About Them

7 1 0
                                    

Aksa menyayangi adiknya lebih dari sang anabul yang mungkin datang lebih dulu dalam hidupnya. Mereka tidak punya hubungan darah. Entah dari mana sang ibu mendapatkan bocah cantik itu sebagai adik barunya.

Tentunya Aksa senang. Jika orang bilang memiliki adik itu merpotkan. Tapi baginya berbeda, adiknya begitu pandai dan mandiri. Aksa bahkan tak sampai hati melihat adiknya berberes rumah. Membahagiakan rasanya memiliki seorang adik perempuan.

Aksa memanggilnya Alea. Sebenarnya anak itu memiliki nama sendiri sebelumnya. Lagi pula Alea tidak memiliki surat kelahiran atau catatan kependudukan dengan jelas, mereka sepakat dengan nama baru, yaitu Alea yang berarti agung. Dari caranya memberi nama saja, bisa dinilai betapa Aksa menyayangi sang adik.

Mungkin sekitar tiga tahun mereka tinggal bersama dan berbagi dalam hal apa pun. Begitu pun Aksa yang sering menjadi guru mata pelajaran adiknya, karena sang adik yang belum berkesempatan untuk sekolah. Alea tidak memiliki identitas yang jelas untuk mendaftar sekolah, lagi pula ekonomi keluarga mereka tergolong buruk untuk mengurus semuanya.

Aksa tidak pernah berharap kebersaman mereka hanya bertahan tiga tahun. Seorang iblis datang memporak-porandakan sang kakak beradik. Ini menjadi luka terdalam bagi Aksara — seumur hidupnya.

Sore itu hujan merata di kota mereka. Aksa yang tidak memiliki payung maupun jas hujan terpaksa menunda waktu pulang berteduh di sekolah mereka. Opsi menerobos rinai hujan tidak bisa dilakukan. Aksa hanya memiliki seragam, tas maupun sepatu tunggal yang harus tetap dipakai keesokan hari.

Alea tidak bersekolah, sepanjang kakaknya bersekolah. Anak yang seharusnya SMP kelas tiga itu hanya dapat menunggu Aksa pulang, dengan semangat melanjutkan pelajaran yang mereka bahas kemarin. Ibu mereka sibuk bekerja, jadi hanya ada Alea di rumah.

Pintu didobrak. Iblis itu datang, merenggut banyak hal dari Alea. Seandainya hari itu pintu rumah mereka lebih kokoh sedikit saja, atau Aksa yang tidak harus tertahan di sekolah nasib buruk itu mungkin tidak akan pernah menimpa Alea.

Alea habis sampai ke akar. Tidak hanya direnggut kehormatannya, anak remaja itu juga dihabisi nyawanya. Hari itu Alea resmi menjumpai ajalnya. Dari tangan sang iblis yang sampai sekarang tidak diketahui identitasnya.

Ketika pulang, Aksa melihat kondisi meengenaskan sang adik. Entah trauma atau pun luka, Aksa tekurung dari siksaan membelunggu ini.

Melihat Bima sebagai tertuduh rudapaksa membuat Aksa menjadi berang. Kejahatan ini tidak bisa dimaafkan. Apalagi melihat pemuda itu masih berkeliaran bebas membuat Aksa menjadi tak tenang hati. Jika hukum tidak bisa memberi keadilan, biarlah Aksara yang akan mengadili. Aji mumpung aksi yang tak pernah terbalas, karena pelaku kejahatan terhadap sang adik sampai hari ini tidak pernah Aksa ketahui.

A after B | cbg [✔️]Where stories live. Discover now