4

121 24 9
                                    

Jarum jam bergerak lamban, suaranya berdetik nyaring di ruangan yang hening itu. Jooyeon menunduk sambil memainkan benang di ujung kausnya, sementara Jiseok di sebelahnya sudah mengeluarkan keringat sebesar biji jagung dari dahi.

"Jadi, dugaan gue bener? Kalian kabur?" tanya lelaki bermata tajam yang cuma pakai kaus oblong dan celana pendek di depan mereka, dia duduk melipat kaki dengan tangan bersidekap. Auranya begitu mengintimidasi sampai membuat Jooyeon hampir bersembunyi di belakang Jiseok.

"Ya ..., bisa dibilang gitu," jawab Jiseok sambil cengengesan.

"Masih bisa lo cengengesan?" Seungmin berujar sinis dengan satu alis terangkat. Sontak Jiseok melunturkan senyumnya dan duduk tegak.

"Gue nggak habis pikir sama kalian."

Jooyeon membuka mulutnya, bersiap mengeluarkan serentetan kalimat yang kemungkinan besar akan membuat mereka berakhir di jalan, tapi untungnya Hyeongjun datang membawa empat gelas minuman hangat. Kedatangannya hampir membuat Jiseok menghela napas lega, tapi ditahan karena Seungmin masih menatap tajam.

"Minum dulu, di luar pasti dingin," ucap Hyeongjun dengan lembut.

"Makasih, Jun." Jiseok menatap penuh rasa terima kasih.

Malaikat. Tidak salah lagi Hyeongjun adalah malaikat.

Jooyeon menyambar gelas terdekat dan meniup-niup tak sabaran. Jiseok ikut meraih gelas lainnya dan mengingatkan Jooyeon untuk minum dengan perlahan. Seungmin kembali membuka mulut, berniat melanjutkan interogasinya, tapi lebih dulu dipotong oleh Hyeongjun yang menyodorkan gelas ke depan hidungnya dan memberi senyum penuh arti. Decakan Seungmin nyaring terdengar, membuat Jiseok yang sudah mulai rileks kembali menegakkan punggung.

"Yaudah. Malam ini lo berdua boleh tidur di sini, tapi kalian utang penjelasan ke gue sama Hyeongjun. Jelasin besok pagi." Final. Percakapan singkat itu berakhir dengan Seungmin yang berdiri dan pergi ke dapur bersama gelasnya.

"Kalian nggak apa-apa 'kan tidur di sofa? Kamarnya cuma satu." Untungnya ada Hyeongjun yang baik hati. Tapi ada yang aneh dengan ucapannya. Kamarnya cuma satu, berartiㅡ

"Kalian tidur sekamar?" tanya Jooyeon.

"Eh, ituㅡ" Hyeongjun terlihat gelagapan, dia diam sejenak dan menambah kecurigaan yang sudah disimpan Jooyeon sejak tadi.

"Yang biaya sewanya paling murah dan fasilitas lumayan lengkap cuma ini, terus dekat sekolah juga. Kekurangannya kamarnya cuma ada satu, jadi gue sama Seungmin sepakat tidur sekamar. Tapi ya nggak seranjang juga," tutur Hyeongjun.

"Oh, gitu toh. Kenapa nggak seranjang aja deh? Gue juga sering seranjang sama Jiseok kalau lagi nginep," ucap Jooyeon tanpa rasa bersalah.

"Hah? Ya, nggak kenapa-napa," balas Hyeongjun sambil menggaruk tengkuk, "Gue ambilin selimut sama bantal dulu."

Kemudian dia menggeluyur pergi untuk mengambilkan selimut dan bantal. Jooyeon mengikuti pergerakannya dengan tampang menyelidik.

"Gue curiga deh," ucap Jooyeon sambil menghadap Jiseok.

Jiseok menyesap minumannya sebelum menoleh, "Curiga kenapa?"

"Lo ngerasa mereka agak aneh nggak sih? Gue yakin ada sesuatu antara mereka," keukeuh Jooyeon, dia menyesap minumannya dengan tampang serius.

Jiseok mengangkat bahu. "Nggak ah, biasa aja."

"Gue yakin ada sesuatu," ucap Jooyeon, keras kepala.

"Terserah lo aja lah, asal jangan aneh-aneh. Nanti kita ditendang Seungmin."

Tak lama Hyeongjun kembali dengan selimut dan bantal, malam itu mereka tutup dengan bertukar ucapan selamat malam dan Seungmin yang hanya melengos.

ೃ⁀➷

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 31, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Renjana | GayeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang