Namaku Farah, aku baru saja menyelesaikan sekolah menengah pertamaku, dan kini saatnya aku dan teman-temanku merayakan kelulusan kami di SMP 3 Bangsa di tahun 1995.
"Farah!"
Aku menoleh saat tiba-tiba mendengar sebuah suara yang memanggilku dari belakang. "Apa Na?" tanyaku pada Ina temanku.
"Habis ini kamu mau lanjut di SMA apa?" tanyanya.
"Belum tau, nih, tapi ibu bilang dia akan memasukkanku di SMAn 2 Sigli, karena Pak Mus yang akan menanggung semua prosesnya," jawabku, Pak Mus adalah saudara ibuku, tapi aku kurang ngerti silsilahnya.
"Pak Mus? Dia siapa?"
"Kalau pun aku kasih tau, kamu juga ngak akan kenal," jawabku, aku sangat bersyukur karena di saat keuangan ibuku yang bisa dibilang sangat memprihatinkan masih ada orang yang setia membantuku dengan ikhlas. Pak Mus, dia orang yang baik, mengingat sekolah yang akan ku jadikan tempat belajarku mempunyai biaya yang sangat mahal, dia dengan setianya mau membiayai dan mengurus itu semua. Tidak heran sih, karena dia juga guru di sana, tapi aku bersyukur banget dan berterima kasih banget sama dia.
"Ya udah. Pulang sekarang, nih? Atau kita jalan-jalan dulu untuk merayakan kelulusan kita?" tanyanya.
"Terserah yang lain aja," jawabku seadanya.
"Yang lain udah setuju, tinggal kamu aja."
"Boleh deh."
Akhirnya kami pergi ke pantai bersama dengan teman-teman lainnya untuk merayakan sekaligus untuk meninggalkan kenangan bahagia kami di hari terakhir kami sekolah.
"Ngak nyangka ya, kita sudah mau masuk SMA aja, perasaan baru kemaren kita masuk SMP," ucapku sambil menerawangi luasnya lautan yang membentang luas di hadapanku.
"Iya, Far, tau-taunya kita udah tua aja," imbuh Ina sambil terkekeh, dan kami pun tertawa bersama sambil melepas beban yang kami tanggung selama sekolah, padahal beban yang akan datang semakin berat di masa SMA nanti. Masa-masa labil emang gitu, sih. Bahkan aku dulu saat SD mikir kalau udah SMP pasti kami akan lebih seru dan lebih mudah, tapi tau-taunya malah semakin rumit, dan saat ini aja kami sedang mikir kalau udah SMA pasti akan lebih mudah dan menyenangkan lagi, tapi ngak tau bagaimana kejadiannya nanti.
Tapi intinya sekarang kami nikmati dulu kebersamaan kami.
Salah satu momen terindah yang ku alami adalah bermain dan bersenang-senang dengan teman-teman.
Setelah puas, kami pulang ke rumah masing-masing menggunakan angkutan yang kami naiki tadi saat kami pergi ke pantai.
*****
"Assalamu'alaikum?" Kuberi salam saat aku sudah sampai di depan rumahku.
"Wa'alaikum salam!" jawab orang yang di dalam. Tapi agak aneh di pendengaranku karena yang menjawab salam bukan hanya ibuku, tapi ada suara laki-laki juga yang mana suara laki-laki itu bukanlah suara abangku, intinya aku tidak mengenal suaranya.
Aku pun melangkahkan kakiku dan masuk untuk melihat tamu yang berkunjung ke rumahku.
"Farah, ini ada Abangmu yang datang untuk berkunjung," kata ibuku sambil menunjuki laki-laki yang usianya jauh lebih tua dariku.
Aku pun mengulurkan tanganku untuk menyalaminya dengan santun.
"Ini Abangmu, Azhar," lanjut ibuku lagi untuk memperkenalkannya padaku.
Ya, ibuku memang pernah memberitahuku kalau aku mempunyai saudara tiri tapi aku tidak mengenal mereka semua, itu karena mereka tinggal di kota lain. Dan untuk Bang Azhar, dia adalah saudara tiriku yang pertama kali ku lihat secara langsung, yaitu sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My love story
RomanceKisah yang terispirasi dari kisah nyata yang mana kisah ini menceritakan sebuah cerita kisah cinta seorang gadis yang baru memasuki sekolah menengah atasnya di luar kota karena kakak tirinya yang meminta dirinya untuk sekolah di sana. Ibu dari gadis...