"Tidak! Tidak! Tidak! Tidak! Tidak!" teriak gadis muda di tengah tumpukan sampah. Air mata mengalir dengan sangat deras, tidak kalah deras dengan hujan yang mengguyur tubuhnya.
Gadis itu adalah Anisa Zahira, panggil saja Nisa. Seorang gadis berusia 19 tahun yang sedang memeluk Anita, adik kembarnya yang ditemukan sudah tidak bernyawa di tempat pembuangan dengan seluruh luka di sekujur tubuhnya.
"Kenapa jadi begini? Hiks..." Nisa membenamkan wajah cantiknya pada tubuh adiknya yang sudah membusuk dan hampir menyatu dengan sampah.
Meskipun tubuh Anita sudah mengeluarkan bau tak sedap dengan seluruh luka yang terlihat sangat menjijikkan, ditambah dengan hujan deras yang membuat darah di seluruh tubuh Anita membasahi tubuh Nisa, Nisa tetap memeluk jasad adiknya dengan erat, tidak peduli dengan semua itu.
"Kenapa Anita adikku? Kenapa? Padahal kita sudah berpisah selama belasan tahun. Seharusnya malam ini kita melakukan hal menyenangkan sebagai anak kembar yang sudah lama berpisah dan akhirnya dipertemukan kembali..." gumam Nisa yang masih terus terisak sambil mendekap tubuh Anita yang sudah tidak bernyawa.
"Hahahah..." Terdengar suara tawa jahat dari seorang pria dengan suara berat dan serak. Sontak Nisa langsung menoleh ke arah datangnya suara.
Nisa menatap pria tampan bertubuh tinggi dan kekar, diikuti beberapa orang pria lain yang merupakan anak buahnya, berjalan menghampirinya dengan tatapan membunuh.
Dengan amarah yang meluap-luap, Nisa berteriak, "Hey monster! Apa yang kalian lakukan pada adikku?"
Pria yang tertawa tadi berlari ke arah Nisa dengan cepat. Dia lalu menarik rambut Nisa yang panjang hingga Nisa terpaksa mendongak dan menatap pria jahat yang sudah menghilangkan nyawa adiknya.
Pria itu tersenyum jahat melihat Nisa yang masih menatapnya dengan tatapan penuh kebencian. Dengan suaranya yang berat, Dia berbisik, "Kau sungguh ingin tahu? Bersabarlah! Kau juga akan segera merasakan apa yang adikmu rasakan saat menjadi milikku."
Pria itu mendekatkan bibirnya ke telinga Nisa. Dia berkata dengan suara yang lebih pelan lagi. "S Girl..."
Mata Nisa membelalak, dia sangat terkejut mendengar perkataan pria yang menarik rambutnya. Dengan cepat, Nisa menampar pria di hadapannya dan segera berlari menjauh.
Saat di rasa jaraknya sudah aman, Nisa berteriak, "Apa lagi yang kau ketahui tentangku? Anthony Fokker ketua geng Silver Wolves..."
"Hah- hahahahahah!" Pria yang dipanggil Anthony Fokker oleh Nisa semakin tertawa jahat. Dia mendekati Nisa yang terlihat ketakutan dengan langkah perlahan.
"Tidak adik, tidak kakak, kalian berdua langsung mengetahui identitasku saat pertama kali bertemu? Hebat! Kalian berdua memang hebat!" ucap Anthony sambil bertepuk tangan. Dia semakin mendekati Nisa dengan senyuman penuh nafsu yang terukir jelas di wajahnya yang tampan.
"Jangan mendekat! Atau... Aku tidak akan segan-segan untuk membunuhmu!" ancam Nisa sambil mengacungkan sebuah cutter kecil di dalam tas kuliahnya.
"Oh, kau berani mengancamku? Apakah saudara kembar memang semirip ini? Tidak! Ini bukan mirip lagi, tapi sama persis." Anthony tersenyum miring melihat perlawanan Nisa. Dia semakin tertarik menjadikan Nisa sebagai miliknya.
Anthony menoleh ke arah anak buahnya dan menggelengkan kepala, sebagai kode agar anak buahnya segera memegangi tubuh Nisa agar tidak bisa melakukan perlawanan.
Seluruh anak buahnya mengangguk mengerti. Mereka semua berlari mendekati Nisa yang sedang berdiri gemetar ketakutan sambil terus memegangi cutter kecil di tangannya.
"Lepas! Lepaskan aku!" titah Nisa sambil menggerakkan tubuhnya dengan kasar, berusaha membebaskan diri dari para anak buah Anthony.
Salah satu anak buah Anthony mengambil cutter kecil di tangan Nisa. Dia mendekatkan cutter kecil itu ke leher Nisa sambil menatapnya tajam dan mengancam, "Patuhi perintah bos, atau konsekuensinya akan sangat menyakitkan untukmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sistem Keadilan
ChickLitAnisa Zahira, seorang gadis muda berusia 19 tahun yang sering dipanggil Nisa, menjalani tantangan kehidupan dalam belenggu kemiskinan, mengemban tanggung jawab merawat adik-adiknya sebagai yatim piatu. Dalam putaran tak terduga, Nisa menemukan bahwa...