Lihat Lebih Dekat

527 49 3
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul 11.00, pertanda Sadam sudah harus check-in menuju ke pesawat.

"Aku pamit ya, neng." Ucap Sadam yang sedang duduk berhadapan dengan Sherina di sebuah kafe, di bandara.

Sherina tak bisa menyembunyikan perasaan sedihnya akan ditinggal Sadam kembali ke Kalimantan.

Liburan mereka ke Pulau Kelor kemarin terasa begitu singkat terlalui.

Terlebih, sampai sekarang, baik ia maupun Sadam, tak ada yang ingin berinisiatif membahas kejadian mengejutkan kemarin.

Ya, ketika Sadam tanpa aba-aba mencium kening Sherina.

Sherina ingin sekali membahas hal tersebut secara terang-terangan bersama Sadam, namun, akibat tindakannya yang memprioritaskan menyelamatkan seseorang kemarin, Sherina merasa canggung untuk menanyakan alasan Sadam mengecup keningnya tersebut.

Pun, Sherina bisa menyadari bahwa Sadam tampak ragu untuk mengungkit hal itu kepada dirinya, maka, jadilah mereka berdua sekarang akan berpisah dalam situasi canggung.

"Kamu hati-hati ya, Dam," respon Sherina singkat, sambil bersiap untuk berdiri dari duduknya.

"Nanti aku kabarin setiba aku di Kalimantan. Kamu jaga diri baik-baik ya, jangan ragu untuk menghubungi aku kapan pun." Sadam menatap Sherina dengan lembut.

Sherina membalasnya dengan senyum.

"Pasti, kamu harus siap-siap bosan dengan aku yang sedikit-dikit bakal menghubungi kamu."

Sadam tertawa.

Mereka berjalan menuju pintu keberangkatan, Sherina agak memposisikan dirinya berjalan di belakang Sadam, sambil menatap punggung sahabatnya yang di matanya saat ini sudah tak lagi menjadi anak mami, melainkan seorang jagoan.

Sadam yang menyadari Sherina tidak berjalan di sampingnya pun menoleh ke belakang.

"Neng," tangannya kini meraih tangan Sherina, supaya mereka bisa berjalan berdampingan.

Sherina bisa merasakan kehangatan dari genggaman tangan Sadam.

Oh! Sherina mulai mengerti bahwa rasa yang ia miliki ke Sadam bertumbuh menjadi perasaan yang lebih dari sekadar perasaan seorang sahabat, mungkin sudah ada sejak pertama kali mereka bertemu kembali di Kalimantan, namun, tak bisa dipungkiri, tindakan Sadam kemarin telah menjadi pemicu bagi Sherina untuk dengan lebih serius mendapatkan kepastian akan hubungan mereka saat ini.

{}

Aryo keluar dari ruangan Pak Ilyas dengan memajang senyum yang lebar.

Senyum bahagia tersebut bukannya tak beralasan, dia baru saja berhasil mendapatkan izin untuk cuti kerja hingga minggu depan.

Langkah Aryo tetiba terhenti di tengah jalan ketika ia hendak menuju meja kerjanya.

Ia melihat Sherina yang sedang memukulkan pelan kepalanya di meja.

"Eh, Sher, Sher, elu kenapa?" Tanya Aryo, panik.

"Yo!!!" Seru Sherina, dengan wajah yang muram.

"Kusut amat itu muka! Elu kenapa? Ada kerjaan yang belum beres? Mau gue bantuin nggak?" Tawar Aryo.

"Tumben mau bantuin, ada maunya nih pasti!" Sindir Sherina.

"Elu tuh ya, mau dibantuin salah, nggak dibantuin salah! Mumpung gue lagi ada semangat kerja nih!" Tegas Aryo.

Sherina masih sangsi.

"Elu habis dikasih bonus ya sama Pak Ilyas?" Tanya Sherina.

"Mana mungkin, Sher! Gue kan baru dapat bonus, kalau hasil kerjanya bagus sama elu. Gue baru habis ngajuin cuti ke Pak Ilyas, dan disetujui nih! Makanya sebelum gue menghilang sejenak, sini gue bantuin. Kerjaan mana yang bikin elu mumet?" Bujuk Aryo.

SHERINA X SADAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang