ᏪᏪ Epilog.

35 7 1
                                    

Cahaya dari sang rembulan yang bersinar terang lengkap dengan bintang-bintang kecil di sekeliling nya yang juga ikut menampakkan cahaya nya, jelas menambah keindahan langit malam ini. Aku masih mendongakkan kepala ku, menatap dalam-dalam ke langit di malam ini, sebenarnya aku hanya merindukan laki-laki yang telah hilang dari hidup ku. Aku pun tak bisa mengharapkan nya untuk kembali bersama ku, sebab itu mustahil. Ia tak akan pernah kembali kepada ku lagi, ia sudah bahagia di rumah baru nya, di langit.

Bahkan sampai saat ini, aku masih sering pergi ke pantai. Karena yang ku tahu, kamu sangat menyukai pantai, kan? Terlebih lagi waktu itu, kita cukup sering duduk di tepi pantai sembari menikmati betapa indah nya senja di sore itu. Tetapi, sekarang aku hanya duduk di tepian pantai seorang diri. Aku memang masih menyukai langit, sama seperti dahulu. Namun beda nya sekarang adalah tak ada lagi yang akan menemani ku untuk menatap langit, sebab aku akan menatap langit seorang diri, tanpa ada nya kamu di sisi ku.

Dan sosok mu masih sering berlarian di kepala ku, aku masih ingat jelas betapa manis nya senyuman mu, betapa indah nya sepasang netra milik mu saat menatap dalam-dalam tepat ke arah sepasang netra milik ku, dan tentang aku yang sering mengelus-elus surai hitam mu yang halus itu, tentang kamu yang selalu ceria setiap saat membuat ku rindu akan semua hal tentang kamu. Terkadang aku berpikir mengapa semesta mempertemukan kita dalam waktu yang singkat ini? Aku ingin kamu lebih lama lagi, tetapi aku juga tak bisa menentang takdir yang telah diberikan oleh Tuhan.

Semesta kini telah menyadarkan ku, bahwa yang tersisa hanyalah bayang mu saja serta kenangan yang telah kita lalui bersama, hanya itu saja yang tersisa. Sebab, kamu tak akan pernah bisa kembali kepada ku lagi, tetapi satu yang harus kamu tahu bahwa aku akan tetap mencintai mu walau kita tak bisa bersama lagi. Hingga, aku pun tak menyadari bahwa sepasang netra milik ku mulai berkaca-kaca, aku sudah tak sanggup lagi menahan semua ini sampai hanya dengan sekedipan mata saja, pipi ku sudah basah karena bulir bulir air yang tampak bening itu perlahan mulai menetes dari sepasang netra milik ku.

Biar saja sekarang pipi ku menjadi basah terkena bulir bulir air mata itu, tak apa. Setidak nya di saat seperti ini sudah jelas aku tak sanggup untuk mengungkapkan apa yang aku rasa, jadi biar saja bulir bulir air mata itu lah yang akan menceritakan betapa sakit nya hati kecil ku saat ini. Dan kini aku menundukkan kepala ku, lalu aku perlahan mulai memeluk lutut ku sembari menenggelamkan wajah ku di sana. Aku semakin menangis dengan hebat, tetapi aku tak akan membiarkan isakan ku terdengar oleh telinga orang lain sebab mereka tak boleh mengetahui sakit nya aku.

"Kisah kita memang telah usai, tetapi satu yang harus kamu tahu bahwa kamu akan selalu abadi di dalam hati ku. " ucap ku dengan lirih kepada diri ku sendiri yang masih terbayang bayang oleh paras mu.

Tak abadi -Jaeminjeong [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang