Bibir bertemu dengan bibir. Mata Sena yang terhalangi oleh rambut panjangnya langsung memelotot. Dia bisa merasakan napas Stefan berhembus tepat di kulit wajahnya. Bersamaan dengan mata Stefan yang menatap langsung ke arah matanya.
Jantung Sena berdetak kencang, dengan bulu kuduk merinding. Sebelum Stefan menangkap dirinya lebih jauh, Sena akhirnya mendorong Stefan untuk menjauh dari tubuhnya. Apalagi ketika Sena menemukan beberapa pengawal yang memanggil-manggil Stefan, dan berjalan ke arahnya dengan panik.
"Pangeran Stefan!"
"Pangeran Stefan!"
"Pangeran Stefan!"
Sena segera berlari tanpa mempedulikan penutup kepalanya. Rambut panjangnya terurai menghalangi Stefan untuk mengenalnya lebih jauh. Sementara Stefan sendiri masih terbaring, dengan napas terengah-engah. Pemuda itu menatap punggung Sena yang mulai menjauh, dengan mata menyipit.
"Pengawal! Tangkap orang itu!" perintah Stefan.
Stefan mengusap bibirnya, kemudian mengernyitkan kening. Dari tindakan, dan pakaian, orang itu seperti seorang pemuda. Namun, dari rambut halus dan lembutnya permukaan bibir, Stefan menduga jika Sena adalah seorang gadis.
"Siapa orang itu? Dia datang berlomba untuk memamerkan kemampuannya, tapi tak mau mengumbar-umbar identitas aslinya," tanya Stefan penasaran.
Stefan dibantu oleh para pengawal. Sementara Sena berlari untuk menyelamatkan hidupnya. Padahal, tinggal selangkah lagi untuk memenangkan sayembara. Namun, semua usaha Sena untuk menang, langsung terhapus karena Stefan menangkap tubuhnya.
"S*alan! Aku susah payah menahan diri di dalam baju besi ini! Tapi ujung-ujungnya aku kalah juga! Bibirku bahkan mendarat di permukaan bibir si Es batu itu!" ucap Sena kesal.
Sena mencari jalan yang susah dilewati oleh pengawal. Dia sengaja menelusup ke dalam ranting-ranting dan tanaman rambat liar, dengan pelindung berupa baju besi. Sesekali Sena mengelap bibirnya dengan menggunakan telapak tangan. Dia meludah beberapa saat, ketika permukaan bibir Stefan masih juga dia rasakan.
"Aku kesal! Sangat kesal! Tapi kenapa jantungku malah berdebar-debar? Ini pasti karena peran Sena si penyihir itu!" Sena menarik dan mengeluarkan napas panjang. Wajahnya memerah dengan mata berkaca-kaca.
Seumur-umur berdekatan apalagi mendapatkan hati Stefan adalah salah satu mimpi Sena. Oleh karena itu, tubuh Sena merasa senang sesuai perannya. Berbeda lagi dengan Sean yang langsung marah dan tak suka disentuh Stefan.
"S*alan! Harusnya tubuh ini juga kesal! Kenapa malah berdebar-debar seperti ini? Ini pasti berdebar karena takut tertangkap pengawal kan? Iya kan?!" gerutu Sena sembari menepuk-nepuk dadanya.
Walaupun tangan Sena terasa sakit, ketika memukul baju besi. Namun, tiba-tiba Sena tersenyum kecil. "Gagal memenangkan lomba? Ini bukan masalah besar! Karena aku berhasil menggagalkan rencana Stefan memenangkan lomba ini untuk Selena!"
"Jika begini, janji Stefan pada Selena tak akan terpenuhi, dan Selena akan semakin ragu dengan Stefan. Ya, setidaknya kemampuan Sena si Penyihir ini memang bagus, walaupun dia b*doh karena cintanya," ucap Sena dengan senyuman tipis.
Awalnya Sena masih bisa tersenyum kecil, dan memuji-muji kemampuannya dalam memanah dan berkuda. Namun, ketika Sena memasuki hutan dalam, dengan tanaman rambat berduri. Sena memelototkan mata. Rambutnya tertusuk duri-duri tajam, sampai akhirnya dia kesulitan untuk melepasnya.
"Apa-apaan ini?!" gerutu Sena. Padahal Sena baru saja memuji kemampuannya, tetapi pujiannya langsung luntur ketika rambutnya tertangkap duri-duri panjang.
Sena menarik dan mengeluarkan napas panjang. Terlalu lama, baginya untuk melepaskan satu persatu rambut pada duri. Apalagi ketika duri-duri itu mulai menusuk kulit lehernya, dan para pengawal kembali mengejarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEMPTED BY SUN WITCH [SUNGSUN JAYNO]
FanfictionSean, seorang pemuda bermulut julid tak pernah sedikit pun tunduk pada pembuli. Namun, karena sikap teguh Sean dalam mempertahankan haknya, sekelompok pembuli sengaja mendorong Sean dari rooftop atas sekolah. Sean pikir ini adalah akhir hidupnya, ak...