Pada sore ini, seorang gadis dia bersedih di kamarnya, dia awalnya tidak mau menangis lama lama dia merasa di pojokan sama keluarganya, mulailah dia menangis yg sudah dia tahan Sedari tadi.
apakah itu semua kesalahan dia? Apa dia tidak boleh berbicara sedikit katapun? rasanya dia merasa sendiri.
El pulang kerja, dia masuk kamar menyamperi ovi, dibuka tasnya lalu mengeluarkan uang 1 lembar, di berikannya ke ovi.
"Ovi ini uangmu" kata el sambil di letaknya di sebelah ovi yang lagi main hp.
"Lah kok segini? Uangku kan 2 lembar, ko taukan itu uang kawanku bukan uangku" ovi kaget karena uangnya hanya di kasih 1 lembar sama el, padahal itu uang temannya yang mau di ganti dia besok.
"Apasih kau nih, kan uangnya ku isi bensin, segini mana cukup besinya"
mulailah adu bacotnya disini si el marah marah ke ovi, orang tuanya pun juga mendengar, sampai² ayahnya menyuruh si ovi diam, pdahal awalnya el kasih uangnya tidak bilang isi bensin, pas ovi kaget baru di bilang dia, mungkin salah ovi juga kali ya tidak mau dengar dulu, tapi kenapa ayahnya dari dulu sampai sekarang ovi disurub harus mengalah karena dia paling tua, tapi ovi ini dia tidak tahan karena dari dulu kenapa harus dia terus? Maupun dia salah apa tidaknya kenapa harus dia, dia merasa dirinya bodoh dan tidak ada yg berpihak dia, ovi dibilang sama el anak beban keluarga, tukang iri dengki, padahal ovi dia sangat senang kalau el ini dapat kerja, waktu dia melamar kerja aja ovi selalu berdoa ke pada allah untuk el supaya diterima, apakah ini balasan buat ovi? Ovi merasa dia tidak pernah merasa iri sama saudaranya, ketika saudaranya dapat kerja/uang, malahan dia sangat senang.
Kenapa dia dibilang beban keluarga? Yah karena dia belum dapat kerja, posisi ovi ini dia masih kuliah, apalagi kuliah jurusan dia ini kadang tidak menentu pulangnya, kadang sampai sore atau malam pulangnya, gimana cara dia dapat kerja? Sangat sulit, dia sudah tanya² sama kenalannya juga untuk nanya sekedar loker, sedangkan loker yang sering dia dapatkan selalu tidak sesuai jadwal yang dia inginkan.
"Kau kenapa sih njing iri kali kau sama aku, setiap aku pulang kerja kau marah marah terus, kau jelas kali kau iri sama aku..." el suaranya sangat kencang sampai² kedengaran sama tetangga, ovi selalu nahan supaya suaranya tidak mengganggu orang lain, apalagi kalau sampai kedengaran sama ayahnya yg ngampang darah tinggi.
"Mana ada ya aku iri sama kau demi tuhan" ovi bersumpah sambil pegang al-qur'an sangking di pojoknya dia sama saudaranya, di kata katainnya iri terus sama el, ayahnya pun tidak nahan lagi untuk marah ke ovi.
Ovi diam tidak? Dari tadi ayah dengar suaramu aja,kalau sekali lagi ayah dengar kau menjawab apa adikmu bilang tidak segan² ayah tampar, sudah² kakak kamu diam aja bisa gak? Ayah juga diam aja, fokus aja makan itu, biarin aja mereka, ovi besok ibu ganti uangmu kata ibunya.
Padahal kenyataannya yg lebih banyak suara si el ini, kenapa ovi lagi yg disalahin ayahnya maupun ibunya, bayangin ovi ini dia lagi nangis, suaranya gemetaran, dan pelan, kenapa hanya ovi aja? Kenapa el tidak disuruh diam juga? Kan tidak adil namanya.
"Tuh lihat si ovi ini, ajarin dia, ngak usah sok paling tersakiti disini, sudah jelas² dia yg salah duluan, ajarin tu anak ibu yg egois ini, bisa tidak kalau aku pulang kerja jangan pancing emosiku, setiap aku pulang kerja selalu merepet mulutnya, benci aku lama² sama keluarga ini, ibu sama anak sama aja ku tengok, mati ajalah kau ovi benci kali ku lihat kau, kau tu iri sama aku yg dapat kerja, dapat hasil uang sendiri, gara² uang kau ku pakai untuk bensin alay kali kau, kan sudah dibilang sama ibu besok di ganti, jelas kali kau tu iri sama aku, pergi aja kau dari rumah ini "el makin membentak kakaknya sambil dia keluar kamar"
"Iya aku bentar lagi mati kok, kan aku sakit² terus" kata ovi sambil terisak.
"kakak kau tidak bisa diam, biarin aja dia, kau dari tadi melawan... aja terus" ayahnya berbicara sambil membentak.
"Ngak lo yah, kenapa aku terus di suruh diam, ak aja dari tadi tidak banyak bicara kenapa aku terus!!!"
Ovi terisak nyaris tidak kedengaran suaranya dan tidak jelas apa yang dia bicarakan.Diam kau, melawan kau hah? Ayahnya sudah mulai naik darahnya di tenangin sama ibunya, ovi merasa yang salah duluan si el, awalannya si el ini kasih uangnya pelan², nah ovi kaget kenapa si el ini kasih segini? Sangkit kagetnya suaranya kencang, namanya kan kaget, jadi seolah² ovi yg mulai debat duluan, padahal ovi tidak terlalu kasar dan marah tentang uang ini, hanya saja el ini terlalu berlebihan atau semacam terlalu sensi, sepertinya dia kayak dapat riwayat darah tinggi atau semacamnya kalau dia seperti ini terus. disitulah awal mulanya, tapi pertengkaran ini si el ini tidak mau diam, ovi aja berbicara aja cuman beberapa kata aja untuk meluruskan, karena dia selalu dipojokan dibilang ini itu sama el, jadi seperti seolah² ovi ini yang banyak salah, padahal aslinya tidak slama sekali. Mulailah disini ayahnya bangkit dari meja makan menuju ke kamar anaknya, dan menampar ovi.
"Kalau kau tidak mau diam, ku tampar kau, mengalah kau dikit sama adik kau, sekali lagi ayah dengar suara kau, pergi aja dari rumah ini!!!"
ayahnya sangat marah ke ovi, ovi mau buka suara selalu di tahan sama ayahnya, rasanya ovi merasa meledak menahan bicara ini, dia pengen buka suara, apa yg diomongin el tidak semuanya benar, kenapa el ini selalu memojok kan ovi seolah² ovi ini salah terus, biar di marahin sama ayahnya, dari dulu seperti itu, ovi tidak bisa berkata² lagi dia tidak bisa ngelak lagi karena ancaman, dia menahan aja biarkan aja adiknya memfitnah dia.Disini ovi juga tidak mau jadi beban keluarga, dia juga lagi berusaha cari kerja part time biar tidak terganggu kuliah tapi dia masih aja belum dapat, dan dia dulunya sempat jualan di kampusnya seminggu lebih, cuman bertahan segitu dan langsung tidak jualan lagi karena dia merasa tidak ada lagi yang beli dagangannya.
Ovi menyendiri dikamar, sampai pagi pun matanya bengkak, doa sangat malu je kampus dengan ke adaan dia seperti ini, dia mau curhat sama temannya tapi dia sangat takut, apalagi di dunia inj tidak semuanya kita harus mempercayai orang lain. Kadi ovi cukup memendam perasaan dia ini, cukup dia dan tuhan nya lah yang tau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Curhatan hati
Short StoryApa itu bahagia? Apakah hidup itu menyakitkan? Inilah yang dirasakan pada diriku, dunia rasa menyakitkan