Dia

68 5 0
                                    

"Kenapa? Salah ya?" Tanyaku.

"Engga sih gapapa, tapi karena dia udah nyakitin kakak-kakakan gue, ka grisel gue jadi kurang suka sama dylan." Jawab Emma santai berasa di pantai.

Yap. Ka Grisel itu mantan Dylan mereka putus 6 bulan yang lalu, katanya sih Dylan yang mutusin karena bosen. Tapi banyak yang bilang kalo Dylan masih sayanglah sukalah sama ka Grisel. Ah i don't care lah.

"Ohh, engga kok gue cuman suka doang, ga berharap lebih," ucapku sok santai.

Tuhkan Emma pasti gasuka kalo aku suka sama dylan. Firasat seorang Katrina Zoey Benjamin ini emang selalu benar. Harusnya tadi aku gausah bilang bodohnya diriku ini yatuhan.

Lebay mode-on guys.

Back to story.

Pelajaran pertama di mulai. Pelajaran yang sangat amat tamat aku cintai dari dulu.

Matematika.

Ini serius Matematika menurutku pelajaran yang paling menyenangkan. Gak kayak pelajaran yang lain contohnya kayak IPS apalagi kalo di suruh hafal-hafalan. Angkat tangan aja deeeeh.

Matematika tuh mutlak. Gak kayak pelajaran yang lain yang berbelit-belit.

Contohnya aja kalo satu tambah satu kan pasti dua udah mutlak gaada jawaban lain.

Coba kalo IPS dan kawan-kawan pasti jawabannya berbelit-belit. Belom lagi kalo jawabannya panjang kali lebar.

Teng....Teng....Teng....

"Yeay, akhirnya selesai juga pelajaran matematika yang bikin pusing 7 keliling wush wush. Kantin yukk rin" ajak Emma kepadaku.

"Hmm ayok"

"Ohya, lo serius suka lagi sama Dylan? Dia kan lagi deket sama Lily, trus Lilynya juga suka kayanya sama dylan."

Hmmm ya i know Em, kamu gausah bilang juga aku udah tau soal 'itu'.

Right! Dylan di kabarin lagi deket banget sama Lily, anak baru di SMA Benjamin, SMA tempatku sekolah. Dia baru masuk pas kita memasuki semester dua. Sifat dia yang 180 derajat kebalikkan dari aku, dia kalem, jago basket, cantik banget kayak bidadari surga, baik banget sama semua orang, pokoknya bagi aku dia tuh perfect banget. Semua yang aku inginkan ada di dia. Orang tuanya juga sayang banget sama dia, gak kayak aku. Dia punya banyak temen dan juga sahabat yang care sama dia, sangat-sangat bertolak belakang sama aku walaupun aku punya temen banyak tapi mereka semua fake friend.

Poor you Katrina.

"Katrina! Mulai deh ngelamunnya, mikirin apaan lo?" Teriak Emma, membangunkanku dari lamunanku ternyata aku udah sampe di kantin.

"Ahh engga, efek laper kali ya?" Jawabku asal.

"Hai Katrina!" Sapa seseorang perempuan yang baru saja ada di lamunanku. Panjang umur.

Lily Brianna

Cewe perfect itu.

"Oh haii Lily!" Ucapku bersemangat, lebih tepatnya sok bersemangat.

See sekarang Emma lagi sama dia, dan aku di tinggal sendirian disini. Buru-buru aku beli nasi ayam menu favorite ku di kantin ini. Harganya juga murah. Setelah itu aku langsung balik ke kelas.

Pas aku selesai makan bel masuk berdentang.

Sekarang pelajarannya Bu Ria, pelajaran yang sangat amat tamat ku benci, yaitu pelajaran IPS.

***********

Teng... Teng... Teng...

Bel pulang berdentang. Aku langsung memasukkan seluruh buku dan juga tempat pensilku kedalam tas.

"Rin mau makan gak?" Ucap Sarah. Teman sekelasku yang duduknya pas di depanku. Malah kadang kalau aku bosen duduk dengan Emma aku duduk dengan Sarah.

Sarah Makayla nama panjangnya. Orangnya juga secantik namanya. Dia anak cheers, badannya bagus banget, bikin aku minder kalo jalan di sebelah dia. Dia baik. Tapi dia beda sama Emma. Dia nge dukung aku buat sama Dylan dan aku harap dia ga terlalu deket sama Lily. Pokoknya dia baikdeh.

"Ayok!" Jawabku buru-buru.

Setelah makan, aku minta jemput. Sarah juga langsung pulang, karena rumah dia gajauh dari sini jadi dia jalan kaki.

10 menit

20 menit

Akhirnya Pak Jeno datang, seperti biasa dia selalu memakai topi kebanggaan dia, topi bercorak tentara indonesia, katanya sih itu dari kakenya, makanya dia gamau jauh-jauh dari tuh topi. Entahlah.

"Pak pelan pelan, ambil kiri aja"

Tanpa basa-basi Pak Jeno langsung ambil kiri dan pelan-pelan.

"Kenapa non Rin? Mau di turunin disini? Apa gimana?" Tanya Pak Jeno.

Aku diam melihat pemandangan yang ada di depan ku ini. Ku perhatikan mereka berdua yang sedang asik tertawa bersama. Tapi membuat ku sakit. Pemandangan itu adalah Dia dengan Dylan.

Tiba-tiba saja air mataku menetes.

"Non Rin, non kenapa? Kok ditanya diam saja" Tanya Pak Jeno lagi meyakinkan.

"oohh, umm, engga pak, jalan aja terus, aku cuman mau mastiin sesuatu kok. hehe" ucapku dengan senyuman. Dan buru-buru menghapus air mataku tadi.
Hatiku sangat pilu melihat dia dengan Dylan.

Dia seseorang yang selalu memahami ku tapi kenapa sekarang dia juga yang menghianatiku?

sudahku bilang takdir tidak pernah berpihak kepada ku.

---------------------

Haiiii!!! i'm backk, gimanaa ceritanyaa?

jangan lupaa vote & comment!! Terimakasihh. xx

28-6-2014



LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang