PART 13

931 113 2
                                    

Saat ini di ruangan Velix, ada 2 dokter yang menangani penyakitnya dan juga ada dokter mata. Jenlisa dan Seulrene juga ada disana, sementara Shalom di titipkan sebentar pada Halmeoninya.

"Sudah di pastikan, semuanya bisa di lakukan sekarang Presiden Kim." Lapor Dokter yang akan melakukan oprasi mata untuk Velix.

"Lakukanlah. Kalian sudah tahu kinerjaku, aku tidak menerima hasil 99% disaat kalian menandatangi kerjasama denganku." Jawab Jennie dengan mode dinginnya.

Dokter itu membungkuk, "Saya akan memberikan hasil 100% untuk Presiden Kim. Kalau begitu saya permisi untuk mempersiapkan ruang oprasi, ketika sudah siap, nanti akan ada 2 perawat yang membawanya ke sana Presiden Kim." Jennie hanya mengangguk jadi ketiga dokter itu berjalan keluar.

Saat pintu tertutup, Jennie menghampiri Velix yang sedang duduk dalam diam.

"Velix…" panggil Jennie lalu memegang tangannya.

"Ya Ibu…" jawabnya dengan lancar namun wajahnya masih malu-malu.

"Aku sudah berusaha agar kau bisa melihat dunia ini, jadi sekarang giliranku yang menuntut usahamu agar cepat pulih. Kau tahu, aku mulai menerimamu sebagai Anakku, dan aku ingin mengurus berkas-berkasmu jadi kau harus sembuh karena urusan itu membutuhkan tanda tanganmu…" jeda Jennie lalu membawanya ke dalam pelukan membuat Lisa maupun Seulrene yang melihat itu hati mereka meleleh terharu.

"...aku ingin kau menjawab pertanyaanku ini, apa cita-citamu?" Lanjut Jennie dengan bertanya.

Velix merasa hangat dengan pelukan Jennie, meskipun bukan Ibu kandungnya, pelukan ini jauh lebih nyaman dan aman.

"Aku ingin menjadi Dosen." Jawaban Velix membuat Seulrene langsung menatap Lisa. 

Biar bagaimanapun, Lisa sempat menjadi dosen meskipun hanya di saat-saat yang tertentu.

"Itu bagus. Kau harus sembuh dan belajar dari Ayahmu. Apakah kau tahu kalau Ayahmu memiliki Kampus dan pernah mengajar disana?" Tanya Jennie dengan lembut.

Sedangkan mata Velix langsung bersemangat, "Benarkah Ibu? Tidak, aku tidak tahu. Jadi kalau aku sembuh aku bisa mengajar disana?" Tanya Velix dengan semangat.

Tapi Jennie menggeleng, "Tidak. Aku akan membuat kampus baru untukmu. Jika kau ingin menjadi dosen, aku ingin kau juga yang memegang kampusmu sendiri. Jadi berjanjilah padaku, kau harus semangat dan pulih, oke?" Jawab Jennie.

Velix mengangguk dengan semangat di pelukan Jennie dan menjawab, "Oke Ibu. Aku berjanji." 

Mata Lisa semerah darah. Dia merasa malu karena melihat Istrinya yang memikirkan begitu banyak hal untuk Velix. Sementara dia yang notabanknya adalah Ayah kandung, tidak memikirkan sampai kesana. Dengan rasa syukur ini, Lisa segera menghampiri mereka dan memeluk keduanya sekaligus.

CEKLEK!

"Permisi Presiden. Sudah saatnya untuk pasien menuju ruang oprasi." Pintu terbuka dan dua orang suster masuk.

Jenlisa hanya mengangguk lalu membiarkan mereka mengambil alih Velix.

"Jangan takut, kita akan menunggumu disini sampai selesai, oke? Semangat Bung." Kata Lisa dengan lembut.

Velix mengangguk, "Terima kasih Ayah, Ibu." 

.

.

.

2 jam sudah berlalu, disana yang tersisa hanya Jenlisa dan Irene. Sedangkan Seulgi pamit pergi karena harus menjemput Anak gadisnya di sekolah.

LE SILENZIO (JENLISA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang