumah menghampirinya berkata, "Non Jennie, waktunya sarapan. Tuan dan Nyonya sudah menunggu di ruang makan."
KAMU SEDANG MEMBACA
RED
Teen Fiction"Kamu jangan main - main sama saya." Lalisa memindahkan Jennie yang dengan kurang ajar duduk ke pangkuannya. Berkat gadis gila itu, mereka sekarang jadi pusat perhatian di Kantin. "Dih? siapa yang main - main sih?! orang gue serius suka sama lo ~"...