SEE YOU BANDUNG

16 12 11
                                    

Kini diruang keluarga kumpul lah para remaja yang sedang asik mengobrol dengan canda guraunya. Saat mereka sedang asik, sebuah langkah kaki menuruni tangga membuat mereka menoleh kearahnya.

"Wahh! Bro liat siapa ini yang turun!" Ucap fardan.

"Gimana bro lancar kangen nya?" Tanya rival jahil.

"Beres?" Tanya agaskar.

"Ngapain lo lama di kamar ara?" Tanya nizam curiga.

"Berisik lo pada." Ucap rivel.

Ia melirik ke arel yang sedang asik mengemil, arel yang tahu jika diperhatikan pun menengok.

"Apa?" Tanya nya, membuat yang ditanya menghela nafas pelan.

"Gue belum siap ldr sama adek lo rel." Ucapnya pelan.

"Gue juga zal, tapi mau gimana lagi? Keputusan bonyok gue ga bisa di rubah." Ucap arel, yang menepuk bahu faizal menenangkan.

"Oh iya rel! Bonyok lo kaga balik? Kan si ara mau berangkat." Tanya rival mencari keberadaan ortu arel dan ara itu karena sedari tadi mereka datang tidak melihatnya.

"Biasa lah orang sibuk." Ucap arel enteng, lalu melanjutkan mengemilnya.

"Sibuk sih sibuk rel, tapi bonyok lo kaya berasa kaga ada anak aja etdah." Timpal nizam.

"Percuma, jangan bahas nanti ara denger." Sahut agaskar.

"Gue masih ga nyangka aja sih faizal jadian sama bocil, mana tu si ara cinta pertama lo ga sih zal?" Tanya fardan, melirik sang empu.

Ia menganggukkan mengiyakan. "Cinta pertama dan terakhir."

"Jangan pernah lo sia-siain kepercayaan dia zal." Peringat arel.

"Pasti, gue ga akan rusak kepercayaan itu."

"Dari dia, gue bisa merubah pandangan tentang cinta. Yang gue pikir cinta itu hanya sebuah perasaan suka atau penasaran untuk memilikinya. Tapi gue salah, ternyata pandangan cinta yang gue dapat dari dia itu sebuah perasaan suka yang gue kira juga itu hanya kagum. Nyata nya, perasaan yang membuat gue nyaman dan tenang disaat bersamanya. Perasaan yang tiba-tiba menjadikan dia tempat gue pulang, tempat gue lelah dari semua hal sebut aja rumah. Rumah yang menerima kekurangan dan kelebihan yang gue punya, dia yang selalu siap ketika gue butuh sandaran, dia yang selalu siap menjadi pendengar setiap gue berbicara apapun. Dan dia yang memberitahu gue bahwa dunia gue akan baik-baik aja, meyakinkan gue bahwa diri gue mampu untuk menghadapi rintangan dalam hidup. Dia ngajarin banyak hal yang belum gue ketahui, dia iya dia lagi dari dia yang mengerti tentang gue walaupun ga bertanya. Tapi dia, mengerti harus bagaimana dia memahami cowo ini yang jauh dari kata baik. Karena nya gue jadi terus berusaha untuk menjadi lebih baik untuk diri gue sendiri." Jelasnya.

"Iya intinya mah, dia bener-bener semesta bagi lo. Dia juga yang ngingetin lo untuk selalu mengandalkan Tuhan dalam hidup lo." Sahut rival.

"Bener tuh, gue juga liat lo beda semenjak jalin hubungan dengan ara." Timpal fardan.

"Gadis itu merubah segala pandangan yang lo pikir buruk nyata nya itu baik, dan juga karena gadis kecil itu lo bisa menjadi diri sendiri tanpa harus menutup topeng yang lo punya." Timpal agaskar.

"Kalo mau jadi bucin sama dia, lo harus tau porsi nya jangan berlebihan. Dia juga ga akan biarin lo memberi semua apa yang lo punya, termasuk kasih sayang dan cinta. Dia mau menerima apa yang lo kasih, tapi dia lebih memilih untuk diri lo dulu yang merasakan apa yang akan lo kasih untuknya." Sahut nizam.

"Jaga hubungan lo, jangan sampai biarin banyak badai yang menghalangi hubungan kalian terus menerus." Timpal rivel.

"Kalo pun itu tentang restu, atau takdir. Kalian harus siap untuk memberi ruang masing-masing, intropeksi diri kalian perbaiki semua yang ada dalam diri kalian." Ucap arel.

𝟒'𝐅𝐀𝐕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang