Happy Reading
──────⊹⊱✫⊰⊹──────
Zeyron terbangun dengan napas memburu. Dadanya naik turun, keringat dingin mengalir deras di pelipisnya. Matanya membelalak, jantungnya masih berdebar kencang.
Dia mengedarkan pandangan ke sekeliling. Kamar. Meja belajar. Buku-buku berserakan. Cahaya redup dari lampu meja masih menyala.
Hanya mimpi.
Tapi rasanya begitu nyata.
"Bangsat, gua mimpi apaan anjir? Hah... hah... m-masa gua dipenggal. Eh? Belum sempet kayaknya?!" gumamnya, masih setengah sadar. Ia meraba tengkuknya, seolah-olah masih bisa merasakan sensasi dingin dan tajam dari pedang yang hampir menebas kepalanya.
Matanya menyapu ruangan. Ia masih di meja belajarnya, kepalanya bersandar di atas tumpukan kertas catatan yang kini berantakan. Lampu kamar masih menyala, dan jam dinding menunjukkan pukul 02.30 dini hari.
"Oh shit... mimpi buruk lagi," desisnya seraya meregangkan tubuh yang terasa kaku. Otot-ototnya menjerit protes setelah dipaksa tidur dalam posisi yang tidak nyaman. Tidur sambil membungkuk begini benar-benar membuatnya merasa seperti kakek tua.
Langkahnya terarah ke dapur. Ia mengambil botol air dingin dari kulkas, lalu meneguknya hingga habis dalam beberapa kali tegukan. Rasa segar sedikit membantu menenangkan pikirannya yang masih kacau akibat mimpi tadi. Namun, kantuknya justru hilang. Kini, ia malah terjaga sepenuhnya. Dengan sedikit menghela napas, ia memutuskan untuk membuat teh chamomile, berharap itu bisa membantunya tidur kembali.
Duduk di ruang makan dengan pencahayaan yang temaram, Zeyron termenung. Secangkir teh dan beberapa camilan tersaji di hadapannya. Pikirannya mulai melayang, mengalir ke berbagai topik yang mengganggunya akhir-akhir ini. Bisnis. Apa yang harus ia pilih?
'Aku lebih tertarik ke bidang kuliner, tapi perhotelan juga menarik... Sandang atau pangan ya? Ah, sudahlah. Besok diskusi aja sama Kak Reza atau om Arhan, mereka kan senior, pasti lebih paham,' pikirnya.
Ia menghabiskan teh hangatnya dalam beberapa tegukan terakhir, kemudian membereskan camilannya. Cangkir bekas pakainya diletakkan begitu saja di wastafel. Ia terlalu lelah untuk mencucinya sekarang. Matanya mulai berat, kantuk akhirnya datang. Ini kesempatan bagus untuk kembali tidur sebelum pagi benar-benar tiba.
Pukul 08.21 pagi.
Suara ribut dari ruang tamu membangunkannya. Zeyron mengerang, mencoba mengabaikan kebisingan itu. Namun, semakin lama, suara itu semakin mengganggu ketenangannya. Dengan malas, ia akhirnya membuka mata.
"Meow~" suara lembut Asky menyambutnya. Zeyron tersenyum tipis sebelum mengangkat tubuhnya dari tempat tidur. Setelah beberapa menit mengumpulkan kesadaran, ia akhirnya beranjak mandi. Selesai dengan dirinya sendiri, ia juga memandikan Asky, lalu mengeringkan bulu lembut kucing itu dengan hairdryer.
Ketika akhirnya keluar dari kamarnya, pemandangan yang disuguhkan langsung membuat alisnya berkerut. Ruang keluarga penuh dengan orang-orang yang tampaknya tengah berdebat sengit.
"Apa-apaan kalian ini?!" bentaknya kesal.
Dari balik dapur, ibunya, Kayrani, muncul dengan ekspresi canggung. "Akhirnya bangun juga kau, Nak. Mereka sudah menunggumu sejak tadi... sayangnya lebih banyak bertengkar daripada menunggu dengan tenang. Agak... mengganggu," jelasnya.
Zeyron mendengus, berjalan menuju meja makan dengan langkah berat. "Kalau mengganggu, usir aja, Bu. Padahal aku mau tidur lebih lama sedikit lagi," gerutunya, duduk tanpa memedulikan para tamu yang masih asyik berdebat di ruang keluarga.

KAMU SEDANG MEMBACA
Posionous Boyfriend's (Sedang Revisi)
RomansaWARNING ADA BEBERAPA ADEGAN RAPE, JADI MOHON BIJAK DALAM MEMBACA BACAAN! Gilza, anak yang sangat menyedihkan. Ia terlahir sebagai anak haram dari keluarga Alteropeda. Keluarga besar di Indonesia yang sangat terkenal hingga ke penjuru dunia. Gilza te...