Puluhan bodyguard kini menunduk hormat setelah melihat kedatangan sang tuan di markas besarnya.
V sudah kembali dari rumah Justin dengan menuruni helikopter nya dengan raut wajah senang.
"Bagaimana yang lain?" V menoleh pada Louis di belakangnya.
"Yang lain masih berusaha menahan pengawal mereka yang mencoba mengikuti anda dari belakang, namun anda tidak perlu khawatir. Hingga masuk gerbang tadi, tidak ada hal mencurigakan sampai sejauh ini." Louis memberi laporan.
V mengangguk singkat.
"Apa Rosé akan baik baik saja setelah penembakan? Luka itu tidak terlalu dalam kan? Jika nyawa Rosé tidak tertolong karena penembakan itu, aku akan menghabisi Ren," ancam V dengan pelan sambil menyalakan rokok di tangannya.
Ren adalah bawahan V yang ditugaskan untuk menembak Anné.
"Anda tidak perlu khawatir, tuan, nona Anné akan pulih beberapa hari ke depan mengingat lukanya tidak terlalu dalam."
"Targetnya pun tidak mendapatkan luka di area vital yang membuatnya kehilangan nyawa, saya jamin itu."Setelah masuk ke dalam, V mendudukkan tubuhnya di sofa ruangan.
Mau bagaimanapun, dia khawatir pada keadaan Anné saat ini walaupun karena dialah Anné terluka. Dia hanya perlu melakukan sedikit skenario untuk membuat permainan sedikit menarik.
Bagi V saat ini, prioritasnya yang paling pertama adalah kekuasaan. Jika dia sudah mendapatkannya maka dia bisa memberikan hidup yang layak bagi Anné kedepannya nanti, dan jika semuanya sudah dia dapatkan, dia berencana hidup bahagia dengan Anné dan meninggalkan kehidupannya yang sekarang.
Seperti janji antara dia dan Anné dulu, Anné akan menjadi tempat pulang V.
"Bagaimana laporan dari markas utara?" Tanya V lagi setelah menyesap rokoknya dan menghembuskannya dengan pelan.
"Salah satu anak buah mereka, Christopher nampaknya sedang menuju utara."
V menyeringai setelah mendengarkan laporan dari Louis. "Jadi targetnya yang di utara?"
"Sepertinya benar, tuan."
Sudah tidak heran lagi bagaimana mereka saling menyerang satu sama lain, Justin yang memiliki tanah kekuasaan di bagian timur dan barat lalu V yang ada di selatan dan utara, mereka terus berseteru merebut daerah kekuasaan masing-masing dengan perang yang tak berujung.
Namun satu hal yang paling diincar oleh V, yaitu markas milik Justin yang ada si bagian timur. V sudah tau kalau markas bagian timur adalah bagian kekuasaan terbesar Justin diantara 4 daerah yang disebutkan tadi.
"Jika dia ingin merebutnya dariku, maka kita akan ambil bagian timur dan barat dari mereka."
"Serahkan beberapa anak buahku untuk segera menuju ke bagian barat, jangan ada ampun untuk kali ini. Habisi semua yang ada di sana." Perintah V dengan tenang."Baik, tuan!" Louis memainkan iPad nya beberapa saat.
"Permainannya dimulai, Jeon.." seringai V tercetak jelas di wajahmu diiringi asap rokok yang mengelilinginya.
.....
"Bagaimana? Apa mereka sudah terlihat?" Seorang pria bertato menatap bawahannya dengan santai.
"Sudah! Dari pantauan beberapa CCTV tersembunyi, kurang lebih ada 1000 pasukan dari V yang menuju kemari." Nic memberi tau hal tersebut pada Cristian.
Cristian adalah penjaga markas bagian barat milik Justin.
Cristian tersenyum miring sambil melipat lengan kemejanya. "Aku senang Justin memberiku tugas untuk ini semua."
"Sepertinya hari ini akan jadi pesta darah." Lanjutnya."Tunggu kedatangan mereka di gerbang depan, jangan biarkan mereka masuk selangkah pun." Perintah Cristian pada Nic.
"Baik!" Nic berjalan keluar.
"Aku akan turun jika ada seseorang yang menarik perhatianku nantinya," gumam Cristian sambil mengelap pistol kesayangannya.
"Sepertinya para semut semut itu harus bersyukur karena bukan Justin yang turun tangan langsung.... Tapi ku pastikan kalian akan mendapat penyiksaan yang hampir sama seperti yang dilakukan Justin." Lanjutnya.
💎
"Justin." Edward dan Michael berusaha membangunkan Justin yang sedang tertidur di samping ranjang Anné dengan posisi duduk.
Terhitung sudah 2 hari lamanya Anné belum bangun dan Justin setia menunggu Anné sambil menggenggam tangan mungil Anné.
Justin menggeliat bangun dan menatap sekitar.
Pandangan pertamanya langsung tertuju pada Anné terlebih dahulu.
Masih belum bangun.
"Ada apa?" Kini Justin beralih menatap kedua sahabatnya.
"Ini sudah pagi, kau harus sarapan." Ucap Michael, kemudian menyuruh salah satu pelayan untuk menyerahkan nampan berisi sarapan pada Justin.
PRANG!
Justin menepis nampan berisi sarapan tersebut dengan kasar membuat isinya jatuh berserakan.
Respon yang sama lagi.
"Harus ku katakan berapa kali agar kalian paham? Aku tidak akan makan sebelum Anné bagun!" Ucap Justin dengan tegas, menatap Michael dan Edward dengan dingin.
"Jangan bodoh, Justin! Jangan menjadi pecundang hanya karena Anné belum sadar, dia belum mati jadi apa yang kau khawatirkan!" Michael membuka suara.
"Mic.." Edward memegang bahu Michael.
"Kau ingin menjadi pecundang lagi? Kau benar-benar rela mati hanya untuk satu wanita saja? Masih tidak ingat bagaimana seorang wanita juga pernah mengkhianati mu?" Michael menatap Justin remeh.
Sedangkan Justin hanya diam, genggaman tangannya pada Anné semakin menguat.
"Jangan samakan Anné dengan dia." Justin menatap Michael dengan tajam.
Michael mendengus, kemudian berbalik pergi.
"Mic, kau ingin kemana?" Tanya Edward.
"Aku akan pergi ke mari bagian timur." Michael menutup pintu kamar dengan kasar.
Edward kembali menatap Justin yang kembali diam.
"Justin, benar apa yang dikatakan Michael tadi. Setidaknya makanlah walaupun sedikit, aku yakin Anné akan sedih jika melihat keadaan mu nanti." Ucap Edward berusaha membujuk Justin.
Bahkan dari penampilannya saja, Edward tau kalau Justin berusaha menahan laparnya. Justin juga manusia biasa yang butuh makan agar memiliki tenaga untuk menghadapi musuh, namun bukan hanya terlihat lapar saja, Justin juga terlihat seperti orang gila saking kacaunya.
Justin melirik Anné, mencium tangan kurus Anné sekilas sambil tersenyum miris. "Aku tidak yakin dia sedih, mungkin dia akan senang melihat keadaan ku yang berantakan saat ini.." Justin tiba-tiba terkekeh.
Entah apa yang lucu, Edward tidak tau.
"Kemarin dokter Shin datang, bagaimana hasil pemeriksaan nya?" Justin mengalihkan topik pembicaraan.
"Semuanya semakin membaik, kau tidak perlu khawatir."
"Syukurlah," gumam Justin.
Sejujurnya Justin sangat khawatir mengenai keadaan Edward, namun saat Edward mengatakan semuanya membaik, dia merasa lega.
"Jika kau merasakan sesuatu, jangan ragu untuk mengatakannya padaku, Ed! Aku akan marah jika terjadi sesuatu padamu nanti."
"Terima kasih karena sudah mengkhawatirkan ku."
#####
Justin belum turun tangan ygy😵
Jadi Anné bakalan milih V atau Justin nih?
Kasi Kim sebongkah berlian dulu💎💎💎💎biar bisa next.