3. Gelap

954 218 89
                                    

Haiii ... selamat siang👋. Semoga kita semua dalam keadaan sehat dan bahagia selalu. Amin. 😇🤲

Akhir-akhir ini kehidupan nyata Mami luar biasa hectic makanya cerita sempat tidak terpegang. Tapi mami selalu usahakan mengetik setidaknya beberapa paragraf sehari supaya nggak lupa. 🙏

Harusnya semalam mami update tapi malah ketiduran. 🙏

Mohon maaf ya, teman2.
Sekarang kita lanjutkan pasangan ini dulu ya ...

Happy reading ...

🍁🍁🍁

Nicholas Panggabean, Denny Dimitri dan Herman Anugerah tiba di kantor Polisi tempat Beno Mosha bertugas. Rezky Dimitri dan Jackson Nahason, asistennya Denny sudah lebih dulu berada di sana.

Beno yang biasanya sudah pulang di jam 6 sore, saat ini dia masih berada di kantornya hanya demi mengurus kasus ini. Ajudan barunya, Untung Romano ditugaskan Beno untuk mengawasi proses interogasi keempat mahasiswa laki-laki yang terlibat dalam kasus Achazia.

Mantan pacar Achazia, Rinaldy Amarta dan pacarnya, Raisa Sugondo belum tertangkap. Menurut informasi, keduanya kabur tanpa sepengetahuan orangtua mereka. Tapi Beno tahu dan yang lain juga pasti tahu bahwa keduanya disembunyikan oleh orangtua mereka.

Nicholas, Denny dan Herman tidak kaget saat melihat wajah keempat orang itu tidak mulus lagi. Luka-luka di wajah mereka memang tidak banyak tapi Nicholas sangat yakin tubuh keempatnya juga sudah habis dihajar oleh Rezky dan Jackson.

Beno berdiri di depan ruangan Ditreskrimum dan memberi kode kepada ketiga pria itu untuk datang ke ruangannya.

"Chia gimana, Nic?" tanya Beno sambil menutup pintu ruangannya.

Nicholas menggeleng lesu. "Tadi kami tinggal sih dia masih di ICU, Ben. Semoga besok udah ada kemajuan."

"Gue harap Chia nggak kenapa-napa, Nic. Soalnya kalo Chia terluka parah, hukuman mereka bisa lebih berat."

"Si Rinaldy gimana, Ben?" tanya Denny.

"Tim kami masih mengejar dia dan perempuan itu, Yah. Semoga malam ini ketemu."

"Kami juga sudah mengirim tim untuk mencari mereka, Ben," sambung Herman. "Kita nggak bisa berjalan santai untuk kasus ini, kita harus lari, Ben. Masih ingat kasus almarhum Maggie?"

Denny menghela napas panjang. "Bang Herman betul, Ben. Kita harus cepat mencari keduanya. Kalo tim kami yang duluan menemukan mereka, kami akan serahkan pada kalian." "

"Janji ya, Yah?" Beno menatap Denny dengan serius.

Denny mengangguk pelan.

"Soalnya yang empat orang itu emang diserahin ke kami tapi mereka udah lecet-lecet duluan."

"Sama Rezky dan Jackson?" tantang Denny.

Gantian Beno yang menghela napas panjang. "Yah, aku paham kalo itu nggak akan ada buktinya. Aku juga paham cara kerja si Rezky. Aku sangat paham, Yah makanya sama orangtua mereka, anak buahku bilang kalo keempatnya menolak ditangkap jadi harus dilumpuhkan."

"Good!"

Beno hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan mertuanya. Suara ketukan di pintunya terdengar. "Masuk!"

Ajudannya, Untung Romano masuk dan memberi hormat. "Orangtua keempat anak itu sudah datang, Pak."

"Suruh mereka tunggu saja, Tung. Sekalian tanyain Berman, BAP sudah selesai belum?"

"Siap, Pak. Laksanakan!"

Untung berlalu dari ruangannya dan Beno menatap ketiga orangtua itu. "Gimana, Nic? Kalian mau bertemu mereka?"

In Zurich We Fell (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang