4- Hanya Untukmu, Seyna

1.7K 176 660
                                    

"Dia tidak pergi untuk sebuah cinta, dia pergi untuk lebih banyak kehancuran."

Bangunan apartment murahan yang sempat Seyna tinggali selama dua tahun ini mungkin tak sesederhana waktu. Ia lebih banyak melihat air mata yang tumpah, tubuh yang lelah dan hati yang tak tersangga. Ia melihat lebih banyak luka yang Seyna bawa, ia bahkan menyimpan semuanya dengan sangat baik sampai-sampai tak seorang pun tahu keberadaannya. Hanya Celine, dia memang satu-satunya yang istimewa milik Seyna sejauh ini.

Tidak banyak barang milik Seyna, ia hanya membawa satu koper berukuran besar dengan tas jinjing berukuran sedang. Bangunan tua ini mungkin tak pernah menyangka akan ditinggalkan secepat ini, Seyna bahkan tak pernah menduga bahwa hari ini akan datang.

Seunit mobil mewah menepi di depan apartment, satu lagi yang akhirnya tahu tempat tinggal menjijikan ini, Seyna melongok keluar saat seseorang dengan tubuh atletis keluar dari kendaraan itu. Tidak berapa lama kemudian dering ponsel terdengar.

"Aku sudah sampai."

Seyna tersenyum tipis sambil mencoba membawa barang bawaannya. Ia melangkah tinggalkan rumah sederhana ini setelah bermonolog cukup panjang.

Seyna tidak tahu berapa jumlah kekayaan seorang Giovano Setiaji sejauh ini. Yang Seyna tahu, ia baru saja menandatangani sebuah perjanjian dengan nominal uang fantastis yang akan masuk ke rekeningnya setiap awal bulan, ditambah fasilitas tempat tinggal dan barang-barang mewah, ini di luar ekpetasi Seyna. Benar-benar tak pernah terpikirkan bahwa akan ada yang memintanya menjadi seorang kekasih dengan bayaran tak terhingga, entah beruntung atau bagaimana kini nasibnya, semua sempurna sebab Giovano adalah bagian dari kesempurnaan yang Seyna dapatkan.

"Pagi, Baby." Seyna tersenyum menyambut Giovano, ia sudah siap menjadi pelayannya untuk beberapa bulan ini.

Giovano tak membalas, ia langsung bergerak meraih bawaan Seyna dan memasukkannya ke dalam bagasi tanpa terkecuali. Kemudian berjalan masuk ke mobil.

"Pindah," katanya dingin, menatap Seyna lewat kaca spion di tengah-tengah. "Pindah ke depan."

Seyna menautkan alis. Ia sudah duduk di bangku penumpang karena merasa tidak pantas berada di sebelah Giovano. Mereka hanya akan pura-pura menjadi kekasih di depan keluarga Giovano saja, bukan? Itu berarti mereka hanyalah dua orang asing satu sama lain.

"Aku nggak suka nyetir sendiri saat ada orang bersamaku. Kamu pikir aku supir?"

Seyna membalas tatap Giovano dalam kaca spion, wajah dingin dan selalu muram itu sungguh membuat nyalinya ciut. Siapa bilang diam itu tak berdaya? Diam itu mematikan.

Dengan begitu saja Seyna menurut, ia tak akan berdebat dengan alasan yang Gio berikan. Ia harus menurut sebab itulah yang Gio harapkan dari Seyna. Ia harus bertekuk lutut serendah mungkin karena Gio akan membayarnya dengan nominal uang yang benar-benar fantastis, tak ada siapapun yang berani mengajinya setinggi ini kecuali Giovano Setiaji.

Perjalanan dimulai saat Seyna sudah berada di sebelah Giovano, duduk tenang memandang jalanan yang panjang. Tiada percakapan terjadi, Giovano memang setenang itu kalau mau tahu.

Lantas, untuk mengusir sepi yang begitu membosankan, Seyna menoleh lebih lama ke arah Giovano.

"Apa aja yang harus aku lakukan, nanti?" tanya Seyna antusias, ia harus belajar untuk menjadi pacar yang baik untuk Giovano di hadapan semua orang. "Kita pergi makan malam?"

Bumi dan Langit RuntuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang