Pangeran pujaan

150 114 21
                                    


Sheyla terbangun dari tidurnya, setelah kejadian semalam ia langsung pergi ke kamar untuk menenangkan diri.

"Gue tidur sampe sebelas jam?" Sheyla mengucek matanya pelan, ia mengambil ponsel nya yang tergeletak tak jauh dengan nya.

Ia membuka ponsel tersebut, sungguh, banyak sekali notifikasi dan panggilan telepon yang tidak terjawab. apakah sekebo ini dia tertidur?

"Anjir, udah kaya orang penting aja nih gue," celetuk Sheyla seraya menggaruk-garuk kepalanya.

Setelah membaca pesan tersebut, Sheyla beranjak dari kasur dan pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka.

Tak berapa lama, Sheyla langsung kembali ke dalam kamarnya, hari ini ia berencana akan pergi ke suatu tempat, tempat yang dimana selalu membuat dirinya merasa tenang, walaupun mungkin itu sunyi.

Ia berjalan keluar rumah, dengan riasan tipis. Sheyla segera berjalan keluar dengan menenteng tas miliknya.

"Anehnya gue kalo abis nangis ko ga pernah sembab kaya orang-orang ya?" monolog nya sendiri.

•••

"Mas Bian ... woy Bang Bian."

Geyran berteriak seraya memasuki coffie shop. Selain tempat kerja Sheyla, ini juga tempat tongkrongan Geyran sehari-hari.

"Apasi Gey apa!!" Bian datang dengan wajah frustasi, ia menatap wajah Geyran dengan malas.

Kalo kalian tanya Geyran punya temen atau ngga, ko sendiri aja? jawabannya ada, mungkin hanya dua orang. dia lebih memilih keluar sendiri jika ada urusan, tidak suka diikuti seperti anak ayam.

"Anj Bang biasa aja elah, gue ke sini cuman mau bilang kalo Sheyla izin ngga masuk. Dia lagi sakit," ujar Geyran. Cowok itu langsung duduk di kursi, sesekali matanya melirik ke seluruh penjuru ruangan.

"Seriusan Sheyla sakit? Kenapa ngga chat atau telepon gue ya Gey? Ke Pak Jian juga ngga ada panggilan deh."

Geyran berdiri lalu menepuk pundak Bian. " itu tandanya Anda masih belum beruntung."

Setelah mengatakan itu Geyran membuka pintu coffie shop dengan menenteng sebuah plastik berwarna putih.

"Nanti gue balik lagi, tolong buatin cofe kesukaan gue ya ... jangan lupa kasih es batu, kalo es batunya cair tolong tambahin lagi, kalo terus-terusan cair terus tambah, biar rasa cinta nya juga ikut-ikutan nambah," teriak Geyran dari luar.

"SIAP GEY," jawab Bian tak kalah keras. Iyain aja ngga sih Bi? Haha.

"Ga nyambung ni anak," celetuk Bian seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.

•••

Sheyla duduk di kursi kayu, headphone black terpasang di kepalanya, dengan menikmati keindahan danau, Sheyla mendengar kan lagu 'I wanna be yours' membuat kesan indah dan tenang.

"Ini mungkin sunyi ... tapi di sini tenang," gumam Sheyla seraya menatap bebek-bebek yang sedang asik berenang.

"SHEYYY ..."

Geyran berlari, ia langsung menghampiri Sheyla. Kemudian duduk di sebelah nya. "Lo sakit Shey? Kenapa ga bilang gue anjir? Woy tatap gue sini, gue bawain obat buat lo, ya walaupun ini beli nya di warung sih."

Sheyla masih menatap danau, tatapannya belum beralih menatap Geyran, ya bisa disebut ia belum menyadari kehadiran Geyran.

Geyran yang merasa tidak ada respons pun langsung membuka headphone yang terpasang di kepala Sheyla. ia memegang dahi Sheyla tanpa izin terlebih dahulu.

"Lo sakit Shey? Gue bawain obat buat lo nih, mau ke apotik kejauhan, yaudah gue mampir ke warung aja, sekalian tadi gue izinin lo ke Bang Bian."

Sheyla menatap Geyran. "Gue ngga sakit sih Gey ... cuma lagi mager buat kerja aja, libur sehari gapapa kan," ucap Sheyla, ia menatap beberapa obat yang ada di dalam plastik.

Sheyla (On going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang