PART 8

3.3K 448 40
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore, yang mana artinya sudah waktunya jam pulang kerja. Taeyong mematikan komputernya, membersihkan barang-barangnya.

Netranya bergulir pada ruangan di depannya, terlihat si pemilik ruangan masih berkutat pada pekerjaannya. Setelah perdebatan mereka tadi siang, Taeyong dan Jaehyun sama sekali belum berbicara ataupun bertatap muka.

Taeyong menghela nafas, dia harus pamit kepada Jaehyun karena pulang lebih dulu. Sedangkan rekan kerja di samping Taeyong, wanita itu pulang lebih dulu karena harus check-up.

Pria cantik itu menenteng tas kerjanya dan mulai berjalan menuju ruangan Jaehyun. Tangannya mengangkat ragu untuk mengetuk pintu, namun akhirnya segera mengenyahkan keraguannya dan mengetuk pintu ruangan Jaehyun.

TOK TOK

Tak ada jawaban apapun di dalam sana, Taeyong mengintip pada kaca yang biasanya terlihat ketika dirinya duduk di meja kerjanya. Jaehyun masih dengan kegiatannya seakan tak terganggu sedikitpun.

TOK TOK
TOK TOK

Kali ini Taeyong mengetuk pintu lebih kencang dan lebih sering, namun tetap tak ada jawaban. Taeyong menghela nafas kasar sebelum mendorong pintu ruangan itu agar terbuka lalu masuk ke dalam.

Kaki Taeyong melangkah mendekat hingga berdiri di hadapan Jaehyun. Taeyong mengulum bibirnya beberapa saat untuk mengumpulkan keberaniannya, karena keberaniannya tadi siang sudah hilang entah ke mana.

"Presdir, ini sudah jam 5 sore. Presdir tak ada jadwal apapun lagi setelah ini."

Tak ada suara apapun dari Jaehyun, hanya suara-suara kertas yang terdengar di antara mereka. Sesaat Taeyong meremas jarinya sendiri.

"Saya ijin pamit pulang lebih dulu, Presdir." Taeyong mengernyit saat menyadari suaranya terdengar aneh.

Lagi, tak ada jawaban apapun. Meski hanya sekedar anggukan atau gelengan pun tidak ada, Jaehyun seakan tak merasakan kehadirannya dan tak mengabaikan dirinya.

Taeyong hanya bisa meneguk ludahnya gugup, lalu membungkuk kaku sebelum melangkah keluar meninggalkan ruangan Jaehyun.

Sepeninggal Taeyong yang sepertinya sudah cukup jauh dari ruangan Jaehyun, pria itu segera melepaskan bolpoin dari tangannya dan menutup map-map yang tergeletak di meja kerjanya.

Jaehyun menyandarkan tubuhnya dan memejamkan matanya beberapa saat. Lalu netra tajam itu terbuka, pertengkaran mereka tadi siang cukup mengganggu pikiran Jaehyun.

Jaehyun pun tau, Taeyong beberapa kali meliriknya dari luar setelah pertengkaran mereka itu. Bersikap professional, eh? Kalau memang itu yang Taeyong inginkan maka Jaehyun akan mengabulkannya.

Pria itu berdiri mengambil jasnya, memasangnya sembari berjalan keluar meninggalkan ruangannya.

*****

Taeyong mengetuk-ngetukkan ujung kakinya sembari menunggu bus datang.

Pikiran Taeyong melayang pada beberapa saat yang lalu saat dirinya ingin berpamitan pulang pada Jaehyun, pria itu seperti tidak menganggap akan kehadirannya.

"Dia mengabaikanku?" Taeyong menaikkan ujung bibirnya, menampilkan wajah mencibirnya, "Huh! Memangnya apa yang salah dari ucapanku? Aku hanya mengucapkan fakta, bukan?"

Wajahnya kembali merengut. "Siapa suruh mendesakku seperti itu?" decihnya kesal.

Tak lama sebuah mobil yang begitu Taeyong kenali karena tadi pagi dirinya menumpang pada mobil mewah itu lewat di hadapannya. Terlihat wajah Jaehyun yang duduk di belakang sopir.

After That Night (JAEYONG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang