"Hal yang tidak bisa diulang kembali yaitu waktu. Banyak istilah mengenai waktu salah satunya "waktu adalah uang, dan uang adalah waktu", jika uang adalah waktu bagaimana cara yang bagus untuk menghasilkan uang dengan waktu 2 jam? Mengapa hanya 2 jam? Apakah waktu memiliki limitnya sendiri atau waktu adalah hukum yang tidak bisa, ditentukan oleh mereka para menghasil uang." Ucap Sora.
"Apa yang kau bicarakan Sora? Kau ingin uang?" Tanya Byul.
Sora yang mendengar pertanyaan teman baiknya itu hanya bisa menghela nafas sambil mengusap wajahnya frustasi.
"Dalam waktu dua jam, aku harus mendapatkan uang untuk membayar kontrakan." Jelasnya.
"Astaga. Bilang dong dari tadi, bukan malah berbicara hal aneh seperti tadi. Aishh, memangnya berapa yang kau butuhkan?" Tanya Byul.
Sora yang mendapati temannya ini bertanya soal nominal. Dengan pupil mata membesar layaknya anjing yang siap menjilat majikannya, hanya untuk mendapatkan hal yang mereka mau.
"Mungkin sepuluh juta"
"Apa?! Kau gila ya, kontrakan mana yang memberikan uang sewa Segede itu? Kau ngontrak di andara atau apa"
"Sepuluh juta di andara masih terhitung jauh dari nominal DP rumah, bodoh." kesal Sora.
Dengan wajah kesal Byul meneguk habis Bir kaleng yang mereka beli.
"Lalu untuk apa 10 juta? Ku rasa sangat tidak mungkin uang sewa mu sebesar itu, padahal kau tinggal di tempat sepetak kandang ayam" sarkas Byul.
"Sialan. Kau benar tapi salah. Kau benar karena kontrakan ku memang kecil, tapi kau salah jika mengatakan tempat itu seperti kandang ayam."
"So, Seperti kandang apa?"
"Berhenti menyamakan tempat tinggal ku dengan kandang hewan dong! Kau mau meminjamkan ku uang atau nggak sih!!" Kesal Sora.
"Aku hanya ada tiga juta. Iya atau tidak, itu saja"
~Skin time~
Waktu menunjukkan jam 01.20 malam. Sangat sepi dan sunyi saat berjalan sendirian pada jam segini, orang gila mana yang melakukannya? Tentunya Sora. Jika tidak bagaimana dia akan pulang, walau Gang rumahnya tidak begitu gelap karena ada beberapa lampu jalan yang remang remang tetap saja membuat seseorang takut untuk melewati gang ini.
"Sialan. Memang sih ada lampu jalan tapi cahayanya redup seperti ini buat apa! Niat ngasih lampu jalan ga sih."
Setiap langkah kakinya di iringi dengan umpatan kekesalannya. Hingga akhirnya umpatan itu terhenti, ketika ia mendengar suara jeritan wanita dari arah pojok kanan gang ini.
'Wah bangsat. Apa lagi sekarang' batin Sora ketakutan.
Takut-penasaran-takut-penasaran. Siklus hati Sora kurang lebih seperti ini. Dia bimbang dia harus mendekati arah suara itu karena penasaran, atau lari dengan cepat meninggalkan tempat ini karena rasa takut. AYO PILIH SORA!!
"T-tolong jangan b-bunuh aku..." Suara itu! Suara itu terdengar lagi.
Sora diam mematung dia mencoba menajamkan pendengarnya lagi.
"Arghhh..." Sekarang suara jeritan kesakitan
Tanpa disadari Sora mendekati suara itu dengan perlahan-lahan. Semakin dekat suara jeritan itu terdengar dengan jelas. Lagi dan lagi dan terus hingga suara itu hilang..
MATI MATI MATI MATI MATI MATI MATI MATI MATI MATI MATI MATI MATI MATI
Dengan tubuh bergetar dan mata yang membelalak takut, Sora dapat dengan jelas melihat seseorang dengan pakaian serba hitam, sedang menikam tubuh sang korban yang sudah tidak berdaya. Akibat tusukan yang membabi buta itu membuat tubuh sang korban hancur, terlebih pada wajahnya yang mungkin tidak dapat dikenali lagi.
Sang pelaku terus melakukan aksinya sambil mengatakan kata "Mati" pada korban. Orang lain khususnya Sora yang melihat secara langsung pasti paham bahwa wanita itu tentunya sudah mati, tapi kenapa..kenapa orang itu terus menusuk nusuk tubuh korban dengan pisau itu.
Tidak berhenti disitu, si pelaku kemudian menjatuhkan pisau tadi ke tanah dan berjalan untuk mengambil benda lain. Sora yang melihatnya langsung menutup mulut rapat rapat, dengan tubuh bergetar ia berjalan mundur dengan hati-hati, agar tidak ketahuan oleh si pelaku bahwa ada saksi yang melihat aksi kejinya.
Pelaku kemudian menebas leher korban lalu membuang kepalanya ke sembarang arah. Saat itu juga Sora, langsung lari meninggalkan TKP.
Sesampainya di rumah. Sora langsung memuntahkan semua makanan kedalam closet, mengingat kejadian tadi semakin membuat Sora mual dan muntah muntah hingga lemas.
Setelah selesai dengan muntahannya, dia kemudian membasuh wajahnya pada wastafel sambil memandangi wajahnya pada cermin dengan nafas tersengal-sengal.
"Gilaa! Itu bukan lagi pembunuhan biasa, itu namanya psycopat! Arghh, sial." Sambil menjambak rambutnya, Sora terus terpikirkan oleh kejadian 15 menit yang lalu.
"Aku harus pindah. Tekadku sudah bulat, ya aku harus pindah demi keselamatan ku. Persetan dengan perpanjangan kontrak sewa, aku tidak tahan lagi."
Keesokan paginya, Sora benar benar merapihkan semua pakaian serta barang barang yang akan dia bawah untuk keluar dari kontrakan ini. Padahal ia sudah membayar uang sewanya setelah mendapat uang pinjaman dari Byul.
Setelah dirasa semuanya sudah siap dan tidak ada lagi yang tertinggal. Sora mengunci pintu itu dan berjalan menuju rumah pemilik kontrakan yang ia sewa, kebetulan tidak begitu jauh hanya berjalan dua rumah kontrakan lainnya.
"Oh Nak Sora. Selamat pagi, loh kamu mau kemana?" Ucap Bibi pemilik kontrakan, melihat Sora membawa ransel serta dua koper.
"Jadi begini bi. Saya sudah memutuskan untuk keluar kota merantau, jadi saya akan keluar dari kontrakan ini"
"Astaga. Padahal baru kemarin kamu membayar uang sewanya, masih ada 3 bulan lagi waktu menyewa nak."
'Yang benar saja! Aku disuruh tetap tinggal di lingkungan psycopat'
"Tidak apa bi. Lagipula jika aku keluar kota aku sudah mendapatkan tempat kerja, terimakasih ya bi." Ucap Sora sambil memberikan kunci kontrakan.
Sebenarnya dia bohong. Mana mungkin ditempat baru langsung mendapatkan kerja detik itu juga, ditambah dia hanya lulusan SMA jurusan SOSIAL. Akan sulit mendapatkan tempat kerja dan tempat tinggal, tapi hal positifnya dia bisa lepas dari kejadian tadi malam dan kembali hidup baru ditempat baru.
Next chapter>>
.
.
.
.Terimakasih sudah menyempatkan waktu untuk membaca book ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
12AM
Mystery / ThrillerSora memutuskan pindah ke luar kota untuk melupakan kejadian naas yang tidak sengaja ia lihat. Sempat berpikir bahwa ini adalah keputusan yang tepat namun seiring waktu menunjukkan fakta yang mengejutkan