d u a puluh

2K 249 18
                                    



Bundar oranye menggelinding dekat kakinya. Minji menegakkan kepalanya, menemukan siswi baru yang baru saja mengoper bola basket ke arahnya.

"Tanganmu terlalu lemah, mau kuajari cara bermain yang benar?"

Minji berkedip sesaat, memandang sekitar tanpa menggerakkan kepalanya. Lapangan outdoor sekolah hanya menyisakan dirinya, ibunya dan Minjeong yang bercengkerama di sudut garis lapang, dan teman-teman sekelas lain yang berangsur mengambil barang ke kelas. Bersiap pulang karena jam sekolah telah usai.

Shin Ryujin mendekat, mengambil bola di dekat kakinya, ia tepuk bola itu sebentar dan memperagakan gerakan shooting. Minji hanya menonton—tidak tertarik, tidak penasaran.

Shoot!

Cukup satu kali lempar, bola berhasil dibawa masuk ke ring. Gadis berlesung pipi yang masih dibalut seragam olahraga lari kecil, mengambil bola dan melemparnya ke Minji yang masih terpaku.

"Giliranmu," ujarnya memberi kode agar Minji meniru gerakan sebelumnya.

"Kenapa kamu keluar dari tim dan masuk sekolah ini?" Bukannya melaksanakan shoot, Minji menatap penuh tanya.

Bola di tangan Minji direbut cepat, lari kecil lihai dan melompat dekat ring, Ryujin memasukkan bola sekali lagi. Sudah pasti gerakannya tidak amatir, sebelumnya ia memimpin sekolahnya melalui berbagai kompetisi.

Seharusnya ia di sekolah khusus atlet, bukan menyia-nyiakan waktunya disini. Namun Ayahnya tak pernah setuju dengan keinginannya.

Ryujin bersenandung sambil mendribble bola yang tampak lekat di tangannya, "aku suka basket, tapi disini aku menemukan hal lain yang lebih aku sukai."

Minji tak mengerti, "maksudmu?"

Selama ini ia pikir aksinya cukup terang-terangan, tapi Minji tak lebih dari sekedar orang yang tidak peka situasi. Ryujin melirik gadis bersurai gelap di sudut lapangan, mereka sempat bertemu mata tapi Ryujin tahu gadis itu sebenarnya memperhatikan Minji lebih banyak.

"Bagaimana denganmu," Ryujin mengoper bola lagi pada Minji, rupanya pertahanan anak itu terlalu lemah hingga ia hampir terdorong ke belakang waktu menerima bola, "kamu terlihat tidak tertarik pada apapun di sekolah, apa yang kamu sukai?"

Huh?

Apa yang ia sukai?

Selain selai kacang yang dibuat Paman Seol, Minji juga menyukai katsu yang sering dibuat Jimin. Tapi jika ia jadi Ryujin, selai kacang dan katsu tidak akan membuatnya meninggalkan basket.

"Minji, Hanni mencarimu!"

Minji dapat mendengar suara Jimin dari sudut lapangan membuyarkan lamunannya, lalu matanya berpindah pada Hanni yang tengah menggendong ransel kebesarannya. Ransel itu tampak dua kali lebih tegap dari Hanni.

Entah sejak kapan keduanya akrab. Minji hanya tahu Hanni telah menyogok Jimin. Membelikannya kek tiramisu setiap weekend, mengajarinya makeup, mereka bahkan sesekali saling melempar inside jokes.

"Sepertinya hal yang kamu sukai ada di depan sana ya," sebuah tepukan di bahunya menyadarkan Minji, lagi, "aku juga."

Huh?

"Tentu saja maksudku bukan gadis kurcaci dari kelas sebelah," Minji mengikuti arah tunjuk si atlet, "apa kurang jelas kalau aku suka sepupumu? Kalau begitu, apa kamu bisa membantuku? Aku akan mengajarimu main basket sebelum ujian minggu depan."

Saat itu Minji tak sengaja berkontak mata dengan seseorang yang juga ada disana selain Jimin dan Hanni.

Minjeong yang entah mengapa terus menatap dingin ke arahnya beberapa waktu ini.








mission 2021 [winrina ft. bbangsaz]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang