Seorang gadis berkaki jenjang berjalan membelah jalanan yang ramai akan penghuninya. Siang yang cukup terik untuk berjalan. Dia antisosial. Sungguh, Ia tidak suka di situasi seperti ini, dirinya tidak menyukai keramaian. Menurutnya, keramaian is hell.
"Ck! Hari sial!" batin Luna berdecak.
Lunatha Tirta Kencana, memiliki riwayat dengan karakter yang ceria namun sebuah kecelakaan yang menimpa Luna kecil lalu membuatnya menutup diri. Luna memiliki paras apik, perpaduan gen orang tuanya sempurna, tidak dapat diragukan lagi. Keadaan nya sekarang memprihatinkan. Bagaimana tidak? gadis tersebut baru saja mendengar kabar perceraian orang tua nya disaat masalah lain melanda dirinya.
Terjadinya cekcok sudah sedari lama, hanya saja disuatu ketika Mama nya, Angella, sakit-sakitan. Membuat Ayahnya, Richard, tak tega untuk meninggalkan keluarga kecilnya. Luna yang mendapat berita tersebut melemas, seakan daya nya tersedot habis.
Richard keturunan dari keluarga Chinese, memiliki mata sipit dengan lesung pipi. Akibat nya saat tersenyum pun Richard terlihat sangat manis. Sialnya itu menurun kepada Luna. Dan Angella, Ia perempuan berdarah Asia. Angella di pertemukan oleh Richard dikarenakan mereka satu Universitas saat dulu kedua nya sedang mencari Ilmu. Mereka satu fakultas dan akhirnya pun dekat karena sesuatu kegiatan. Kelanjutan keluar bersama, dan saling membantu sama lain. Dari situlah perasaan mereka tumbuh, bukan sebagai teman namun lebih dari teman.
Disela-sela padatnya kegiatan sekolah, Luna masih merawat Angella dengan telaten, tak membiarkan Angella merasa sendiri. Tidak dapat dipungkiri, mau tak mau Richard dan Luna harus bergantian merawat Luna. Angella mempunyai riwayat hipertensi. Disaat itu emosi Angella sudah di puncak dan di waktu itu juga pembuluh darah di otak pecah sehingga menyebabkan pendarahan.
Luna sudah berusaha berulang kali untuk mengontrol emosi Angella, tapi apa daya. Luna sangat kecewa terhadap keputusan Richard, dulu dia menatap Richard dengan mata penuh damba, memberi gelar sebagai Ayah terbaik, terhebat. Namun, kini sinar begitu saja. Semua nya hancur, tidak ada lagi tatapan seperti itu lagi, tidak ada senyum manis Luna lagi, tidak ada Ayah terbaik. Sekarang semua nya berkebalikan.
Luna anak tunggal, Ia amat kesepian. Menurutnya, Orang Tua nya adalah rumah paling nyaman untuk ia pulang, untuk ia bercerita tentang keluh kesah nya. Tapi kenyataan menamparnya. Dulu keluarganya sangat hangat, sekarang dingin bagai air samudra.
Luna tak butuh uang, Ia hanya butuh kehangatan yang selama ini ia rindukan. Richard tidak menyadari itu, yang Richard tau hanya mereka mau uang-uangnya saja. Padahal tidak. Batin Luna berteriak, namun mulut nya memilih untuk bungkam. Entah apa yang dipikirkan oleh gadis ini.
Masih kalut dengan fikirannya, tanpa melihat sekitar Luna tidak sengaja menubruk anak kecil yang sedang berjalan sambil mengamati jalan raya. Kedua nya sama-sama tidak fokus memperhatikan jalan nya sendiri. Karena dorongan agak keras dari Luna Alhasil anak kecil tersungkur ke depan dengan bertumpu kedua tangan nya.
"Shh, bunda..." Ringis anak tersebut.
Selang beberapa detik Luna baru saja tersadar dari lamunan nya. Alis Luna menukik tajam. Bagaimana ia bisa seceroboh ini. Cepat-cepat Luna menyamakan tinggi nya, Dengan hati-hati Luna membetulkan posisi anak kecil itu menjadi duduk.
"Hey, Kau tak apa?" Tanya Luna sambil mengecek bagian bagian tubuh anak kecil kisaran berumur 6 tahun, menepuk-nepuk ringan membersihkan pakaian gadis kecil itu yang sedikit kotor terkena lantai trotoar dan benar terdapat luka di telapak tangan dan lututnya.
"Ah, lecet. Siapa namamu?" Tambah Luna.
Setelah diamati, Paras anak kecil ini sangat lucu, Pipi yang berisi, Mata bulat, Bibir tipis bercorak pink, Hidung mancung dengan rambut hitam lebat yang lurus.
YOU ARE READING
Dalam Imajinasi, Kartika Bercerita Melalui Deretan Kata
Novela JuvenilAntologi Cerpen merupakan kumpulan - kumpulan cerita pendek yang dituliskan oleh siswa dan siswi SMP Kartika XII - 1. Tema yang dituliskan didalam antologi cerpen ini beragam.