11

97 8 0
                                    

Akan ada kalimat-kalimat kasar dan kejadian mungkin akan memicu pembaca. Ingat, ini semua hanya bacaan saja, tidak ada hubungannya dengan idol dan apabila ada hal-hal yang menyinggung, tolong diharapkan kebijakan dari setiap yang membacanya. Sekali lagi ini semua hanya karangan, fiksi semata. Terima kasih. Semangat Mley.

___________________🦋🐺__________________





"Hai Dek". Dengan senyum merekah yang terpampang jelas diwajahnya, Hanenda malam ini sangat bahagia dan makin gagah didalam balutan jaket varsity biru.

"Eh Aa, knp kerumah, kan tadi janjinya depan lorong aja." Joel yang terkejut tapi tidak terlalu kaget itu pun terpana malam ini akan kehadiran Hanenda didepan pintu rumahnya.

"Heheee, Aa'nya tidak diizinkan masukkah?

"Eh iya. Masuk A', maaf rumahnya kecil berantakan juga. Duduk dulu A'."

"Dek, Aa' boleh peluk tidak?". Hanenda saat ini sudah merentangkan kedua tangannya.

Joel dengan segera menubrukkan dirinya kedalam pelukan Hanenda. Tidak lupa segera menutup pintu rumahnya. Dengan tidak tau diri, Hanenda meminta pelukan. Joel pun mencium aroma tubuh Hanenda yang begitu wangi dan berkesan classy. Pasti harga parfume-nya Aa' mahal banget, parfume-nya wangi, sangat menggambarkan lelaki classy elegant dan mahal tentunya. Joel bahkan membenamkan wajahnya ke dalam pelukan Hanenda saking suka-nya ia dengan parfume Hanenda. Tubuh yang semampai, malahan terkesan hampir sempurna itu, tidak kurus apalagi tidak gemuk juga. Joel menutup matanya dan membiarkan dirinya larut dalam pelukan tersayang Hanenda.

Hanenda juga tidak kalah menghirup aroma tubuh Joel yang meski Joel tidak memakai parfume apa-apa tapi kenyataannya tubuhnya mengeluarkan aroma lemon yang Hanenda pikir mungkin berasal dari sabun mandi yang Joel pakai. Keadaan Joel yang sangat sederhana malam ini, hanya dibalut tshirt biru yang gambarnya sudah pudar, dan celana puntung jeans belel, membuat Joel malam ini terkesan pemuda tengil yang sering nongkrong depan lorong. Hanenda yang sedari tadi tidak bisa berhenti tersenyum itu, memeluk tubuh Joel yang dia rasa untuk ukuran remaja tanggung, tubuh Joel bisa dibilang lumayan besar, pundak Joel lebar dan kokoh. Dieratkannya pelukan mereka berdua, Hanenda juga makin menenggelamkan wajahnya diceruk leher Joel yang malam ini sangat terekspos makin menambah beribu kupu-kupu terbang diperut Hanenda.

Hanenda mengelus lembut punggung Joel, menghirup dalam-dalam aroma tubuh kekasihnya itu, Hanenda malam ini bagai orang yang baru pertama kali merasakan cinta. Padahal diumurnya yang ke 27 tahun ini, dia sudah beberapa kali memadu kasih dengan beberapa wanita pujaan hatinya, dulu sekali. Tapi baru kali ini, dia merasakan cinta yang sebenarnya.

Baru kali ini juga dia merasakan keseriusan untuk memperjuangkan cintanya. Bahkan dirinya sudah siap untuk bertaruh dan menjadi tameng untuk kekasihnya itu. Karena Hanenda tau dan paham, kali ini bahkan dunia beserta seisi alam akan menghukum dan menghakimi kisah cintanya. Tapi Hanenda tidak akan peduli, biarkan Hanenda menjadi seorang manusia pendosa, Hanenda akan memperjuangkan cintanya kalau perlu memberikan nyawanya pun dia rela.

"Aa', sampai kapan Aa' meluk Adek? G cape berdiri terus? G mau duduk?" Sambil mendongakkan wajahnya, Joel tersenyum memandang wajah Hanenda yang malam ini menjadi 1000 kali lipat kegantengannya.

Hanenda yang dilihati oleh Joel hanya bisa membalas dengan gelengan kepala tanda tidak menerima usulan Joel. Sambil tertawa kecil, Hanenda masih setia memeluk Joel, yang sekarang ini Hanenda juga mulai mengelus lembut pucuk rambut Joel, dengan sesekali menghirup aroma rambut Joel yang hitam legam itu.

Joel yang dilihati sedemikian rupa itu dan diperlakukan dengan lembut itu semakin merona dan kembali menenggelamkan wajahnya kedalam pelukan Hanenda.

Tidak ada yang mau melepaskan. Mereka tidak ingin melewatkan waktu dengan tidak saling memeluk. Joel makin merasa dirinya melayang. Seumur hidup Joel yang sudah beranjak remaja ini, dirinya baru kali ini dipeluk dengan erat dan bermandikan kasih sayang. Joel yang selalu seorang diri, dan selalu tersisihkan oleh keadaan pun makin terbuai dan terayun oleh kasih sayang yang Hanenda berikan.

Padahal baru saja hari ini mereka menjalani selayaknya sepasang kekasih. Namun perasaan dan kasih sayang yang mereka tunjukkan itu, sudah sangat melimpah bahkan tumpah-tumpah melebihi ruang yang ada direlung hati kedua anak adam itu.

"Aaaaaaaa Joel, Aa' tidak mau lepas pelukan Aa'. Kalau bisa bahkan sampai pagi pun Aa' sanggup peluk kamu". Hanenda bahkan menggoyang-goyangkan tubuh mereka kekanan kekiri, semakin mempererat pelukan.

"Kalau gitu jangan dilepas A'. Jangan lepas Adek A'.

Mungkin ada sekitar 10 menit mereka saling berpelukan dan tidak mau melepaskan. Joel duluan yang mulai melonggarkan pelukan itu, meski Hanenda merengut bagai seorang bocah yang dilarang bermain disore hari. Joel tertawa kecil melihat tingkah laku Hanenda.

"A'. Aa' klo kaya gini macam bokem deh A'. G cocok banget ama penampilan Aa' yang udah keren. Hahaha"

"Adek sih, kenapa dilepas peluknya Aa'. Aa' tuh masih mau peluk, peluk, peluk, gitu loh Dek"

"Aa' nih hahahaha udah deh A', duduk dulu, tunggu Adek ganti celana. Kan katanya mau jalan-jalan?"

Tangan Hanenda yang masih setia memegang tangan Joel digoyang-goyangkan oleh Joel. Seraya membujuk sang pacar, supaya dirinya tidak ngambek.

"Iya, ganti celana dulu. Tidak boleh pakai celana pendek gitu, Aa' larang. Adek sudah tidak boleh pakai yang pendek-pendek. Oke. Oke sih pastinya"

"Lah apaan Aa' nih. Mana bisa gitu A'. Yang benar aja. Panas tau A'. Aa' ada gila-gilanya."

Melihat Joel yang berlalu dari dirinya dengan wajah yang kesal dan hentak-hentakan kaki, Hanenda malahan makin tertawa dan menahan gemas. Ada gitu penampakan anak muda dengan tubuh yang tinggi, pundak yang lebar dan wajah yang tegas tapi berlagak anak kecil usia 3 tahun. Hanenda makin dibuat gemas oleh segala tingkah laku Joel. Dasar Hanenda sudah termasuk dalam golongan manusia-manusia budak cinta alias bucin.

Joel yang beranjak dari ruang tamu yang merangkap ruang tv dan makan dirumahnya itu, membuat Hanenda memutuskan melihat-lihat keadaan rumah Joel yang ukurannya sangat jauh dari ukuran apartmen mewah Hanenda. Dilihatnya ada beberapa foto lawas yang berada dilemari kecil dengan beberapa perlengkapan makan dan juga buku-buku yang menurut Hanenda itu pasti kepunyaan Joel.

Dilihatnya foto-foto lawas itu, ada beberapa gambaran anak kecil yang imut dan tersenyum bahagia. Ada pula yang sedang pose tengil ala-ala bocah ingusan. Dan Hanenda tau pasti, bocah itu tidak lain dan tidak bukan Joel Sagala.

Hanenda tersenyum simpul melihat beberapa foto tersebut, bahkan dirinya sesekali mengusap kaca lemari yang membingkai foto-foto itu. Ada yang menarik perhatiannya, diantara 3 foto itu, foto Joel kecil yang memperlihatkan gigi kelinci nya yang makin membuat Hanenda menahan gemas.





🦋🐺

Syama Artjuni [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang