Really?

37 3 0
                                    

Kejadian itu terus terbayang-bayang di pikiranku.

Aku langsung mengambil headset-ku di dalam tas ku, dan memutar lagu kesukaanku. Lagu yang sedikit bisa membuat mood-ku menjadi lebih baik.

"Non Rin, udah sampe," Ujar Pak Jeno.

"Oh iya pak. Makasih," jawabku dengan senyum simpul di bibirku.

Sunyi.

Sepi.

Sendiri.

Itulah keadaan yang aku dapat setiap pulang sekolah.

Aku langsung menuju ke kamarku melalui tangga tengah. Setelah sampai di kamarku aku langsung membuka laptop kesayanganku. Seperti apa yang setiap hari aku lakukan ketika ku sendiri di rumah. Aku akui rumah ku memang bisa dibilang sangat besar dan mewah. Banyak manusia di luar sana yang menginginkan kehidupan mewah dan rumah yang besar. Tapi berbeda dengan ku. Kehidupan mewah dan rumah yang besar bukan segalanya bagi ku. Mendapatkan kasih sayang yang pantas adalah segalanya bagi ku.

Setelah menyalakan laptop aku langsung membuka beberapa media sosial milik Dylan. Hasilnya masih sama tidak ada tanda tanda yang menyatakan bahwa ia sudah milik orang lain. Sedikit bisa menutupi rasa sakit yang tadi aku alami.

Karena bosan hanya melihat-lihat beberapa website dan media sosial Dylan akhirnya aku memutuskan untuk membuka handphone-ku. Media sosial yang aku buka pertama kali setiap aku membuka handphone-ku adalah Instagram. Aku senang melihat foto-foto yang menarik.

Setelah aku men-stalk timeline Instagram-ku, ada satu foto yang membuat sakit hatiku yang tadinya sudah sedikit membaik kembali menjadi sakit.

Foto yang berasal dari akun Instagram milik Dylan. Foto dia bersama seseorang perempuan yang tadi bersama dia. Dan satu yang membuatku menjadi lebih sakit karena caption yang di buat oleh Dylan di bawah foto tersebut. Isi caption tersebut adalah "More Than Friend".

"Apa yang dia maksud more than friend?"

"Apakah mereka sudah menjadi pasangan baru?"

"Mengapa mereka melakukan itu pada ku?"

"Sejak kapan mereka menjadi pasangan baru?"

Tiba-tiba saja otakku dipenuhi oleh banyak pertanyaan tentang foto itu. Foto dia bersama sahabatku. Ralat bukan sahabat tapi teman dekat. Karena selama ini menurutku aku tidak memiliki sahabat melainkan teman dekat.

Yap! Dia adalah Natalia dia teman terdekatku sejak 2 tahun yang lalu. Bagaimana bisa dia melakukan ini padaku?

Semua ini memang salahku, harusnya dari awal aku mengatakan yang sebenarnya bahwa aku memang mencintai Dylan. Tapi apa boleh buat semuanya telah terlambat.

Air mataku tiba tiba saja menetes. Menerima kenyataan memang sangat sulit. Inilah perasaaan yang ku alami setiap ku bersedih. Tidak ada teman yang bisa kujadikan sebagai senderan ketika ku menangis, tidak ada orang yang mau mendengarkan semua ceritaku, tidak ada orang yang bisa mengerti kondisiku, hanya boneka yang setia menemaniku disaatku sendiri, hanya buku diary yang setia menerima ceritaku setiap hari, dan hanya cerminlah yang selalu menangis ketika melihatku menangis juga tertawa ketika melihatku tertawa bahagia.

------------------------
Back! setelah sekian lama hilang

24-1-2016

LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang