9. Pestisida

51 6 0
                                    


Akhir-akhir ini Ford entah kenapa seperti terlahir kembali, ia jadi amat sangat rajin. Entahlah semenjak kejadian jujur pada Pakin membuat hati Ford sedikit lega. Terima kasih juga untuk Pakin yang telah menguatkannya. Mulai hari ini Ford akan lebih mencintai dirinya.

Namun pada saat istirahat Ford yang tengah memakan bekalnya kaget ketika sosok Gema datang menghampiri.

"Ford, aku minta waktunya sebentar, ayo kita ngobrol." Ajak Gema.

Ford mengangguk menghentikan acara makannya.

Keduanya pergi ke depan perpustakaan yang sepi.

"Ford, kenapa sampe sekarang kamu masih diemin aku? Apa kamu nggak kangen kita jalan-jalan berdua? ada kesalahanku yang bikin kamu nggak nyaman?"

"Nggak ada, justru aku yang salah." Ujar Ford.

"Kamu salah apa? Aku nggak paham."

"Aku yakin kamu udah tau perasaanku Gem, tentang aku yang jatuh buat kamu. Aku pendam perasaan ini udah dari lama Gem, tapi aku terlalu pengecut buat bilang ke kamu. Karna aku tahu bahwa kamu nggak punya rasa yang sama. Aku juga tau kamu nggak akan pernah bales perasaan aku." Ujar Ford dengan tenang.

"Ford, maafin aku ya. Jujur aku memang nggak punya jenis rasa yang sama seperti punyamu. Selama ini aku anggap kamu seperti adikku sendiri aku menyayangi kamu sama seperti rasa yang aku punya ke Bang Phuwin."

Gema menghela napas kemudian mencengkram erat kedua pundak Ford.

"Ini semua salahku karna mengabaikan rasamu. Tapi entah kenapa rasanya sakit kalau aku liat kamu bareng sama Kak Pakin. Aku egois kan Ford? Aku ingin punya Fourth tapi gamau kamu jadi milik orang lain." Ujar Gema menatap mata Ford yang kini berkaca-kaca.

"Kamu jahat Gem, kamu jahat." Gema menarik Ford ke dalam pelukannya ketika melihat air mata Ford bercucuran.

Gema sakit ketika Ford-nya hancur, ia tak ingin menyakiti tapi ia juga tak bisa memberi.

"Gem lepas.. Jangan bikin aku susah buat hancurin rasanya. please Gem jangan dipersulit.." Mohon Ford parau.

Mengeratkan pelukannya Gema menggelengkan kepala. "Enggak akan Ford, sampai kapanpun enggak bakal aku lepas. Jangan dihapus biarin aja rasanya menetap jangan diusir." Ujar Gema mengecup pucuk kepala Ford lama.

Selama pelajaran berlangsung Ford berada di ruang kesehatan atas izin Gema kepada guru pengajar. Gema memberi Ford waktu istirahat untuk menenangkan diri.

.
.

Saat bel pulang berbunyi Gema bergegas menuju ruang kesehatan.

Namun tak ada sosok Ford di sana, ranjangnya kosong. Melihat meja penjaga juga kosong Gema memberanikan diri membuka buku absen kunjungan.

Jarinya mengepal nyaris membuat kertas yang digenggamnya robek, ia kesal, marah dan cemburu. Karna nama yang tertera di buku itu adalah Pakin disertai tanda tangannya.

Jadi pakinlah orang yang membawa Fordnya pulang tanpa izin darinya.

Gema segera pergi dengan tergesa-gesa.

Berhenti di depan rumah yang Gema hapal di luar kepala. Terparkir motor lain yang ia yakini adalah milik Pakin, juga sepasang sepatu asing di tangga teras rumah Ford.

Gema mengetuk pintu sembari mengucap salam seperti yang biasa ia lakukan ketika berkunjung ke rumah Ford.

"Eh Gema, sini-sini masuk. Tadi katanya Ford gaenak badan, iyakah Gem?" Ucap bunda Ford pada Gema.

"Iya, bunda. Tadi Ford kelihatan nggak enak badan jadi aku suruh dia buat istirahat." Jawab Gema sembari menatap Pakin di ruang tamu.

"Yaudah, gih duduk dulu, bunda buatin minum ya."

"Bunda, Gema boleh ke kamar Ford nggak?" Pinta Gema.

"Aduh. Tadi Ford bilang katanya mau istirahat jangan di ganggu dulu. Besok aja ya sayang, kamu temenin Kak Pakin ngobrol dulu deh." Jawab Bunda dengan tulus sebelum menuju dapur.

Gema duduk di sebrang Pakin. Mereka berdua saling menatap, seperti ada api yang keluar dari bola mata keduanya.

"Kak, kenapa kamu bawa Ford pulang?" Tanya Gema dengan serius.

"Ford sendiri kok yang minta Kakak buat jemput. Nih kalo nggak percaya." Ujar Pakin sombong sembari menyodorkan handphonenya yang menampilkan room chatnya dengan Ford, ketika melihat ketidakpercayaan pada raut Gema.

Gema membaca chat antara Ford dan Pakin, ia bahkan menggulir pesan keduanya, memang tidak sopan tapi jujur dia penasaran.

Mata gema mendelik ketika membaca riwayat chat keduanya, ia bahkan tak menyangka Ford mengirim berbagai foto random kepada Pakin.

Kak kucingnya lucu ya🥺🤏
[📷🐱]

Ini lagi makan😌
[📷🍛]

Kak, besok kita ke cafe xx yuk
[📷]

Bentar aku lagi siap-siap nih
[📷👶]

Dan masih banyak lagi percakapan keduanya yang membuat sesuatu dalam diri Gema tak terima. Tapi kenapa?

Gema menyodorkan handphone kepada sang pemilik dengan muka yang mudah sekali ditebak bahwa ia kesal. Sedangkan Pakin yang melihat itu tersenyum miring, ia tahu betul bahwa Gema cemburu.

Bunda Ford kembali dengan membawa nampan dan segelas jus mangga, beliau menaruhnya di atas meja di depan Gema.

"Bunda, Pakin pamit dulu ya. Nanti kalau bunda butuh sesuatu telpon aja." Pamit Pakin ramah.

"Iya, hati-hati ya sayang. Maaf ya kalau bunda ngerepotin kamu, terima kasih ya." Ujar bunda seraya menepuk pundak Pakin lembut.

"Sama-sama bunda, nggak ngerepotin sama sekali kok. Malahan Pakin seneng bisa ngebantu bunda jagain Ford."

Setelah kepulangan Pakin, Gema pun ikut pamit.

Saat Gema hendak memakai sepatu, handphonenya berdering tertulis nama Fourth di sana.

"Anjing lupa.."

—————🕊️











Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ford Rasa PareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang