02 : potong poni

839 76 1
                                    

"J liat kunci mobil aku ga?"

Jennie memutar bola matanya malas akan perkataan Lisa lewat panggilan telfon, ia sudah hafal betul tabiat sang kekasih tiap pagi yang mendadak amnesia.

"Coba liat di laci nakas."

Lisa yang sudah lengkap memakai seragam sekolah tadinya mencari di lipitan - lipitan kasur lansung bergerak membuka laci nakas. Namun hasilnya nihil.

"Ga ada nih."

"Kemarin kamu terakhir kemana?"

"Nganter mama ke airport kan."

"Pake celana apa?"

"OH IYA!"

Dengan langkah seribu ia segera berlari menuju kamar mandi, ia bergerak mengambil celana kargo yang ia pakai kemarin di ranjang tumpukan pakaian kotor. Benar saja, kunci mobilnya rupanya berada di kantong celananya.

"Ehehehe.... di kantong celana aku rupanya, thanks my baby J." Lisa melangkahkan kakinya keluar. Ia mengambil ranselnya

"Kamu ini belum tua tapi udah sering pikun ish."

"Abisnya otak aku isinya mikirin kamu terus." Balasnya sembari melangkah meninggalkan kamar

"Idih bisa aja lo kang sopir!'

"Hahahaha~ gini - gini sopir pribadi kesayangan kamu nih."

"Yaudah cepetan otw ih! aku udah cantik - cantik begini tinggal nunggu kamu jemput aja nih!"

Lisa makin mempercepat langkahnya menuruni tangga lalu berjalan keluar rumah, "Iya cantikku, ini aku mau berangkat nih. Aku tutup ya telfonnya."

"Iya, kamu hati - hati bawa mobilnya."

"Gabisalah J, ga keangkat akunya kalo kamu suruh aku bawa mobil. Berat."

"Astaga maksud gue tuh lo nyetir mobil ati - ati bukan malah diangkat ye, Manoban!"

"HAHA emosian bat luw!"

"LO NYA BEGO!"

"Love you too, mwah!"

Tut.

Lisa mematikan panggilan, dengan cepat masuk kedalam mobil tesla yang sudah terparkir rapi di halaman rumah. Tanpa lama - lama, ia menghidupkan mesin lalu mulai berkendara menjemput gadisnya terlebih dahulu untuk berangkat ke sekolah bersama.

-

Begitu Jennie masuk kedalam mobil, mata Lisa berbinar cerah melihat penampilan rambut baru sang kekasih yang nampak berkali-kali lipat membuat wajah gadisnya lebih imut dengan poni tipis.

"Kenapa begitu mukanya? kayak ga pernah liat cewe cantik aja! Huh!" Kata Jennie sombong sembari mengibaskan rambutnya, aslinya ia salah tingkah ditatap seperti itu oleh sang kekasih.

"Iya soalnya yang cantik cuma kamu doang! Aaaaa kamu makin cantik pake poniii~"

Lisa cepat - cepat melepas seatbeltnya lalu dengan gemas menciumi seluruh wajah Jennie sampai yang dicium terkikik geli.

Cup!

Cup!

Cup!

"Kkkk~ udah ih! muka aku penuh liur kamu semua ewh!"

"Apasih babe kok gitu banget?" Lisa memasang tampang puppy facenya

"Dih salty? orang biasa bercanda juga."

"Tapi kan aku ga lagi bercanda? Lagian kita juga sering ciuman otomatis tukeran liur-aduh!"

Jennie mencubit sebal perut Lisa guna menghentikan kalimatnya yang blak - blakan. Sementara sang empu menenggelamkan wajah di ceruk lehernya seraya merengek sakit.

"Sakit baby~"

"Makanya mulutnya dijaga!"

"Lho kan-"

"Kamu nyalahin aku?"

"Iya - iya aku yang salah~ huft!"

Lisa mengangkat kepalanya, sambil menatap wajah cantik sang kekasih, "Kalo tiap hari makin cantik begini makin banyak deh yang suka sama kamu~"

"Terus?"

"Ya makin cemburu lah~"

"Ngapain cemburu? itu kan hak mereka mau suka sama aku apa engga. Yang penting aku sukanya sama kamu."

Senyum Lisa melebar bak orang gila lengkap dengan pipinya bersemu merah. "Duh bisa banget buat aku salting."

"Iyalah, gue gitu lho! udah ah, ayo buruan berangkat nanti telat~"

"Bentar."

"Kenapa-ya! ngghh~ ah!"

Mata kucing Jennie membulat terkejut karena Lisa mengendus perpotongan lehernya. Sedetik kemudian ia melenguh karena sang kekasih bermain - main disana ; mengecup, menjilat sampai menyesap lehernya.

Jennie berusaha menjauh, mendorong bahu Lisa namun tenaga kekasihnya berkali-kali lipat lebih kuat.

"Aw! Nghhh~"

Sang kekasih menggigit lehernya sebagai ungkapan jika tidak suka ditolak, ia akhirnya pasrah membiarkan Lisa memberinya tanda cinta di lehernya.

Lisa baru mengangkat kepalanya setelah puas membuat tiga cupang yang berada di leher cantik gadisnya. Ia tersenyum bangga sementara wajah Jennie sudah memerah bak tomat. "Done, hehe. Walaupun kamu sukanya sama aku, tetep aja aku masih cemburu. Jadi mereka yang suka sama kamu harus terus dikasih tanda buat mundur karena kamu udah punya aku."

"Kamu mah gitu! aku malu nanti kalo ini diliat temen - temenku apalagi guru~ aku tutupin pake conselar ya?"

"Gaboleh ditutupin. Kenapa malu? kayak mereka ga pernah aja."

"Tapi-"

"Jennie Ruby Jane."

"Iya - iya hon! Ih jangan galak gituuu~" Rengek Jennie mau menurut karena Lisa memanggil nama lengkapnya dengan raut wajah dingin.

Cup!

Jennie mengecup bibir Lisa lalu dengan sebal mengigit bibir bawah sang kekasih yang masih memasang tampang dingin.

"Udah ih! Kan aku udah nurut~"

"Good, baby girl."

Lisa kembali tersenyum, ia memakai seatbelt Jennie lebih dulu baru dirinya sendiri. Setelah itu ia mulai fokus berkendara menuju sekolah.

"Huft! Kalo bakal gini ceritanya mending kemarin gue gausah potong poni!" Cemberutnya berkata dalam hati.

-She's a Gentleman-

Lengkapnya di Mini Ebook.

Rp. 15.000.-

Whatsapp 0882-9314-8263 for order/beli

She's a Gentleman [ Mini Ebook ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang