Akan ada kalimat-kalimat kasar dan kejadian mungkin akan memicu pembaca. Ingat, ini semua hanya bacaan saja, tidak ada hubungannya dengan idol dan apabila ada hal-hal yang menyinggung, tolong diharapkan kebijakan dari setiap yang membacanya. Sekali lagi ini semua hanya karangan, fiksi semata. Terima kasih. Semangat Mley.
___________________🦋🐺__________________
Mereka sekarang sudah berada didepan lorong area pemukiman Joel. Terlihat semraut dan sempit. Itu yang terlihat oleh mata Hanenda. Tapi Hanenda tidak memperdulikan.
"Joel, nanti jangan lupa chas batrei hp nya yah. Aa' tadi sudah chat Adek. Jangan lupa juga save nomer Aa'. Kalau perlu dipin biar chat Aa' paling atas, jadi ada apa-apa kamu langsung bisa hubungi Aa'."
"Iya A'. Aa' juga sampai dirumah, harus istrahat, dari semalam kata Dokter Yos, Aa' kurang tidurnya karena jagain Adek." Makasih yah A'."
"Oke young man, Aa' bakalan istrahat, kamu juga begitu. Aa' sudah transfer di gopay kamu, kamu kalau lapar pesan makanan yang sehat. Jangan seblak terus, kasian perut kamu. Vitamin dari Dokter Yos jangan lupa diminum. Obat anxiety nya kalau memang perlu diminum kamu minum yah. Jangan sampai kecanduan obat penenang. Aa' tidak mau ginjal kamu kenapa-kenapa, ngerti Dek?"
"Aye Aye Captain. Adek ngerti kok. Toh juga selama ini, Adek g pernah minum obat, nanti Dokter Yos ngasih itu baru aku tau ternyata penyakit tremor ku ada obatnya, hehehe, kalau gitu Adek masuk dulu, Aa' hati-hati nyetirnya."
"Dek, peluk Aa' dulu boleh?"
Dipeluknya Hanenda dengan erat. Mereka saling memberi afeksi satu sama lain. Menghirup dalam-dalam aroma tubuh yang menenangkan hati. Mabuk akan cinta. Mabuk akan asmara.
Hanenda pun melihat tubuh Joel yang menghilang kedalam lorong yang kumuh dan sempit itu. Hanenda yang mulai bayi sampai detik ini, yang selalu berada dalam kawasan elit bersih dan luas. Merasa penuh syukur sudah bisa terlahir dalam kehidupan yang penuh dengan kasih sayang dan materi yang berlebih. Dia tidak habis berpikir, bagaimana Joel bisa hidup dengan sehari-harinya. Bagaimana Joel kecil berlari dari amukan orang tuanya didalam lorong sempit itu. Dilihatnya berbagai macam manusia yang boleh dikata dari golongan menengah kebawah itu, ada yang bertampang kasar, ada pula yang berjalan lunglai dengan gerobak yang masih penuh dengan jualannya, bertanya-tanya dalam hati, mungkin jualannya itu tidak laku makanya bapak itu terlihat lunglai.
Hanenda pun berharap bisa segera membawa pergi Joel-nya keluar dari kawasan itu. Dia ingin Joel-nya juga merasakan apa yang sehari-harinya dia rasakan. Dia ingin Joel-nya tidak kekurangan akan apapun lagi. Dia akan bertanggung jawab penuh akan masa depan Joel. Dirinya pun mulai merancang-rancang masa depan untuknya dan juga untuk Joel. Meskipun dia tau, tidak akan ada masa depan untuk mereka berdua, setidaknya dia bisa memberi masa depan yang cerah untuk Joel seorang.
🦋🐺
Hari pun sudah memasuki waktu malam. Bintang sudah menebarkan cahayanya, rembulan pun ikut memandikan bumi yang pekat ini dengan cahaya kemilaunya.
Dua insan dilain tempat, sedang bercengkrama lewat telepon genggam. Hanenda di apartemennya yang mewah saat ini duduk didepan balkon kamarnya, sedang tersenyum simpul melihat kearah layar teleponnya yang menampilkan wajah terkasih. Dibalut kaos putih dan wajah yang segar itu, Hanenda makin terlarut jatuh, jatuh akan pesona indah diri Joel. Bahkan Joel hanya memakai pakaian sederhana yang lusuh itu tidak mengurangi kadar keindahan dirinya dimata Hanenda. Mereka berdua saling bersendau gurau, selayaknya dua insan dimabuk asmara.
Kadang Joel, menutup wajahnya tertunduk, dikala tidak kuat menahan salah tingkah akibat ditatap sedemikian dambanya oleh Hanenda. Pipi merona terlihat lagi dimalam itu. Hanenda makin dibuat gemas dan ingin memeluk erat tubuh elok Joel. Hanenda seakan ingin terbang menuju kerumah Joel saat ini. Begitulah insan yang sedang dimabuk cinta. Lupa akan daratan.
"Dek, besok kamu jam berapa ibadah nya? Aa' jemput yah, habis itu kita ke pantai atau Adek mau kemana hmm?" Tanya Hanenda sewaktu ia mengingat bahwa besok hari minggu, dan mungkin Joel akan beribadah dulu sebelum dirinya mengajak sang kekasih berlibur ke pantai.
Terlihat diseberang layar, Joel sedikit terbengong dan menggigit bibir bawahnya. Dirinya tidak tau harus menjawab bagaimana. Seingat dia, sudah terlalu lama dirinya melupakan jati diri dan mengingat Tuhan-nya. Dirinya terlarut akan kesedihan dan merajuk ke-Tuhan.
"Dek, Joel, Hello, young man, hmm kenapa Dek ku sayang? Kok tidak jawab Aa'?"
"A' maaf, Adek g tau mau jawab apa. Sudah lama Adek g melaksanakan ibadah. Maaf A'." Joel hanya bisa tertunduk dan tidak berani menatap wajah Hanenda.
Dilain pihak, Hanenda sudah menduga akan hal ini. Jadi dirinya juga tidak berhak untuk memarahi ataupun menggurui Joel. Dia pun dengan hati-hati memberitahukan ke Joel tentang kewajiban manusia untuk mengingat dan beribadah kepadaNya.
"Jadi, ingat alarmnya dinyalakan, besok jam 6 pagi Aa' jemput, kita sarapan dulu habis itu Aa' antar ke Gereja. Joel, dengar Aa' kah?"
"Iya Aa', Adek dengar kok. Apa harus pagi banget yah A' sarapannya? Emang kita mau pergi sarapan di bulan? Pagi benar sarapannya orang kaya yah, baru tau Adek." Dengan wajah tengil dan mulut yang mengerut lucu, Joel terlihat kesal dibalik layar telepon.
Hanenda hanya bisa tersenyum melihat Joel seperti itu. Dirinya tidak pernah membayangkan, bisa mencintai sedalam ini bahkan rela menjadi seorang pendosa hanya untuk Joel. Bahkan dia tidak bisa memperkirakan dirinya mencintai anak muridnya sendiri, bahkan hanya dalam waktu yang singkat, dirinya bisa sejatuh cinta itu ke Joel.
"Kamu lucu Dek. Aa' makin sayang sama kamu. Aa' sayang sekali, lebih dari sayang Aa' kepada siapapun, sesak sekali rasanya, terlalu penuh, Aa' cinta kamu Joel. Aa' sayang sama kamu, Aa' ingin peluk kamu sekarang, Aa' ingin berada dipelukmu Joel"
Joel menatap kekasihnya dengan senyuman penuh cinta, penuh damba. Joel pun sangat ingin memeluk kekasihnya itu. Sungguh sangat ingin.
"Adek pun sangat sayang Aa' cinta Aa', melebihi diri ini, melebihi ruang dan waktu. Adek g pernah jatuh cinta, Adek g pernah menyayangi orang lain, Adek g tau bagaimana caranya, tolong ajari Adek untuk menyayangi sebagaimana Aa' mencintai Adek sedalam ini. Adek juga ingin memeluk Aa', ingin dipeluk Aa'. Adek ingin Aa', Adek butuh Aa'."
"Kalau begitu tunggu Aa' disitu, 15 menit lagi Aa' jemput yah, g usah pake jaket, nanti Aa' bawakan punya Aa'. Aa' kesana sekarang yah sayang?"
"Iya A', hati-hati, tolong sampai dengan selamat. Adek tunggu Aa'."
Panggilan video itu pun terputus. Buru-buru Hanenda membasuh wajah dan mengambil jaket dan hoodie untuk dia dan Joel nantinya. Meski memakai mobil, tapi malam ini cukup dingin dirasanya. Hanenda tidak mau mengambil resiko Joelnya jatuh sakit. Distaternya mobil hitam sedan itu dan menjalankannya dengan kencang, dirinya takut Joel akan lama menunggu kedatangannya. Malam minggu ini Joel tidak sendiri lagi. Malam minggu ini Joel tidak akan capek-capek melayani pelanggan diwarung makan Abah depan lorongnya. Kali ini Joel ingin egois, ingin merasakan nikmatnya gairah disaat muda. Bermalam minggu, saling beradu kasih, saling melengkapi.
🦋🐺

KAMU SEDANG MEMBACA
Syama Artjuni [HIATUS]
FanficHanenda - Joel, didalam sebuah utasan kelam semesta. Mereka hanya inginkan kisah mereka laksana Asmaraloka tapi sayang norma diatas asmara. Mereka tak punya kuasa untuk melawan takdir Pemilik Kehidupan.