09

136 10 0
                                    

Akan ada kalimat-kalimat kasar, vulgar dan kejadian mungkin akan memicu pembaca. Ingat, ini semua hanya bacaan saja, tidak ada hubungannya dengan idol dan apabila ada hal-hal yang menyinggung, tolong diharapkan kebijakan dari setiap yang membacanya. Sekali lagi ini semua hanya karangan, fiksi semata. Terima kasih. Semangat Mley.

__________________🦋🐺___________________


Cukup lama keduanya hanya saling memandang dengan tatapan penuh damba. Hanenda yang memperkirakan bahwa perbincangan mereka bakalan panjang membawa mobilnya kesebuah taman yang tidak jauh dari rumah sakit. Mata yang saling beradu, hati pun bertalu. Dengan hati-hati, tangan Hanenda mulai mengelus pucuk halus rambut Joel. Tidak ada yang bersuara, hanya terdengar suara sayup-sayup sebuah lagu diradio mobil Hanenda , dan kalau mau mendengarkan dengan seksama, bisa terdengar suara detak jantung mereka, berdetak merdu saling sahut menyahut meneriakkan kata-kata asmara yang mendayu.

Halus, hitam, legam dan harum, padahal Hanenda yakin, anak yang berada didepannya ini belum mandi dari kemarin. Tapi penciumannya menangkap semerbak bau surgawi yang menjadikan dirinya terpenjara dan tidak akan bisa bebas lagi.

"Joel.....Joel....."

"Iya Aa'.."

Hanenda yang terjerat cinta, malu-malu untuk mengungkapkan apa yang ingin dirinya ungkapkan. Masih setia mengelus lembut pucuk rambut Joel yang sekarang menjadi candu nya itu, Hanenda hanya bisa membatin semua yang ingin dia beberkan ke Joel. Hanenda sadar, Hanenda bukan orang yang tidak peka. Hanenda sangat peka untuk tau anak yang berada didepannya ini pun memiliki rasa yang sama dengan dirinya. Hanenda bukan orang yang bodoh dan buta yang tidak bisa melihat raut malu-malu yang terpancar jelas, merona merah dipipi bulat Joel, delikan mata bila dia berbicara kepada Hanenda. Hanenda mengerti, Hanenda menangkap semua itu. Ternyata Hanenda tidak sendiri mencinta, tidak sendirian mendamba. Joel pun sedemikian rupa mencinta Hanenda.

Pelan-pelan dan sangat hati-hati elusan dirambut turun ke jemari panjang dan kokoh milik Joel. Disentuhnya jari-jari itu, pelan dan terarah. Desir percikan api cinta melanda dikedua anak adam itu. Sentuhan lembut nan syahdu itu membuat mereka menutup mata dan tersenyum. Hanenda memegang lembut dan seakan mengabsen setiap lekuk jemari Joel.

Indah. Sangat indah. Pikir Joel. Ternyata dicintai dan mencintai itu sangat indah. Joel tidak mau terbangun seumpama ini semua hanya mimpi belaka. Joel lebih memilih untuk tidur selamanya asal dirinya bisa merasakan sentuhan-sentuhan cinta dari yang terkasih. Joel terharu dengan sikap mencintai Hanenda. Joel juga merasakan apa yang Hanenda rasa. Joel juga paham kalau dirinya sangat didamba oleh Hanenda. Makanya Joel tidak risih lagi sewaktu Hanenda mengelus, memegang jari-jemarinya. Bahkan Joel haus untuk mendapatkan semuanya itu untuk setiap saat. Karena Joel tau, semua itu ungkapan Hanenda akan cinta kepada dirinya. Atmosfer didalam mobil itu berubah hangat dan lembut. Bila diibaratkan lukisan, kisah mereka saat ini terlukiskan pastel crayon dengan warna-warni cerah, bertubrukan menjadi pelangi diantara awan-awan putih dilangit biru muda dengan hamparan rumput menghijau dengan bunga-bunga bermekaran dan semilir angin memainkan rambutnya, meniupkan keharuman tiada tara.

Secara lembut, jari Hanenda bersentuhan dengan jari Joel. Menelisik setiap kulit jemari itu. Namun ternyata yang namanya kebahagiaan itu tidak pernah lama keberadaannya. Sesaat tangan Hanenda memegang tangan Joel dan membalikkan tangan itu, dapat dilihatnya sayatan-sayatan kenyataan yang terpampang jelas disana. Beberapa luka yang tergores. Ada yang dalam ada pula yang masih terasa baru. Seketika perasaan yang berbunga-bunga tadi berubah menjadi pilu. Hanenda menjadi sendu, tak kuasa menahan kesedihan. Dirinya ikut terluka disaat jemarinya membelai lembut setiap bekas goresan itu. Air mata nya tidak terasa turun mengalir dengan sendirinya. Setiap bekas luka itu membuat luka dihatinya. Hanenda melihat kearah mata Joel, dilihatnya Joel hanya tersenyum tapi penuh sarat akan luka, dengan sekali anggukan dari Joel, Hanenda pun menciumi setiap bekas goresan itu. Dikecupnya dengan kehati-hatian. Seakan-akan dengan kecupan itu, setiap goresan itu akan menghilang dengan sendirinya, sehingga tidak ada lagi bekas-bekas kesedihan tercipta. Setiap kali Hanenda membubuhkan kecupan, tetesan air mata jatuh dipipi Joel. Bukan tangisan kesedihan tapi air mata kebahagiaan yang dia rasakan. Merasa dicintai. Merasa diperlakukan dengan baik. Seakan dirinya seorang pangeran yang berada diperaduan emas. Seumur hidupnya, tidak pernah dia rasakan kebaikan dan kelembutan kasih seperti ini. Seumur hidupnya tidak pernah dilihatnya, ada orang yang menitikkan air mata untuknya, bukan air mata kesedihan tapi air mata yang penuh kepedulian. Joel terisak bahagia. Joel dengan tangan yang satunya menangkup wajah Hanenda, dan tersenyum bahagia walau ada butir-butir air mata disana. Hanenda yang ditangkup pun balik menatap Joel.

Syama Artjuni [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang