Satu

13 4 0
                                    

Awal bukanlah Akhir. Huh? Justru karena ada Awal, Akhir akan susah untuk di tebak, di ubah kecuali kalau memang dia ingin cerita hidupnya berubah

_____________________

Sesampainya di gerbang depan sekolah, Luni turun dari motor Kelvin dan melepas helm nya. Saat dia melihat sekitar, memang belum banyak yang masuk. Masih sepi seperti biasanya.

Luni mengikuti Kelvin mendorong motornya ke arah parkiran karena ada peraturan dimana siswa tidak boleh mengendarai motor ketika masih di dalam lingkungan sekolah.

"Taruh sini aja" Luni mengangguk, menaruh helm nya tepat di jok bagian belakang motor Kelvin.

Setelah selesai menaruh helm nya, Kelvin menatap mata Luni.

"Apa semuanya lancar? Gada masalah kan?"

Luni hanya mengangguk dan tersenyum, lalu mereka berjalan melewati lorong sekolah dan menaiki tangga untuk mencapai kelas mereka.

Keadaan masih sepi, Luni duduk di bangkunya yang memang sebangku dengan Kelvin. Mereka berbincang kecil masalah kehidupan mereka masing masing. Karena mereka sudah dekat, mereka saling terbuka satu sama lain.

"Kelvin, lu lagi deket sama seseorang kah?"

"Hmm, ga juga"

"Gua liat liat di Insta lu abis dating sama manusia kan, hehe"

"Dia cuma temen Lun. Gausah khawatir"

Setelah perbincangan kecil tersebut, beberapa siswa siswi lain sudah mulai memasuki kelas. Dan jam menunjukan pukul 6.40

Setelah beberapa menit, bell sekolah berbunyi. Menandakan kelas akan dimulai. Menit per menit terlewati, tetapi guru mata pelajaran mereka belum datang hingga akhirnya kelas menjadi ricuh sendiri.

"Bosenn" Kelvin menoleh ke arah Luni, tersenyum dan mengelus rambut Luni.

"Vinn, gua bukan anak kecil lagi bodoh. Gua cuma bosenn"

"Bukan anak kecil? Dah kelas 12 masih aja pendek"

Luni hanya diam tak merespon kalimat Kelvin. Lalu dia mengeluarkan buku kosong dan sebuah bolpoint, dia mulai menggambar pesawat kertas dan sebuah kata kata disana.

Hidup memang sulit, tapi semuanya akan baik baik saja.

Setelah selesai menggambar, Luni membuat kertas tersebut menjadi pesawat kertas dan melemparkannya ke arah depan. Entah apakah ada angin di dalam ruangan mereka, pesawat kertas itu meluncur dengan halus dan tepat masuk ke dalam saku seragam milik seseorang.

"Woe woe, apaan tuh?"

Laki laki tersebut menoleh ke arah saku seragamnya.

"Punya siapa ni?"

Luni yang melihat hal itu berusaha menyembunyikan wajahnya dan bersikap seolah tidak ada apa apa.

"Coba buka, siapa tau ada duitnya"

Luni mencoba mengintip mereka lagi, yap mereka memang sekelas dengan Luni, tapi Luni kurang mengenal mereka. Nama mereka adalah Sahrul Mahendra panggil aja Arul, Roy Marten, dan terakhir Daviandra Zyan Giandra.

"Uhm?.. Davian.." nama itu membuat Luni sedikit tertarik untuk mengetauhi sedikit tentangnya.

"Hah? Siapa Davian?"

Luni terkejut, ternyata Kelvin yang bertanya padanya. Luni melihat Kelvin sekilas, lalu menunjuk tubuh seorang laki laki yang bernama Davian tersebut.

"Oh Zyan"

"Huh? Zyan?"

Kelvin mengangguk. Luni terlihat sedikit resah karena dia seperti pernah mendengar nama itu entah dimana.

PESAWAT KERTASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang