Prolog

18 2 2
                                    

Aku tidak mengerti. Semua orang menginginkan berada dalam posisi yang aku tempati saat ini. Di dunia, hidupku nyaris sempurna sebagai manusia.

Status sebagai anak tunggal dari pasangan Diva top Indonesia dan pemilik perusahaan Farmasi terbesar se-Asia Tenggara, menjadikan hidup ku penuh dengan pundi-pundi rupiah.

Pun, layaknya surga yang didambakan setiap insan dibumi, harta bergelimang membuatku begitu mudah mendapatkan apa yang aku inginkan semudah membalikkan telapak tangan. Apa yang aku tunjuk, sudah pasti menjadi milikku.
Dengan status sosial yang ku miliki, mustahil aku tidak memanfaatkan privillage yang tidak semua orang dapat merasakan hal itu.

Salah satunya dalam hal bergaul. Tidak ada yang tidak ingin menjadi temanku, disaat masih banyak diluar sana orang rendahan yang rela menjadi babu hanya untuk terciprat popularitas serta barang-barang branded yang sudah bosan ku gunakan. Circle ku ada dimana-mana. Namaku bahkan diteriaki dengan penuh damba dan puja, sesekali diselipi rasa iri. Namun tak apa, aku tetap suka bagaimana takdirku lebih baik dari mereka. Itu artinya, derajat ku berada diatas mereka semua. Apa yang aku lakukan dan apa yang sedang ku kenakan, akan selalu menjadi sesuatu yang menarik bagi setiap pasang mata yang melihatnya.

Apalagi, aku juga seorang model. Kemolekan tubuh ku tidak perlu lagi dipertanyakan. Ratusan juta sampai milyaran dana yang aku keluarkan untuk perawatan dari ujung kepala hingga kaki tidak akan pernah mengecewakan. Dengan semua kelebihan yang ada, hanya tinggal sekali kedip, setiap cowok yang melihat akan langsung takluk di bawah pesonaku. Begitu juga caraku menarik perhatian pembalap muda yang kini berstatus sebagai kekasihku.

Perfectly.

Satu kata yang sangat pas menggambarkan hidup ku saat ini.
Sayangnya semua itu tidak abadi. Aku lupa bahwa dunia ini adalah fana. Panggung hiburan yang memiliki masa. Yang dapat merubah sesuatu dalam sekejap mata. Tidak memberiku jeda, atau sekedar aba-aba.

Karena sejak malam itu, dimana jam masih menunjukkan pukul dua dini hari. Hidup ku tidak sama lagi.
Semuanya berantakan. Hatiku diliputi ketakutan dan gelisah yang tak kunjung reda. Seakan-akan ada pasang mata yang menatap punggung ku tajam. Jam tidurku pun kacau. Aku bahkan memerlukan bantuan obat hanya untuk bisa terlelap. Dan hal ini berlangsung berulang-ulang. Membuatku nyaris tumbang dalam keputusasaan.

Ini gila. Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Secara fisik aku terlihat baik-baik saja, tapi mental ku seakan diremas kuat hingga membuat ku hilang gairah hidup.

Aku frustrasi. Aku bingung, dan aku linglung.

Aku butuh jawaban untuk tetap menjaga kewarasan.

Tanpa terduga, setelah mencari tak tentu arah, jawaban itu kutemukan dari diriku sendiri, dan—

Uluran tangan seorang.

-Lova Melanie

.
.
.

tbc.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

What Am I Looking For?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang