Pertemuan Tak Terduga

0 0 0
                                    

Hela nafas panjang terdengar saat seorang gadis baru saja keluar dari sebuah supermarket, tangannya membawa dua kresek besar matanya menatap langit dengan perasaan kesal. Kakinya tergerak ragu, antara hendak menerobos hujan atau berdiri di sini hingga menunggu hujan reda, selama beberapa detik ia tak bergerak, matanya terus menatap langit sore yang kini sudah menghitam di tambah kucuran air hujan yang terjun sangat deras, kakinya bergerak tak nyaman selama beberapa kali.

"Gila ini gimana baliknya." Kedua tangannya terangkat, matanya melihat belanjaan bulanan yang baru saja ia beli.

Pipi gadis itu mengembung, di taruh salah satu kresek yang ia bawa, lalu satu tangannya yang bebas mengeluarkan ponsel miliknya, saat melihat status sinyal provider yang ia pakai hanya menunjukkan gambar silang mata gadis itu terpejam beberapa lama. Sepertinya menunggu hujan reda adalah jalan terbaik, sekalipun ia menerobos dan berlari menuju halte yang ada baju dan belanjaannya basah, sekalipun memesan ojek sinyalnya tidak mendukung.

Gadis cantik itu memutuskan untuk mundur dan bersandar seraya menunggu hujan sedikit reda, matanya menatap lantai selama beberapa saat.

Sepasang sepatu berwarna coklat berhenti di sampingnya membuat manik matanya menatap seseorang yang berdiri di sampingnya.

"Njir," Ucapnya pelan, setelahnya gadis itu segera membuang muka, bagaimana bisa ia bertemu dengan cinta pertamanya di sini dengan pakaian yang amat sederhana. Bagaimana tidak, pasalnya ia hanya menggunakan celana joger dengan hoodie berwarna maroon.

"Zie?"

Matanya melotot sepersekian detik, dalam hati ia terus merutuki kesialannya, 'Anjir mana ngga make make-up.'

Dengan ragu kepala gadis itu menoleh ke sumber suara, terdapat senyuman canggung dan juga ekpresi yang di buat terkejut padahal dirinya tahu jika ia sangat payah dalam menyembunyikan ekspresi, "Loh Kak Navy." Sapanya basa basi mencoba mencairkan suasana yang sebetulnya sangat tidak ia harapkan.

"Habis belanja bulanan? Pulang naik apa?"

"Iya kak habis belanja bulanan, pulang naik bus kak."

'Gimana kak mau nganterin?'

Pertanyaan Zie hanya terhenti di tenggorokan.

Navy terkekeh, membuat sebuah senyum tipis yang membuat Zie melihat lesung pipi pria yang sudah lama ada di hatinya bahkan sejak ia duduk di bangku SMP. 'MasyaAllah cakep banget ini orang, jantung gue anjir.' Zie merasa kalut di tempatnya, jantungnya bekerja dua kali lipat sementara mati matian Zie menahan senyuman terbit di bibirnya.

"Kakak abis ngapain?"

"Habis belanja juga cuma ngga sebanyak kamu," Tangan Navy mengangkat sebuah kresek sedang, Zie yang melihat itu hanya mengangguk pasalnya ia sudah tak tahu harus menjawab apa.

"Kost kamu masih sama? Atau udah pindah?"

"Hah?"

Navy tertawa kecil membuat zie mati matian menahan malu. "Kost kamu masih sama?"

"Oh," Kepala Zie mengangguk cepat, diam diam gadis itu menggigit bibir bawahnya mencoba terlihat biasa saja walaupun sejujurnya ia sangat ingin berteriak sekarang. "Iya kak masih sama."

"Mau bareng?"

"Ma-- eh bukannya berlawan arah ya kak."

"Ngga masalah gimana mau?"

"Mau deh kalo kak Navy maksa."

Mendengar jawaban Zie, suara tawa Navy kini memasuki indra pendengaran gadis itu, matanya merekam bagaimana tampannya Navy saat tertawa lepas, di mana matanya menyipit sementara di kedua pipinya terlihat lesung yang begitu indah, bibir tipisnya terbuka sedikit membuat semuanya terlihat sempurna di mata Zie.

"Yaudah ayo."

"Kak? Jangan deh aku ngga enak kakak juga pasti muternya jauh aku naik bus aja."

Tanpa Zie duga, dengan sigap tangan Navy mengambil kedua keresek miliknya setelah membuka payung yang ia bawa, dengan segera Navy memayungi tubuh mungil Zie yang membuat gadis itu semakin tak karuan di tempatnya.

"Ayo, pelan pelan aja jalannya." Zie mengikuti langkah Navy, kini hampir seluruh payung menutupi tubuhnya dan membiarkan tubuh Navy terkena air hujan.

'Kalo ga jodoh mubazir banget ngga sih,'

Berjalan berdampingan dengan seorang yang telah tinggal di hatinya cukup lama membuat kewarasan gadis itu hampir menghilang, rasa yang sudah lama ingin ia kubur dan padamkan semakin menjadi. Ah, mana bisa Zie melupakan cinta pertamanya ini, di mana Navy terlihat begitu sempurna baginya walaupun rasa yang ia punya harus di pendam sedalam mungkin, ia juga sadar kalau dirinya tak pantas bersanding dengan pria itu namun manusia tetaplah manusia yang akan berharap dan terus berharap.

Gadis itu sama sekali tak pernah bermimpi akan berjalan berdampingan begini, namun tidak ada yang bisa menerka takdir. Walaupun hanya lima belas detik tetap saja berharga bagi seorang Naziera.

Lamunan Zie buyar saat mendengar Navy besuara. "Masuk Zie keburu basah kamunya."

Mata Zie berkedip beberapa kali, lalu gadis itu memutuskan masuk kedalam mobil Navy, matanya terus menatap Navy yang kini sedang berjalan memutar setelah memasukan belanjaan dirinya dan juga Zie ke bagasi, tak lama kemudian pria itu masuk kedalam mobil seraya tersenyum.

"Kak maaf jadi basah."

"Santai aja air doang bukan api." Canda Navy, ia segera menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang, sementara Zie hanya duduk bersandar seraya membuang pandangan ke samping, sejujurnya gadis itu sangat ingin memandangi wajah tampan Navy namun ia tak mau semakin salah tingkah nantinya terlebih semakin lama memandangi Navy semakin tak baik juga buat jantungnya.

Setelahe menempuh perjalanan selama lima belas menit, kini mobil Navy berhenti di depan kost milik Zie, berhubung hujan telah reda juga gadis itu ingin mempersilahkan Navy untuk mampir namun pria itu menolak karena harus segera pergi ke suatu tempat, walaupun sebenarnya sedikit sedih namun Zie merasa maklum mungkin Navy memang sedang terburu.

Tak lama kemudian mobil milik Navy segera berjalan menjauh, selama lima detik Zie masih terdiam di tempatnya hingga setelahnya ia bersorak kegirangan. "Aaaaaa kak Navy nganterin aku demi apa?! Astaga ya ampun ngga baik banget buat jantung anjir ini gimana normalin detaknya." Gadis itu beberapa kali menarik nafas dalam kakinya terhantak ke tanah karena dirinya tak mampu menahan rasa girangnya.

Dengan membawa dua kresek besar kaki Zie segera berlari, dengan sekuat tenaga ia menggigit bibirnya mencoba memaham teriakan yang sebenarnya sudah tak bisa ia bendung lagi. Sesampainya di kamar gadis itu segera menjatuhkan badannya  vv Ass kasur dan menutupi wajahnya dengan bantal, sedetik kemudian teriakannya keluar begitu saja. "AAAAAAAAAA JANTUNG GA AMAN!!!"

Tubuh mungil Zie berguling beberapa kali, masih sangat teringat di benaknya bagaimana lembutnya suara Navy, bagaimana cara pria itu tersenyum, terkekeh, dan lembut tutur katanya, Mengingatnya saja membuat wajah Zie memerah tak karuan.

Entah sudah berapa lama bibirnya membentuk senyuman lebar yang membuat pipinya sangat sakit namun sayangnya senyumannya seolah tak mau sirna.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta Untuk NavyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang