Bab 3

266 37 0
                                    

Karena rasa kantuk yang tak kunjung menyambanginya, Off akhirnya memilih duduk. Meletakkan bantal di belakang tubuhnya kemudian menyandarkan punggungnya disana.
Sejenak Off menatap punggung Gun yang sudah terlelap sejak 2 jam yang lalu. Diraihnya handphone miliknya yang sejak tadi sudah offline di nakas samping ranjang. Untuk mengisi kesendirian, Off memutuskan untuk mengaktifkan kembali jaringan internet di handphone nya, guna menghibur diri. Seperti biasa, Off akan membaca artikel yang berkaitan dengan kesehatan. Jika sedang fokus dengan apa yang tengah dibaca biasanya Off akan melupakan apapun yang mengganggu dalam benaknya.

Lima belas menit berlalu, Off tak juga mendapatkan konsentrasinya. Artikel yang bagi dia biasanya menarik, kini seolah tak berguna. Pikirannya tetap tertuju pada laki-laki mungil disampingnya. Off gelisah bukan lantaran hak malam pertamanya tiak terpenuhi melainkan karena rasa syukur yang tak terkira kepada Tuhan, Off sangat bahagia karena berhasil mengikat Gun dalam sebuah pernikahan. Off pun sadar jika pernikahan ini tak adil untuk Gun karena sedikit pun tak ada rasa cinta dari Gun untuknya, tapi Off yakin Gun adalah jodoh yang telah Tuhan gariskan untuknya. Laki-laki ini yang akan menemaninya hingga tutup usia, untuk urusan cinta Off serahkan semua kepada sang penulis takdir yang telah menyatukan mereka dalam ikatan suci pernikahan.

Off menutup artikel yang tengah di bacanya lalu kembali offline, diletakkan kembali handphone itu ditempat semula. Tak lupa Off juga mengganti lampu utama kamar menjadi lampu tidur, dengan perlahan Off merebahkan tubuhnya. Menghadap punggung Gun yang terhalang sebuah guling dengan kepala yang bertumbu pada tangan, lalu entah ide dari mana Off berinisiatif menyingkirkan guling tersebut. Tetap dengan penuh kehati-hatian Off menggeser tubuhnya demi memupus jarak diantara mereka berdua. Tangan Off terangkat, berniat menyentuh bahu Gun yang bergerak teratur. Tiba-tiba jemari Off mengepal, menariknya kembali. Mengurungkan niatnya untuk menyentuh tubuh Gun, Off tidak ingin Gun marah karena dirinya telah lancang menyentuh tanpa seizin laki-laki itu.

Tapi detak jantung Off mulai bertingkah, antara hati dan logikanya tidak memiliki tujuan yang sama. Kata 'tenang' mungkin hanya mampu diucapkan demi menenangkan kerisauan hatinya yang mendamba, Off tak mampu mengelak jika hatinya telah dilumpuhkan oleh pesona laki-laki mungil di hadapannya. Off tak pernah yakin kapan dan dimana ia mulai menyukai laki-laki bernama Gun Atthaphan Vihokratana tersebut, padahal selama ini Gun selalu bersikap acuh tak acuh padanya. Gun bukan tipe orang yang suka berbasa basi atau pun bersikap ramah tamah kepada orang yang tak di kehendakinya, termasuk kehadiran Off yang seolah tak pernah terlintas di pandangan ataupun pikirannya.

Tiba-tiba Gun bergerak, memutar tubuhnya menjadi menghadap pada Off. Sedangkan Off memilih tak bergerak sedikit pun agar Gun tidak terbangun, bahkan Off berulang kali menahan nafas sampai Gun membenarkan posisi tidurnya dengan nyaman. Tentu saja tubuh Gun merasa kebas karena tidur dalam posisi yang sama sejak beberapa jam lalu.

Tangan kiri Off kini beralih fungsi menjadi bantal, di pandanginya wajah cantik Gun yang sedang terlelap
"Ya ampun, tidur aja cantik banget suami gue. Apalagi kalo senyum, bisa leleh gue" Puji Off dalam hati dengan tatapan memuja.

Dengan spontan tangan kanan Off terangkat, secara perlahan jemari Off mengelus rambut hitam pekat milik Gun. Menyingkirkan helaian rambut yang mencoba menghalangi pemandangan indah di hadapannya. Tak ada tanda-tanda pergerakan dari tubuh Gun, Off lantas menggeser lagi tubuhnya. Kali ini benar-benar memangkas sisi jarak diantara mereka, perlahan tangan Off terulur. Dipeluknya tubuh kecil Gun dengan erat.

"Aku mencintaimu Gun" Ucap Off sembari memejamkan mata. Menikmati perasaan hangat yang mulai menjalar disetiap aliran darah dalam tubuhnya.
"Good night my little husband" Desis Off pelan lalu mengecup kening Gun dengan penuh perasaan.

🖤🖤🖤

Tepat pukul 05:30 Off terbangun. Dengan cepat namun pelan ia melepaskan tubuh Gun dari pelukannya, berharap agar Gun tidak sampai terbangun lalu marah padanya. Setelah terbebas, Off lantas mengambil guling yang semalam dijadikan pembatas oleh Gun. Ia letakkan guling itu ditempat semula lalu ia segera beranjak menuju kakar mandi.
Off terbiasa bangun pagi-pagi seperti ini, karena dia sering mendapatkan sift pagi ketika bertugas di rumah sakit.

Gun menggeliat, merasakan tubuhnya yang rapuh karena kecapean. Masih dengan kedua mata yang terpejam tangan Gun meraba selimut yang menutupi tubuhnya, seingatnya semalam ia tidur tanpa memakai selimut. Gun terdiam untuk waktu yang tak sebentar, otaknya sedang bekerja extra demi mengingat kegiatan  yang dilakukannya kemarin hingga menjelang tidur. Hidung mancungnya terlihat kembang kempis demi mengenali aroma asing yang menyapa indra penciumannya.

Aroma asing itu cenderung seperti bittersweet bercampur dengan sedikit hint vanilla. Parfum khas laki-laki beraroma dark chocolate.
Gun terdiam kembali, mencoba menerima jika sejak kemarin aroma ini lah yang akan menemani hari-harinya nanti.
"Ya ampun aku kan udah nikah" Pekik Gun sembari membuka mata lalu segera duduk saat menyadari jika statusnya kini sudah berubah.
"Little husband ku udah bangun ternyata" Ucap Off saat baru saja keluar dari kamar mandi dengan wajah yang terlihat basah dan segar.
Gun membuang nafas kasar, merasa geli dengan panggilan Off untuknya yang terdengar norak. Tak ingin menanggapi, Gun segera merai selimut yang tadi dikenakannya. Melipatnya dengan rapi lalu meletakkan begitu saja

(*btw kamu di hotel Gun, ngapain ngrapiin selimut segala?) 😭😭🙏🏻

"Bangun tidur aja masih keliatan cantik loh kamu" Puji Off yang masih berdiri didepan pintu kamar mandi.
"Udah kak Off nggak usah muji-muji, eneg tauk dengernya" Sahut Gun tanpa ekspresi.
"Wajar dong kalo aku muji suamiku sendiri, lagian masa aku muji suami orang sih" Goda Off sembari menikmati wajah kesal Gun yang yang justru meningkatkan kadar kemanisan laki-laki itu di matanya.

"Ya ampun sayang, kamu bikin aku tambah gemes deh" Ujar Off yang sekarang sudah disamping kasur dengan terus membidik objek di hadapannya.
"Masih pagi kak, jangan bikin aku tambah mual" Kesal Gun kemudian langsung berdiri dan berjalan menuju kamar mandi.

"Kan aku jadi sayang kenapa ranjang pengantin kita masih rapi, harusnya pengantin baru itu.."

"Stop!!" Tukas Gun dengan tatapan tajam yang membuat dia harus berhenti didepan pintu toilet.
"Nggak perlu dilanjutkan kak, aku udah paham! Tapi please.. Kasih aku waktu dulu. Jangan memaksakan apa yang ngga aku inginkan" Tegas Gun yang mulai tersulut emosi. Mungkin jika laki-laki lain akan bersikap malu-malu mendengar rayuan manis Off, tapi Gun tentu saja tidak akan mempan dengan rayuan recehan dari Off. Sejak dulu Gun paling anti dengan laki-laki bermulut manis. Sialnya Gun justru berjodoh dengan laki-laki penebar pesona seperti Off.

Menyadari suasana hati Gun yang sedang tidak baik-baik saja Off lantas mengangkat kedua tangannya, seringai jahil yang tadinya tercetak di wajah perlahan mukai memudar. Off lantas meletakkan kembali handphonenya di atas nakas, setelah itu Off berjalan ke arah balkon tanpa berucap sepatah kata pun.

Gun tertegun menatap punggung Off yang saat ini duduk di kursi balkon, perasaan menyesal seketika menyergap hati Gun. Sikapnya memang sedikit keterlambatan, bisa-bisanya ia berkata kasar pada suaminya sendiri. Harusnya dirinya bersikap tenang meskipun dalam waktu yang tidak ditentukan akan merasakan ketidaknyamanannya.
Mengingat nasihat kedua orang tuanya sebelum menikah membuat Gun semakin merasa bersalah. Dengan mengesampingkan egonya Gun mengurungkan niatnya untuk masuk ke kamar mandi, ia memilih mendatangi Off yang tengah menikmati udara di pagi hari.

"Kak, maafin ucapanku tadi," Ucap Gun sambil berdiri  di samping aoff yang menampilkan wajah tanpa ekspresi. Bahkan Gun tak mampu menebak perasaan apa yang saat ini dirasakan oleh laki-laki di hadapannya.
Off berusaha bertahan dalam ekspresi yang sama padahal dalam hati ia ingin sekali tertawa, melihat ekspresi wajah menyesal berpadu ketakutan milik Gun.

"Maaf untuk apa sayangku?" Tanya Off sembari mengangkat wajahnya.
"Yang tadi itu" Jawab Gun dengan gugup.
"Tadi yang mana?" Off melayangkan pertanyaan lagi, senyum jahil mulai tercetak di bibirnya.

"Kak Off, serius dikit bisa?" Kesal Gun yang mulai merasa dipermainkan.
"Mana pernah sih aku bercanda? Aku selalu serius, apalagi soal cintaku padamu" Rayu Off seraya berdiri.
"Susah emang ngomong sama tukang tebar pesona!" Tukas Gun lalu bergegas pergi meninggalkan Off dengan seringai menyebalkan.
Gun memilih masuk ke dalam kamar mandi guna mencuci muka dan menyikat giginya.

The Sweetest LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang