50 : The Sin

131 19 21
                                    


Sorry for typo & kata yang hilang 🙏 🥰

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komentarnya 😇

❄️❄️❄️💙💙💙❄️❄️❄️

Pond dan Phuwin sudah lama menikah, namun hatinya tak pernah melembut dan tersentuh oleh cinta Phuwin yang setulus kalbu. Phuwin memang mendapatkan tubuhnya namun hatinya tak pernah bisa dia gapai, hanya berada di awang-awang. Tapi, ajaibnya perasaannya tak pernah memudar, malah sebaliknya. Terlebih sekarang dia tengah hamil.

Dia tahu, di mahligai percintaan ini, hanya dirinya seorang yang berjuang mempertahankan rumah tangga mereka.

Walaupun terkadang kebencian dan kerinduan bersatu, namun perasaan itu tak pernah luntur di hatinya. Phuwin selalu merindukan sosok itu dan mencintainya setulus hatinya. Sebenci apapun dia pada sosok itu. Hatinya selalu merindu.

Sampai saat ini, hati itu masih milik pria yang tidak mau memperjuangkan dirinya. Cinta itu memang rumit. Serumit mengurai benang yang kusut. Munafik. Benci tapi rindu.

Sementara Pond, semenjak kepergian Perth dan sampai sekarang tak pernah lagi dia temui, Pond hanya bisa berdiam, tidak minat melakukan apapun. Pikirannya masih memikirkan sosok yang sama, yang kemarin siang mengacaukan harinya. Otaknya sungguh tidak bisa diajak kompromi. Sekarang, dia hanya bisa melamun di depan meja monitor. Membuat pekerjaannya terbengkalai begitu saja. Kemarin siang dia tidak sengaja melihat Perth di dalam mobil pada saat lampu merah. Dia sangat yakin pria di dalam mobil itu Perth Tanapon, sama sekali tidak ada keraguan di hatinya tentang hal itu.

"Suamiku," Panggil Phuwin berdiri di sebelahnya, dia sudah memanggilnya beberapa kali tuk mengajak dia makan siang. Namun yang dipanggil bergeming.

"Abang, are you okey?" Kali ini dia memanggilnya seraya menyentuh pundak Pond, dan itu berhasil membuat Pond memandanginya dengan tidak suka.

"Sejak kapan kau di sini?" Nada bicaranya tidak ada manis-manisnya dengan ekspresi wajah yang selalu datar.

Phuwin tersenyum getir, sampai kapan cinta buta ini akan bertahan?

"Belum lama ini. Ayo makan! Aku memasak makanan kesukaanmu." Ajak dia selalu penuh cinta kasih kepada suaminya yang memperlakukan dia dengan dingin.

"Mati saja, kau pulanglah!" Usir dia tidak memperdulikan perasaan Phuwin yang terluka. Seharusnya dia bersyukur dan memperlakukan Phuwin dengan baik, bukan begini.

"Aku akan pulang jika kamu sudah makan." Jawab Phuwin tetap tenang walaupun perasaannya bagai di sayat sembilu.

"Biarkan saja dia mati kelaparan. Ayo pulang!" Ajak Mark tiba-tiba kepada Phuwin. Kedatangannya yang tiba-tiba itu membuat dua orang itu terkejut.

"Kak Siwat..." Lirih Phuwin segera tutup mulut dan menunduk sebab Pond menatapnya dengan tidak suka.

"Kenapa sudah pulang saja? Bukankah kakak sebulan di sana?"

"Kenapa? Kau tidak suka melihatku?" Balas Mark tidak kalah sinis. Dia segera kembali ke Bangkok begitu mendapati kabar dari Perth mengenai dia yang kembali ke negeri kelahirannya.

Pond mendengus kesal, terlebih Mark menyeret Phuwin begitu saja keluar dari kantornya. "Jika kau tidak bisa memperlakukan Phuwin dengan baik, maka ceraikan dia!" Ucap Mark saat dia dan Phuwin diambang pintu. Bukan sekali dua kali dia bicara seperti ini, sudah sering.

"Kak..." Lirih Phuwin di dialah yang paling enggan menceraikan Pond. Sementara Pond, sudah lama dia menginginkan hal itu. Mungkin ini karma ayah Phuwin yang telah banyak menyakiti orang lain demi mencapai tujuannya. Sekarang, Phuwin yang harus membayar semua salah dan dosa itu.

Life Goes On 🔞 - The EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang