01

1.9K 304 18
                                    

Jennie baru bangun dari tidurnya hampir pukul setengah sepuluh pagi. Rasa pusing dan demam yang dialaminya semalam sudah hilang, luka di lututny juga sudah agak mengering.

Dahinya mengerut begitu melihat warna typing yang sudah berganti dipergelangan tangan kirinya. Bersamaan dengan itu, pintu kamarnya terbuka menampilkan sang ibu yang kini duduk disisi ranjangnya.

Ia hanya diam saja saat punggung tangan ibunya itu menyentuh dahi, tulang pipi, dan lehernya.

"Syukurlah udah ga demam." Clara bernafas lega,

Jennie menurunkan tangan sang ibu yang membelai pucuk kepalanya. "Mama mending pergi dari sini, Jennie lagi gamau liat muka mama."

Clara menghela nafasnya berat, membalas "Mama bakal pergi setelah kamu nyeritain kenapa kamu bisa babak belur begini."

"Diserempet motor, ponsel Jennie ketinggalan di Taxi. Udah, puas?" Bohong Jennie.

"Tuh kan. Baru dilepas sehari aja kamu udah kayak gini, ga hati - hati, ceroboh, pelupa. Keputusan mama udah tepat, supaya kamu bisa belajar buat ga nyepelehin semua hal - hal kecil kayak gini. Setidaknya kemarin kamu dapat pelajaran."

Jennie mendengus sebal, ia sepenuhnya tahu jika sang ibu jika berkata A maka tidak ada rencana B. Fasilitasnya benar - benar ditarik dan tidak ada harapan untuk mengubah keputusan ibunya itu.

"Ya ya ya, terserah. Sekarang mama tolong pergi."

"Satu pertanyaan terakhir, kamu pulang dianter siapa? Security ngelapor sama Mama."

Mendengar itu, ia langsung teringat Lisa. Tanpa sadar ia mengulum senyumnya membuat dahi Clara mengerut bingung.

"Tadi galak, sekarang kenapa malah senyum - senyum?"

Jennie kembali mendatarkan raut wajahnya. "Perlu banget ya dijawab?"

"Ya perlu lah! Ga mungkin kamu dianter temen kamu. Temen - temen kamu ga ada yang bawa mobil Fortuner gede begitu."

"Emang bukan temen! Itu pacar Jennie! Puas?!"

"HAH?!'" Clara membulatkan matanya terkejut. "Gausah ngaco kamu! Mama tau kamu selalu nolak cowok - cowok yang suka sama kamu di kampus."

"Ya tapi ini kan cewe!"

"Terus kamu suka sama yang segender begitu?"

"Ga!"

"Lho tadi katanya pacar kamu cewe? gimana sih?!" Clara benar - benar kebingungan sekaligus pening sama tingkah anaknya satu ini

"Ya emang! Namanya Lisa. Mau itu cewe atau cowo, kalo bukan Lisa aku tetep ga suka. Pokoknya aku cuma suka Lisa! Titik! Awas aja mama berani misahin aku sama Lisa! Aku bakal bunuh diri!"

Clara memijat pelipisnya, ia benar - benar pening dengan tingkah anaknya satu ini. Baru sehari dilepas malah sudah kekasih saja, tidak tahu itupun dapat dari mana. Luar biasa.

"Dramatis banget, kamu digigit semut aja nangis sok - sok an mau bunuh diri. Denger Jennie, mama ga masalah kamu pacaran sama cewe, itu terserah kamu. Yang mama masalahin itu kamu nya, kok bisa dia mau pacaran sama kamu?"

"IH MAMA!"

Clara terkikik mendengar pekikan protes dari anak nakalnya satu ini. Agaknya ia merasa terhibur sedikit.

"Pastiin dia wanita baik - baik dan ga manfaatin kamu, Jennie. Dunia ini luas, jangan sampai kamu dirusak sama dia." Katanya serius namun Jennie hanya berdehem saja.

"Kamu ada kelas mata kuliah hari ini?"

"Cuma satu MK, jam satu siang nanti."

"Yaudah, Mama kasih keringanan buat di anter-jemput sopir sampai luka kamu sembuh."

REDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang