Saint memarkirkan mobilnya di area parkiran apartemen Mai, kemudian mengajak Bua untuk turun dan menemui Mai supaya dia benar-benar percaya bahwa dia sudah punya kekasih.
Selagi menuju Lift, dia menghubungi Mai karena dia yakin di jam segini Mai pasti sudah tertidur.
Bua di sebelahnya tampak cemas, entah apa yang sedang dia pikirkan. Mungkin kah dia sedang berdoa apa yang Saint katakan pada dia adalah sebuah kekeliruan. Padahal nyatanya tidak begitu, ponsel Bua kehabisan baterai. Jika begini, bagaimana cara dia merekam adegan nanti. "Bodohnya aku, kenapa aku bisa lupa nge-charge ponselku?" Rutuk dia dalam hati.
"Halo, selamat malam yank?" Suara Mai terdengar parau dari seberang telepon, lantas Saint menatap Bua sebentar.
"Sayang aku di depan. Tolong bukain pintunya, ya," Pinta Saint dengan suara selembut mungkin.
Tak ada sahutan. Apakah Mai terkejut karena Saint memanggilnya sayang. Atau dia masih marah karena kejadian kemarin siang?
"Apa barusan? Kamu manggil aku sayang?" Tanya Mai tidak percaya.
"Iya, Sayang. Kekasihku yang sangat aku cintai." Sungguh betapa lihainya dia berdusta.
"Tumben banget panggil sayang ketika menelepon begini? Biasanya gak." Cetus Mai sepertinya dia masih marah karena kejadian kemarin.
"Kenapa? Gak boleh ya? Ya udah kalau begitu, tapi cepetan bukain pintunya sayang," Titah Saint lagi pada Mai yang kini beranjak bangun dari tempat tidurnya walaupun perasaan dia pada Saint masih mendongkol.
Setelah sambungan telepon terputus, tak lama pintu dibuka oleh Mai, pakaian yang dia kenakan sungguh minim bahan, lingerie merah hitam nan transparan.
"Selamat malam sayang, kamu kok makin cantik aja." Lembut Saint bergerak akan memeluknya, tapi raut wajah Mai berubah seketika. Sontak Saint mengikuti arah tatapannya.
"Kamu jangan salah paham dulu sayang," Ucap Saint terjeda. "Aku ajak Bua ke sini supaya dia kenalan sama kamu. Supaya Bua tahu kalai kamu itu istriku bukan karyawan biasa yang tidak punya etika."
Mai seolah muak menatap Bua, mereka saling tidak suka. Mereka berhubungan pun hanya sebatas masalah pekerjaan.
"Bua kenalkan dia adalah Mai, calon istri aku. Wanita yang paling aku sayang dan paling aku cintai." Ungkap Saint membuat Mai bergeming, sepertinya dia terkejut.
"Sayang, kamu sudah tahu kan siapa dia. Aku nggak perlu lagi kenalkan dia sama kamu." Sambung Saint kemudian dia mendekap Mai dari samping. "Sayang, jadi tadi itu Bua kurang percaya kalau aku sudah punya kekasih. Supaya dia percaya, jadi ya udah aku bawa aja dia ke sini tuk dikenalkan sama kamu." Jelas Saint bak pria yang paling mencintai Mai sampai mati.
"Benar kamu kekasihnya Sean?" Akhirnya Bua buka suara pura-pura tidak suka.
"Apa penjelasan pacarku kurang jelas. Haruskah kami bercinta tepat di depan matamu?" Jawab Mai pada Bua yang memaksakan dirinya tersenyum manis pada Mai dan Saint yang kini berciuman tepat di depan matanya.
Hanya sebentar mereka berciuman ya. "Sekarang kamu sudah percaya kan Bua?" Tanya Saint ramah nan cerah wajahnya apalagi senyuman mempesona menghiasi wajahnya yang rupawan. "Jadi aku harap kamu gak akan ganggu hidup aku lagi. Aku sudah bahagia bersama Mai. Semoga kamu pun bisa bahagia dengan pria lain."
Bua beralih menatap Mai. "Mai, boleh aku berbicara dengan Sean. Hanya berdua. Cuma sebentar aja kok."
Mai menatap Saint sebelum akhirnya aku mengangguk memberi izin.
"Kalau begitu aku tunggu di dalam ya sayang," Ucap Mai menekan kata sayang pada Saint.
"Iya sayang." Balas Saint pada Mai yang kini berlalu ke dalam rumah.
![](https://img.wattpad.com/cover/274703119-288-k967678.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Life Goes On 🔞 - The End
Fanfiction"My sweet and caring side is reserved just for you." ❄️❄️❄️💙💙💙❄️❄️❄️ ⏩ LGBT area☠️ so, HOMOPHOBIA dilarang mendekat. ⏩Area dewasa🔞 ⏩Kapal hantu bertaburan ☠️, jangan harap kapal benar berlayar disini. ⏩TYPO & kata yang hilang bertebaran. ⏩ Updat...