Bab 1: Kekalahan

25 17 2
                                    

Untuk negara ini aku abdikan hidup,
mencoba membakar kegelapan dengan api redup,
hingga titik akhir sebelum mata ini selamanya tertutup.

______________________________________________

Sekitar 1.000 tahun yang lalu, terjadi peperangan besar yang sangat dahsyat antara 800.000 tentara Kerajaan Timur melawan 900.000 tentara Kerajaan Barat, yang berakhir dengan kekalahan di pihak Timur. Dalam kekalahan yang menewaskan banyak tentara, sang panglima berlutut di tanah dengan tangan kanan bertumpu pada pedang. Menengadahkan wajahnya yang berlumuran darah untuk menatap ke arah langit yang nampak sangat suram, dengan awan gelap yang menggumpal membawa pertanda hujan akan turun.

Niat awal pergi untuk membawa kemenangan, malah berakhir dengan kegagalan. Mati dalam peperangan mungkin hal yang biasa, tapi bagi dia yang seorang panglima, yang memimpin ratusan ribu bawahan menghadapi kekalahan merupakan kegagalan yang teramat fatal dan memalukan. Dengan kekalahan ini, dia tidak hanya kehilangan bawahan, tapi juga kehilangan negara dan keluarganya.

Setelah kematiannya, entah apa yang akan terjadi pada kerajaan Timur. Mereka mungkin akan mengutuk ketidakmampuannya di neraka nanti.

Bersamaan dengan tetesan hujan yang jatuh satu persatu membasahi bumi, sang panglima perlahan menutup matanya. Secara perlahan pula kepalanya mulai tertunduk dan terkulai lemah.

Di sinilah, dalam peperangan perebutan kekuasaan antara mempertahankan kerajaan melawan mereka yang serakah, sang panglima gugur dengan 800.000 tentaranya. Membawa ribuan penyesalan, dan rasa bersalah.

Akibat dari kekalahan tersebut, Kerajaan Timur menjadi lautan api, yang berkobar selama berminggu-minggu lamanya. Menghanguskan semua harta benda, tumbuh-tumbuhan serta hewan tanpa ada yang tersisa. Dan dalam kehancuran itu, semua orang mengutuk sang panglima yang telah gugur. Mengutuk kegagalannya, tanpa tahu bahwa sang panglima itu sendiri lebih menderita daripada mereka. Dia tidak hanya kehilangan nyawa nya, tapi juga gagal melindungi orang-orang yang di sayanginya. Sebuah aib yang akan selalu di bawanya hingga ke neraka nanti.

_____

"Wilson ..."

"Wilson ...!"

"Hey Wilson! Ayo bangun!"

Teriakan berulang-ulang yang memekakkan telinga membuat pria paruh baya yang tengah tertidur mulai membuka matanya perlahan. Dia menyipitkan matanya karena cahaya yang secara agresif menusuk indra pengelihatan nya.

"Ah, aku ketiduran." Setelah membiasakan diri dengan cahaya di ruangan itu, dia mendongak menatap pria paruh baya lainnya yang berdiri di depannya.

"Wilson, kau selalu tertidur di sini. Mengapa tidak pulang saja?"

Pria yang dipanggil Wilson itu menggosok leher dan bahunya yang terasa sakit sebab tertidur dengan posisi duduk. "Aku ingin menyelesaikan proyek ini lebih cepat. Tidak ada waktu untuk disia-siakan."

Regi menatap kosong ke arah Wilson. Ini bukan pertama kalinya dia melihat pria itu tertidur di laboratorium ini. Bisa di bilang, sejak mengenal Wilson sekitar 25 tahun yang lalu, Regi jarang melihat dia beristirahat dengan baik. Pria berusia 40 tahun itu selalu sangat berdedikasi untuk menyelesaikan proyek ini, dan tidak ayal dia akan melupakan waktu makan nya.

"Aku sudah sangat penasaran sejak dulu, mengapa kau ingin membuat mesin waktu? Bukankah hal ini terasa cukup mustahil untuk dilakukan?" Regi berjalan mendekati penghalang kaca, menatap ke dalam ruangan yang dipenuhi dengan berbagai jenis kabel, entah itu besar atau kecil. Di ruangan itu terdapat sebuah kapsul yang seukuran pintu, sekiranya bisa menampung satu orang. Itu adalah kapsul waktu yang sudah mereka kerjakan sejak 24 tahun lalu. Sejak itu dibuat, dia sebagai salah satu ilmuan yang berperan penting dalam pembuatan mesin ini, sama sekali tidak tahu apa tujuan sahabatnya untuk membuat benda ini.

Redemption Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang