14. Alergi? [Revisi]

41 7 7
                                        

Pukul 16:10.

Bu Rita membawa Niko dan Kouko ke gudang di sebelah lapangan, tempat berbagai alat kebersihan disimpan. Di depan mereka, sapu lidi dan garpu daun telah disiapkan.

"Jelas, kan? Ada yang mau ditanya?" tanya Bu Rita, tangannya bersedekap.

Keduanya menggeleng. Mereka tahu persis hukuman ini adalah akibat dari ulah mereka tadi siang.

"Bagus! Sekarang kerjakan! Nggak boleh pulang sebelum beres!" tegas Bu Rita.

"Iya..." sahut Niko lesu.

Begitu Bu Rita pergi, Niko dan Kouko langsung mengambil alat masing-masing, mulai menyapu dan mengumpulkan dedaunan yang berserakan di rerumputan. Butuh beberapa saat hingga tumpukan kecil mulai terbentuk di sudut lapangan.

Di dalam ruangannya, Bu Rita melirik keluar jendela, memastikan mereka benar-benar bekerja. Ia tersenyum tipis melihat dua anak didiknya menjalani hukuman dengan cukup kompak.

Namun, tak lama kemudian, sesuatu membuatnya mengerutkan dahi.

Di bawah langit yang mulai merona jingga, Niko dan Kouko malah berdansa di antara tumpukan daun kering! Mereka melemparkan daun ke udara, membiarkannya jatuh seperti hujan emas, lalu tertawa sambil berputar-putar dengan gerakan asal.

Bu Rita memijit pelipisnya.

"Astaga... tuh anak!" gerutunya. Ia langsung menarik tirai jendela dengan kesal. "Huh, buat iri aja!"

Pukul 17:00.

Langit semakin gelap, matahari hampir tenggelam. Niko dan Kouko, yang kini berkeringat dan berdebu, akhirnya menyelesaikan tugas mereka.

"Haha... asik, ya?" celetuk Niko, masih tersengal.

"Iya, hihi.. ayo lagi!" Kouko cepat-cepat menjawab, masih terbakar api semangat.

"Jangan dong.."

Keduanya lanjut tertawa, menikmati setiap menit masa hukuman itu.

Dari belakang, Bu Rita tiba dengan dua minuman dingin di tangannya.

"Nih, upah kalian," katanya, nada suaranya masih menyimpan sedikit kekesalan.

"Yes! Kirain kerja rodi!" Niko langsung menerima minumannya dan meneguknya. "Ah... makasih, Bu!"

Kouko tersenyum lembut. "Terima kasih, Bu Rita."

Bu Rita mendesah, tak lagi bisa mempertahankan wajah garangnya. Ia akhirnya tersenyum kecil. "Udah, cepat beresin terus pulang. Udah sore."

"Siap, Bu!" sahut mereka bersamaan.

Sambil membereskan alat, mereka masih bercanda satu sama lain, tawa mereka memenuhi udara senja. Dari jendela, Bu Rita memperhatikan mereka sejenak, lalu tersenyum tipis.

Dua anak yang dulu begitu pendiam, kini tampak lebih hidup. Rasanya, seperti melihat mereka terlahir kembali dengan semangat yang baru.

*
*
*

Keesokan harinya.

Pukul 08:30 pagi, perpustakaan buka lebih awal dari biasanya.
Alasannya? Para guru sedang rapat, dan ada kemungkinan sekolah akan dipulangkan lebih cepat.

Di dalam, suasana cukup ramai. Beberapa siswa tenggelam dalam buku, sementara yang lain hanya sekadar mencari tempat duduk yang nyaman.

Seperti biasa, Niko dan Kouko tetap bertugas tanpa peduli situasi.

Tiba-tiba, pintu terbuka dan masuklah Jovian dengan gayanya yang khas.

"Yo... good morning, everyone!"

Forbidden Book [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang