Masing-masing tangan mereka menenteng cup es teh manis sebagai pereda cuaca, sedangkan tangan yang lainnya saling menggenggam.
Ford menoleh menatap Pakin yang sedang menyeruput es-nya, memandangi lelaki berambut ikal itu dengan penuh rasa syukur.
"Makasih banyak ya kak udah mau nemenin aku kesini, kalau bukan karna kakak, mungkin aku nggak bakal datang palingan lagi rebahan sambil nonton anime atau series hehe." ujar Ford.
"Iya dek, kakak juga makasih banget karna udah inisiatif ngajak kakak kesini. Kakak seneng loh, lain kali kalau Ford mau jalan-jalan atau kemanapun boleh kok minta ditemenin. Selama kakak ada waktu, kakak bakal prioritasin kamu." Ungkap Pakin yang semakin mengeratkan genggaman tangannya.
Ford yang tersipu hanya menanggapi dengan anggukan, menolehkan kepalanya kesamping menghindari tatapan lembut Pakin yang jujur membuatnya berdebar tak karuan.
Tautan mereka berdua dilepas paksa oleh tangan lain yang kini menggenggam tangan Ford dengan erat.
"Ford, aku anterin kamu pulang." Titahnya.
"Apaan sih Gem, aku mau pulang kok sama Kak Pakin." Tolak Ford.
"Oh namanya Pakin? Salam kenal, Gema sahabat Ford." Ujarnya memperkenalkan diri.
"Pakin." Balas Pakin menyambut uluran tangan Gema.
"Udah, ayo pulang sama aku, nanti bunda nyariin kamu." ajak Gema pada Ford.
"Apaan sih, bunda tau kok aku pergi sama Kak Pakin, orang tadi dia yang jemput aku." Jelas Ford pada Gema yang sedari tadi keukeh mengantarnya pulang.
"Udah ya Gema, Ford aman kok sama Saya. Tenang aja, nggak akan saya apa-apain." Ujar Pakin yang kemudian merengkuh pinggang Ford.
Ford menarik tangannya yang sedari tadi digenggam oleh Gema, dan menyenderkan kepalanya kepundak Pakin.
Gema yang melihat itu mengepalkan tangannya entah kenapa merasa terprovokasi atas tindakan Ford yang seolah mengatakan 'aku pilih Kak Pakin'.
"Gem, kamu kemana aja, aku tungguin dari tadi. Katanya mau antar aku pulang." Fourth yang datang tiba-tiba.
"Udah sana kamu anter Fourth aja. Aku pulang sama Kak Pakin." Ucap Ford yang kini berjalan menjauh dengan Pakin yang masih setia merengkuh pinggang Ford, meninggalkan Gema yang menatap keduanya dengan dengki?
.
."Kamu suka sama orang itu ya dek?" Tanya Pakin dengan lembut ditengah perjalanan keduanya.
"Kelihatan banget ya kak?" Jawab Ford dengan senyum pahit. "—Iya, aku suka sama Gema, karna selain bunda, dia satu-satunya orang yang selalu ada buat aku."
Pertama kali Ford bertemu Gema adalah ketika usia mereka delapan tahun, ditahun yang sama ketika tragedi kehancuran keluarga Ford terjadi.
Seorang anak kecil sedang duduk di bangku taman sembari menggenggam sebuah mainan robot yang kakinya patah sebelah. Mata anak itu merah, jejak air mata masih mengecap di pipinya yang memerah terpapar sinar matahari.
"Hei, nama aku Gema, kemarin keluargaku pindah ke daerah sini. Nama kamu siapa? kenapa sendirian di sini?"
Ford kecil menatapnya, air mata yang semula usai kini lebih deras mengalir. Ford menunduk mengusap wajahnya kasar.
Sedangkan Gema kecil yang melihat Ford menangis terkejut, apa salahnya hingga anak itu menangis? Dengan sedikit kebingungan Gema duduk di samping Ford memeluknya.
"Hei jangan nangis aku nggak nakal kok, shhh nanti aku belikan kamu ice cream." Bujuk Gema kecil mengelus pucuk kepala Ford.
"Ford.. Ford.. hei." Panggilan Pakin menyadarkannya dari ingatan kecil tentang Gema.
"Iya kak?"
"Kamu mikirin apa? Dari tadi aku ajak ngomong kamu cuma diem aja, what's wrong hm?"
"Nggak papa kak, cuma kepikiran dikit masalah tadi, ntar juga ilang sendiri."
Mendengar itu Pakin menepikan motornya. Tiba-tiba Pakin menggenggam tangan Ford.
"Ford, aku emang orang baru buat kamu—tapi aku harap kamu nggak memendam apa yang kamu rasain sendirian. Mungkin dulu kamu punya Gema yang selalu ada buat kamu, tapi Kakak cuma pengen Ford tahu kalau Kak Pakin juga akan hadir untuk kamu, sekarang kakak yang akan menggantikan Gema untuk mendengar isi hati kamu. Apapun yang kamu rasakan, apapun yang kamu pikirkan, bagi aja rasa itu ke kakak. Mungkin dengan itu kakak bisa meringankan beban kamu."
Tangis yang Ford bendung pecah, punggungnya yang semula kokoh perlahan mengendur, kepalanya yang semula tegak kini menunduk, logika yang ia coba kuatkan dan hatinya yang ia coba manipulasi. Runtuh. Runtuh dihadapan Pakin, orang asing yang membobol paksa hidupnya. Sosok yang akhir-akhir ini hadir menjadi tempat Ford berlabuh ketika ia tak baik-baik saja.
Kini semua hidup Ford jatuh dalam dekapan Mark Pakin.
—————🕊️
KAMU SEDANG MEMBACA
Ford Rasa Pare
Fanfic"PARE ITU RUMIT BUKAN RUMPUT" ----🕊️ start {05062023} finish {