・゚。。➷ Tak Abadi.

46 6 1
                                    

Nabastala yang tertutup oleh awan hingga tak secerah biasanya disertai dengan desiran angin yang cukup kencang itu sudah jelas menandakan bahwa tak lama lagi hujan akan turun. Ditengah rerumputan hijau yang luas itu ada seorang gadis kecil yang sedang terduduk sembari memeluk lututnya, nampak bulir bulir air hujan mulai membasahi tubuh mungilnya bahkan saat ini sepasang netranya sudah mulai berkaca kaca hingga sepersekian detik berikutnya bulir bulir air mata mulai menetes membasahi pipi mulusnya. Hingga sepuluh menit kemudian ia mendengar suara langkah kaki yang mulai mendekat ke arahnya, namun seakan akan ia tuli, ia lebih memilih untuk mengabaikan siapapun yang akan menghampirinya. Suara langkah kaki itu terdengar semakin mendekat, tetapi dari dalam lubuk hatinya ia bertanya tanya "Kira kira siapa yang menghampiriku ya? Apakah ada yang benar benar peduli terhadap kondisiku saat ini, ya? "

"Shaciaa.. Kenapa kamu menangis? "

"Ah tidak apa apa Reksa.. "

"Aku tahu kamu sedang bersedih, jadi kenapa tidak menceritakan apa yang kamu rasakan ke aku? Aku siap kok mendengar ceritamu! "

"Bukan masalah yang besar kok, untuk saat ini aku sedang ingin sendiri jadi maaf ya Reksa, lebih baik kamu pergi saja.. "

"Loh? Aku tidak mau meninggalkan sahabatku saat dia dalam keadaan sedih, dan aku akan tetap disini untuk menemani kamu. "

"Tapi Reksa.. "

"Sudah sudah, sekarang kamu cerita ke aku, tentang apa yang membuatmu sedih sampai seperti ini Cia? "

"Oke baiklah.. Aku akan cerita, jadi tadi bunda memarahi ku dan aku sedih karena itu.. "

"Oh seperti itu yaa.. Oke kamu dengarkan aku ya Cia, bundamu memarahimu itu karena dia masih sayang dan perhatian sama kamu, jadi bukan berarti bunda sudah tidak sayang lagi ke kamu.. "

"Oh iya juga yaa Reksa.. Terima kasih ya sudah mau mendengarkan, aku jadi lebih tenang sekarang. "

"Iya sama sama Cia. "

Anak laki laki itu langsung memberikan dekapan hangat untuk sahabatnya itu dengan tujuan untuk menenangkannya. Keduanya saat ini saling berpelukan dibawah rinai hujan yang membasahi tubuh mereka. Dingin, yang dirasa keduanya saat ini, tentu saja karena hembusan angin yang mulai menyelimuti tubuh mereka dan tanpa disadari surai hitam panjang milik gadis kecil itu kini menjadi sedikit berantakan terkena tiupan angin. Anak laki laki itu mulai menyelipkan anak rambut ke belakang daun telinga sahabatnya dengan tujuan untuk merapihkan kembali rambut sahabatnya.

BRAAAKKKK!!!

Lamunannya buyar seketika sesaat setelah mendengar suara bantingan pintu dibelakangnya, bahkan pintu tersebut sekarang sudah tertutup rapat. Ya, Shacia memang lupa untuk menutup kembali pintu kamarnya saat ia sudah berada di balkon kamarnya yang ada di lantai 2 rumahnya. Shacia masih berdiri di balkon dengan sebuah bingkai foto yang sudah ia bawa sedari tadi, sebuah foto yang menyimpan kenangan bersama teman masa kecilnya, Areksa Maheswara. Sebuah bingkai foto yang memperlihatkan dirinya yang tengah merangkul teman masa kecilnya itu di sebuah taman bermain, bahkan terukir senyuman yang begitu manis di wajah mereka kala itu.

Shacia masih memandang ke arah bingkai foto itu, ia rindu dengan sahabatnya. Semenjak perwakilan dari sekolahnya beradu dengan SMA Adhiswara dalam pertandingan basket yang mana sahabatnya juga ikut serta dalam pertandingan tersebut. Ia mulai menyadari bahwa sahabatnya sudah jarang menghabiskan waktu dengannya, itu semua karena sahabatnya lebih memilih untuk menghabiskan waktu dengan teman barunya, Jerian Adhinata, yang ditemuinya sewaktu mengikuti pertandingan basket. Sebetulnya tak apa apa jika sahabatnya memiliki teman baru, tetapi yang membuatnya kesal adalah teman baru dari sahabatnya itu adalah laki laki yang telah menyerobot antriannya sewaktu membeli molen di pinggir jalanan kota Surabaya sore itu. Ia merasa seakan sahabatnya telah direbut, setiap kali dirinya mengajak sahabatnya untuk pergi bermain bersama pasti selalu saja sahabatnya tak bisa dan beralasan sedang menemani Jerian. "Haduh.... Memangnya Jerian sepenting itu ya? Sampai sampai lupa dengan aku, teman masa kecilnya... " Tanya nya dalam hati.

Tak abadi -Jaeminjeong [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang