❐⛓15. Kutukan dan Berkah (2)

606 97 7
                                    

Jayden tersenyum kecut, kemudian memberitahu, "Mau batu arang atau batu berlian, Sena tetaplah Sena. Dia orang yang sudah membantuku hidup bebas, jadi kau tak usah mengguruiku segala!"

Hiro terlanjur kesal dengan Jayden. Dia memerintahkan para pengawal untuk menyerang dan menangkap Jayden tanpa ampun. Tak ada rasa kasihan, setelah Jayden mengungkap apa yang dia pikirkan tentang hubungannya dengan Selena.

Banyak para pengawal yang ragu, untuk menyakiti Jayden. Namun, Hiro menegaskan, "Lawan saja dia dengan berani! Sekarang, status pangerannya sudah hilang, bersamaan dengan status baru sebagai seorang penghianat!"

"Perlakukan dia sebagai seorang penghianat asli saja!" jelas Hiro.

"Baik, Pangeran pertama," jelas beberapa orang.

Semua pengawal mengarahkan anak panah pada Jayden dan Sena. Jelas saja, Sena yang berada di posisi terancam, langsung mengeluarkan sihirnya. Dia membakar setiap anak panah, atau pun senjata tajam lainnya untuk melindungi Jayden sekaligus dirinya sendiri. Sementara Jayden, memutuskan untuk mengambil senjata yang tak dibakar Sena, lalu melawan setiap pengawal yang menghalangi jalannya.

"Maafkan aku, Sena. Padahal aku sudah berjanji untuk memberimu jalan keluar paling aman, tapi aku malah membuat nyawamu terancam," gumam Jayden.

Sena menggelengkan kepala. "Tidak. Kau tidak perlu meminta maaf. Ini memang sudah menjadi risiko dari apa yang aku lakukan selama ini."

Hiro mengernyitkan kening, melihat Sena menggunakan sihir untuk melawan pengawalnya. Dia berdecak, lalu memberitahu, "Ambilkan aku sebuah borgol sihir. Kita tidak akan menang, jika hanya mengandalkan kekuatan fisik saja."

"Penyihir harus dilawan dengan sihir lagi," jelas Hiro.

Di antara para pengawal yang terus menyerang Jayden dan Sena. Kedua orang yang diserang malah menikmati pertarungan mereka. Hal itu karena Sena mulai terbiasa menggunakan sihirnya. Dia tersenyum bangga, saat melihat sihirnya berkembang untuk melindungi Jayden dari senjata tajam.

"Jadi begini, rasanya mempunya sihir untuk melawan?" gumam Sena.

Sena berteriak, "Tolong, menyingkirlah dari jalan keluar! Aku tak ingin melukai kalian dengan sihirku lagi!"

Sena sudah memperingati, tapi para pengawal tak mendengar ucapannya. Satu persatu dari mereka masih mencoba melawan, begitu pula dengan Jayden yang menahan beberapa pengawal sekaligus. Dia menggunakan pedangnya untuk menebas ke sana ke mari, sampai cairan merah berterbangan dan jatuh ke tanah. "Menyingkir!"

Sena dan Jayden berjalan ke arah pintu keluar, sembari melawan para pengawal. Namun, tiba-tiba langkah Sena terhenti, ketika dia melihat sebuah bayangan di atas kepalanya. Sena mendongak, dia memelototkan mata melihat Hiro melompat dari lantai atas istana, dengan sebuah borgol sihir.

Niat Hiro adalah memasangkan borgolnya ke leher Sena. Namun, Sena tak sengaja sedikit mengarahkan tangannya ke atas. Sampai semburat cahaya matahari memantul ke bahu Hiro.

"S*alan!" Hiro merasakan cahaya panas merambat ke bahunya. Keseimbangan pemuda itu goyah. Hiro hampir jatuh ke bagian senjata yang meleleh, tetapi sebelum itu terjadi Sena sudah lebih dulu menahan pinggangnya. Sena menarik pinggang Hiro untuk menjauh dari lelehan senjata, hingga akhirnya dia merampas senjata milik Hiro.

"Tokoh utama pria di cerita ini tidak boleh tergores sedikit saja. Ini bisa mempengaruhi ketampanannya, sekaligus isi ceritanya," gumam Sena.

Kedua mata rubah Sena membentuk dua bulan sabit, dengan senyuman ramah. Setelah merampas senjata Hiro, Sena memberitahu, "Senjatamu tak baik aku gunakan, ketika sihirku masih dibutuhkan untuk melarikan diri. Jadi, kau bisa menggunakannya padaku lain kali saja."

Setelah itu, Sena menarik Hiro untuk jatuh ke arah yang berlawanan dengan lelehan senjata. Tanpa berpamitan, Sena menarik Jayden untuk berlari melewati para pengawal yang terkapar tak berdaya. "Ayo Jayden!"

Begitu pula dengan Hiro yang tiba-tiba merasakan denyutan sakit pada jantungnya. Pemuda itu menatap tajam ke arah Sena dan Jayden yang berlari pergi. Dia berdecih, kemudian memalingkan wajahnya.

"Kutukan? Apa maksudnya ini? Melayani Putri Selena, dan memberikan seluruh hati kepadanya, merupakan sebuah amanah Raja! Bagaimana bisa, seorang penyihir bermata rubah licik itu merayu hati seorang pangeran?!" gertak Hiro.

"Sampai kapan pun, penyihir tak pantas dicintai," kata Hiro.

"Bangsa menjijikan itu, seharusnya dilenyapkan untuk melindungi Putri Selena. Hanya Putri Selena saja, yang diberkati cahaya terang sinar rembulan."

Hiro bisa saja memegang teguh keyakinannya tentang Selena. Namun, di dalam hatinya sendiri, timbul keraguan yang tak seharusnya dia rasakan. Ini membuat Hiro frustrasi, kemudian memutuskan pergi ke tabib dan mengobati sakitnya.

•••

TEMPTED BY SUN WITCH [SUNGSUN JAYNO] [Republish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang