Dua

6 1 0
                                    

Setelah 2 jam pelajaran, bel istirahat berbunyi. Lunian masih sibuk dengan tugasnya.

"Lun, yok kantin" Lunian mendongakkan kepalanya, melihat ke arah Kelvin yang sedang menunggu jawabannya.

"Tapi tugas gua belom kelar, tinggal dikit"

"Halah gampang itumah. Gua juga belom sama sekali malahan hehe"

"Ga heran kalo lu mah" Lunian tersenyum tipis dan kembali mengerjakan tugasnya.

"Huft, yaudah yaudah nitip ga?"

"Boleh, Sandwich sama minuman soda satu, bebas"

"Wah lu serius makan sandwich sama soda?"

"Yaudah ga makan aja gua kalo gitu"

"Waduhh kalemm boss, siapp hambamu akan membelikan apapun untuk mu" Kelvin berlari ke luar kelas, meninggalkan Lunian sendiri. Sejujurnya Lunian sedikit bahagia kalau Kelvin tidak di sampingnya untuk satu atau dua menit. Terkadang telinga Lunian membutuhkan istirahat sebentar.

Tapi kali ini, Lunian sangat menyesal membuat Kelvin pergi tanpa membawanya.

"Ahem, hai manis? Lagi apa?" Sekelompok tiga laki laki yakni Zyan Roy dan Sahrul berjalan ke meja Lunian.

"Nugas" jawab Lunian singkat. Membuat Zyan merasa lebih tertantang untuk mendapatkan hati Lunian.

"Ga ngantin? Tadi gua liat Kelvin pergi sendiri tuh"

"Gua udah nitip ke dia"

Zyan merasa sedikit kesal karena Lunian menjawab kalimatnya tanpa melihat ke arahnya.

Zyan menutup buku tulis milik Lunian dan mengangkat dagu Lunian dengan kedua jarinya.

"Kalo orang lagi ngomong minimal di perhatiin"

"Maaf? Gua cuma ga tertarik sama pembicaraan lu"

"Oh gitu?" Zyan menarik dasi milik Lunian, sampai wajah mereka sangat dekat. Lunian menahan ekspresi nya agar tidak terlihat oleh Zyan.

"Lu manis, tapi sayang banget.. nakal"

"Daripada brengsek?"

Zyan terkekeh mendengar kalimat itu dari mulut Lunian.

"Mulut lu nakal banget ya, haruskah gua cipok biar bisa diem tu mulut hah?"

Wajah Lunian memerah. Dia sudah tak bisa menahan ekspresi nya, ini terlalu berlebihan untuknya.

Tapi beruntungnya Kelvin datang dan memisahkan mereka berdua.

"Bangsat lu! Jauh jauh dari Luni!!"

Satu pukulan mendarat ke arah pipi Zyan. Kelvin sangat tidak suka bila Lunian diganggu oleh orang lain.

"Udah Vin, tenangin diri lu"

Kelvin mengatur nafasnya untuk mendinginkan kepalanya. Zyan yang masih memegang pipinya hanya tersenyum tipis dan melihat ke arah Kelvin, membisikkan satu kalimat yang membuat amarah Kelvin naik kembali.

"Bilang aja lu ngincer badannya kan? Bajingan"

Kalimat itu membuat amarah Kelvin naik kembali, tetapi Kelvin mencoba tenang walaupun kedua tangannya sudah mengepal dengan kuat.

"Cabut guys, pawangnya ngamok"

Zyan Roy dan Sahrul pergi meninggalkan Lunian bersama dengan Kelvin. Seperti biasa raut wajah Sahrul tetap khawatir dengan semua hal ini.

"Lu gapapa kan Lun?"

"Aman, gua gapapa kok. Lu sendiri gimana?"

"Iya, gua gapapa. Oh ya nih pesenan lu, sorry lama tadi rame di kantin"

PESAWAT KERTASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang