Harusnya Tak Pernah Terpisah

455 45 2
                                    

Sherina kagetnya bukan main ketika Sadam tiba-tiba mengecup keningnya, meski tak lama, namun jantung Sherina berdegup kencang dibuatnya.

Sadam tak langsung mengucapkan sesuatu kepadanya, mereka kali ini dengan intens saling bertatapan, tak ada dari mereka yang ingin melepas tatapan ke satu sama lain tersebut.

Perlahan, Sherina dan Sadam saling mendekatkan kepala mereka, namun teriakan seseorang membuyarkan aktivitas mereka.

"Tolong!!!"

Sherina yang mendengar hal tersebut, dengan bergegas meninggalkan Sadam seorang diri, yang masih berdiri canggung dan kebingungan.

"Dam! Ayo!" Teriak Sherina.

Sadam pun ikut berlari mengikuti Sherina ke arah sumber suara.

Mereka kaget ketika melihat seorang perempuan teriak ke arah laut, sambil memanggil nama seseorang.

"Adam! Tolong! Tolong selamatkan anak saya!" Teriak sang Ibu.

Sherina tanpa berpikir panjang berlari untuk menyelematkan anak tersebut.

"Sher!!!" Sadam menarik lengan Sherina.

"Dam, kita harus menolong anak itu!" Ucap Sherina.

"Kamu tunggu di sini, biar aku saja yang menolong." Tekan Sadam.

Sadam pun lari berusaha menolong anak laki-laki tersebut, dan untungnya ia belum terseret terlalu jauh dari pinggir pantai, pun ombak tidak terlalu besar.

Sedangkan Sherina, ia menghampiri sang Ibu untuk membantu menenangkan.

Selang beberapa menit, Sadam berhasil menyelamatkan sang anak. Sherina dan Ibu anak laki-laki itu segera menghampiri mereka.

"Terima kasih, terima kasih telah menyelamatkan putera saya," ucap sang Ibu diiringi oleh isak tangis.

Seseorang tampak berlari menghampiri mereka, yang ternyata itu adalah ayah dari sang anak. Ia tadi pergi sebentar ke kapal mereka untuk mengambil ban renang supaya digunakan oleh puteranya, namun karena sempat luput dari pengawasan mata Ibunya, sang anak malah berlari menuju ke arah laut sehingga terseret oleh ombak.

Keluarga tersebut pun terus menyampaikan terima kasih kepada Sherina dan Sadam, dan mereka pergi untuk membawa anak mereka ke kapal.

{}

Sadam dan Sherina kini duduk sejenak di bawah pohon, tak jauh dari tepi pantai.

"Dam, kita balik aja yuk, baju kamu basah kuyup sekali, nanti kamu sakit." Ujar Sherina.

"Hmm," Sadam membalas dengan singkat.

Sherina menatap baik-baik ke arah Sadam, dan betapa terkejutnya ia ketika melihat wajah Sadam yang begitu pucat.

"Dam, kamu nggak apa-apa?"

"Nggak apa-apa, neng," Sadam menggelengkan kepala.

"Ya udah, yuk jalan." Sherina lalu berdiri.

"Sher, kita istirahat sebentar ya," ucap Sadam tiba-tiba.

Sherina kembali berjongkok, tubuhnya menghadap ke Sadam, kini dengan ekspresi wajah yang panik.

"Kamu kenapa? Wajah kamu jadi pucat gini, Dam. Aku panggil Pak Andi dulu ya, untuk bantu kamu jalan." Ujar Sherina sambil memegang wajah Sadam, berniat memeriksa kondisi sahabatnya tersebut.

Sherina bergegas ke arah kapal mereka yang sedang bersandar tak jauh dari benteng, untuk memanggil Pak Andi, pemandu mereka.

Namun, betapa terkejutnya Sherina dan Pak Andi, ketika mereka melihat Sadam jatuh pingsan, tak sadarkan diri. Sherina berlari ke arah Sadam.

SHERINA X SADAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang