No Longer by NCT127

155 16 0
                                    

Suatu malam, Renjun. Seorang istri yang sudah menjalani mahligai rumah tangga selama dua tahun, memberanikan diri mengatakan keputusan kepada sang suami.

"Lee Jeno aku ingin kita berpisah" tegas Renjun.

"Mengapa? Apa maksudmu Injunie?" tanya Jeno, sang suami dengan terkejut.

"Aku lelah, kau tidak pernah bisa memberikan cinta yang aku inginkan".

.

.

Jeno terdiam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya, ia seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak sama sekali.
kekecewaan Renjun semakin bertambah, seorang pria yang bahkan tidak dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang bisa Renjun harapkan darinya?. Dan akhirnya Jeno bertanya.

"Apa yang dapat aku lakukan untuk merubah pikiranmu?".

Renjun menatap dalam-dalam mata Jeno dan menjawab dengan pelan.

"Aku punya pertanyaan, jika kau dapat menemukan jawabannya di dalam hati, maka aku akan merubah pikiranku".

"..."

"Lee Jeno, jika aku menyukai setangkai bunga indah yang berada di tebing gunung, akan tetapi aku dan kau, kita sama-sama tau jika kau memanjat gunung itu, kau akan mati, apa yang kau lakukan untukku?" Renjun memberi pertanyaan yang sulit untuk Jeno jawab.

Jeno termenung dan akhirnya berkata. "Aku akan memberi jawabannya besok".

Hati Renjun langsung gundah mendengar penuturan Jeno.

.

.

.

Keesokan paginya, Jeno tidak ada di rumah, dan Renjun menemukan secarik kertas dengan tulisan tangan suaminya dibawah sebuah gelas yang berisikan susu hangat.

'Sayang aku tidak akan mengambil bunga itu untuk mu, tetapi ijinkan aku untuk menjelaskan alasannya.'

Kalimat pertama itu mampu menghancurkan hati Renjun, namun Renjun tetap melanjutkan membacanya.

'Injunie, kau sering mengerjakan tugas kantormu di laptop dan kau selalu menghancurkan program-programnya, setelah itu kau menangis karena panik, namun aku selalu memberikan jari-jari ku untuk bisa membantumu dan memperbaiki programnya.

Injunie, kau suka lupa membawa kunci rumah ketika kau keluar, dan aku harus memberikan tenaga ku untuk bisa sampai rumah kita dan membukanya untukmu ketika pulang.

Injunie, kau suka berjalan-jalan ke luar kota tetpi selalu menyasar di tempat yang kamu baru kujungi, dan aku harus siap sedia agar bisa memberikan mata ku untuk mengarahkanmu melalui panggilan singkat.

Kau selalu pegal-pegal saat tamu bulananmu datang, dan aku memberikan tanganku untuk memijat kakimu yang pegal.

Injunie, kau senang diam dirumah dan aku selalu khawatir kau akan menjadi 'aneh' dan harus membelikan sesuatu yang dapat menghiburmu di rumah atau meminjamkan lidahku sekedar menceritakan segala hal-hal yang aku alami setiap harinya.

Kau selalu menatap laptop, membaca buku dengan posisi tiduran dan itu semua tidak baik untuk kesehatan matamu,

Aku 'Lee Jeno' harus menjaga mataku agar ketika kita tua nanti, aku masih dapat menolong mengguntingkan kuku mu dan mencabut ubanmu. Tangan ku akan menggenggam tanganmu, membimbingmu menelusuri pantai, menikmati matahari pagi dan pasir yang indah. Menceritakan warna-warna bunga yang bersinar dan indah seperti cantiknya wajahmu.

Tetapi Injunie, aku tidak akan mengamnbil bunga itu untuk mati. Karena aku tidak sanggup melihat air matamu mengalir menangisi kematianku.

Sayang, aku tau ada banyak orang yang bisa mencintaimu lebih dari apa yang dapat aku lakukan. Namun jika semua yang diberikan oleh tanganku, kakiku, mataku tidak juga cukup bagimu, maka aku tidak akan bisa menahan dirimu mencari tangan, kaki, dan mata lain yang dapat membahagiakanmu'.

Air mata Renjun jatu keatas secarik kertas itu dan membuat tintanya menjadi kabur, tetapi Renjun tetap berusaha untuk membacanya.

'Injunie, sayangku, kau telah membaca jawabn dariku. Jika kau puas dengan semua jawaban ini, dan tetap menginginkanku untuk tinggal di rumah ini, maka tolong bukakan pintu rumah kita, aku sedang berada didepan menunggu jawabanmu. Jika kau tidak puas sayangku, biarkan aku masuk untuk membereskan barang-barangku, dan aku tidak akan mempersulit hidupmu. Percayalah, bahagiaku bila kau bahagia'.

Renjun segera berlari membuka pintu dan melihatnya berdiri di depan pintu dengan wajah penasaran dengan tangannya yang memegang bunga kesukaan Renjun. Renjun memeluk Jeno dengan erat.

"Jeno maaf kan aku...hikss..."

"Tak apa Injunie... kau berhak mengeluh tentang diriku yang tidak sesuai dngan keinginanmu" Jeno membalas pelukan Renjun, dan menepuk kecil punggung istri tercintanya.

"Selamat ulang tahun Renjunie, aku sangat mencintai mu" ujar Jeno dan melepas pelukan mereka memberikan sebuket bunga yang indah.

"Terimakasih Jeno kau adalah suami terbaik. Aku sampai lupa kalau hari ini ulang tahunku" baik Renjun maupun Jeno mereka tertawa merdu.

Chu~

Renjun mencium bibir Jeno. Sekarang Renjun tau, tidak ada orang yang pernah mencintai dirinya lebih dari Jeno mencintainya.

"Terimakasih Jeno atas segalanya, dan maaf atas sifatku ini" ujar Renjun menyesal

"Iya sayang"

"Aku mencintaimu.. suamiku"

"Aku lebih mencintaimu...istriku"

"Ayo hari ini berkencan, merayakan hari lahir istri cantik ku"

"Baiklah, terimakasih suami ku yang tampan"

Renjun sadar, tentang pentingnya komunikasi antar pasangan. Merugi dirinya jika melepas suami yang amat mencintainya ini.

.

.

.

'itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur hilang dari hati kita karena kita merasa dia tidak dapat memberikan cinta dalam wujud yang kita inginkan, maka cinta itu sesungguhnya telah hadir dalam wujud lain yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya'.

.

.

.

Selesai



Note: cerita ini aku remake ke noren hehehe yang pertama ada di ffn aku buat pair hunhan dan saat ultahnya luhan, sekarang aku remake ke noren hehehe aku suka lelaki april 🤭 dan judulnya aku ganti ke lagunya nct 127 😁 karena lagi suka denger lagu2 galaunya nct 🤧 semoga suka 😉

No Longer | NoRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang