1

326 37 14
                                    

"Dari yang gue dengar, Shun dibayar lima puluh juta untuk dibawa Gill ke acara ini."

"Lima puluh juta untuk duduk, makan dan tersenyum? I'll start questioning my job right know."

Seperti acara-acara sebelumnya yang Jay hadiri, alih-alih terkesima dengan kemeriahan acara serta tuan rumah yang sedang memberikan sambutannya di mimbar, orang-orang lebih tertarik membicarakan seseorang yang selama ini mencuri rasa penasarannya. Sejak pertama kali sang ayah meminta Jay datang untuk mewakili dirinya, belum sekalipun Jay bertemu dengan orang yang asik dibicarakan oleh sang sepupu dan dua temannya yang lain.

Bahkan dari posisinya sekarang, Jay bisa mendengar percakapan beberapa pengusaha muda di meja sebelah yang membahas bagaimana berkesannya menjadi teman kencan seorang Shun. Salah seorang dari mereka bahkan menyebut jika ia berani mengeluarkan ratusan juta untuk bisa tidur dengan Shun. Sudut bibir Jay berkedut saat mendengarnya. Lucu. Pikirnya, tidur dengan seorang lelaki panggilan bukan seseuatu yang bisa dia banggakan.

"Gue penasaran," ucap Mikhail membuat Jay menaikkan alisnya. "What is it about?" tanya Jay.

"Yaa .. soal Shun," jawab Mikhail.

"Apa yang bikin lo penasaran sama dia?"

"I mean..this is Shun. The most beautiful man in the city. The most wanted person in this society?"

"Gue gak ngeliat kenapa orang-orang sebegitu tertariknya." Jay menyentuh gelas whiskeynya tanpa berniat meminum isinya. Jarinya berputar perlahan di atas pinggiran gelas.

"He's not like a regular prostitute, dia gak menerima klien dengan sembarangan. Jadi meskipun lo punya duit dan kekuasaan, kalau dia merasa gak cocok or gak suka sama lo, ya gak akan ada kesepakatan," ujar Maximillian sang sepupu tanpa ragu, seolah dia mengenal sosok Shun ini. Jay menyipitkan kedua matanya saat menatap Max. "Are you perhaps?"

"No, no, no," Maximillian dengan cepat menyangkal pertanyaan yang dilontarkan Jay. "Duh. I don't have the gut. Also Pap will be furious once he heard," lanjutnya yang mendapat gelakan tawa dari Jay, Jordan, serta Mikhail.

Menyalakan rokoknya, Jay kemudian berpikir soal Shun yang ternyata bukan seperti lelaki panggilan pada umumnya. Rasa penasarannya semakin besar melihat sepupu bahkan temannya secara langsung menunjukan ketertarikan dengan pria itu. What makes him different? He's dying to know.

"Try it. I'll give you the money." Jay akhirnya berujar sambil mengetuk pelan rokoknya, membiarkan abunya jatuh ke atas asbak sebelum kembali mengisap batang penuh nikotin di jemarinya. Mengkontemplasikan sebuah rencana agar rasa penasarannya terbayar tuntas. Alhasil, ketiga pasang mata disana serentak mengarah padanya.

"Oh, lo mulai tertarik ya?" goda Mikhail.

"Bless him, gue pikir dia gak akan tertarik sama sekali dengan manusia." Jordan betul. Jarang sekali Jay merasa bergitu tertarik dengan seseorang selain mereka yang ada di lingkaran pertemanannya. People are an uncertainty.

"Why don't you try it by yourself, brother?" Sekarang giliran Maximillian yang bertanya. Jay berdeham sebelum mengalihkan pembicaraan, "Mikey, lo mau atau harus gue tarik lagi tawaran gue?" Selain tidak memiliki jawaban atas pertanyaan sang sepupu, Jay juga merasa ia tidak perlu menjawabnya.

"Sebelum ini lebih jauh, gue peringatkan sekali lagi kalau Shun gak menerima tawaran kencan sembarangan," kata Max dengan serius.

"Maxie, berarti lo nggak mengenal gue dengan baik," ujar Mikhail jumawa.

Max memutar matanya lalu bergumam, "I'm trying to remind you 'kay? Jangan salahin gue kalau lo ditolak sama Shun."

Jay baru akan menyambung obrolan mereka ketika tamu undangan di dalam ballroom mulai ribut dengan kedatangan Gillian Ash. Pengusaha muda itu datang bersama seseorang yang menggandeng tangannya. Seseorang itu berambut perak hampir putih, dengan setelan jas yang melekat di tubuhnya membuat pria itu nampak keluar dari sebuah buku dongeng. Bagaimana bibirnya membentuk senyuman setiap kali Gill mengenalkannya pada seseorang membuat semua yang melihatnya menyerukan kata yang sama. Menawan. Tangannya yang mengalung di lengan Gill menjadi bukti bahwa apa yang Max sampaikan sebelumnya memang benar.

Gillian Ash mengeluarkan lima puluh juta hanya untuk memamerkan Shun di banquet malam ini.

Jay menahan senyumnya saat melihat dua temannya bersama sang sepupu belum memalingkan wajah mereka dari pria itu. Setelah melihat Shun dengan mata kepalanya sendiri, Jay mengakui kalau Shun memang menarik. Pria berambut perak itu mempunyai aura yang membuat setiap orang ingin mendekat dengannya dan membuka kotak pandora yang selama ini tertutup rapat-rapat. Tapi sekali lagi. Shun tidak tersentuh. Mungkin dia bersedia dibayar untuk berkencan, menjadi teman tidur, atau apapun yang diinginkan oleh kliennya. Tapi tidak jika siapapun mulai mencoba untuk mengenalnya lebih dalam.

Mengikuti ketiganya, Jay mengikuti pergerakan Shun sampai pria itu dan juga kliennya duduk tepat di meja yang berseberangan dengan mejanya. Bagaimana pria itu bergerak dan bersikap sama sekali tak menunjukan kegugupan atau rasa canggung dengan sekitarnya. Shun bergerak dengan tenang dan indah, ia menjalankan perannya dengan sangat baik. Jay mengamati bagaimana pria itu tertawa saat Gill membisikkan sesuatu ke telinganya. Mereka tampak berbagi humor yang sama. Atau begitulah yang terlihat.

Jay tidak habis pikir bagaimana Gill bisa terlihat begitu bangga membawa Shun seperti sebuah piala bergilir. Semua orang tahu Shun adalah pria panggilan yang ia bayar. Perbedaannya adalah, Shun is not a regular prostitute.

Tenggelam dalam pikirannya soal Shun, tak sengaja pandangan Jay bertemu dengan oknum yang memenuhi otaknya malam ini. Membuat pandangan ketiga pendampingnya otomatis kembali ke posisi masing-masing.

"Damn!" Max menggerutu menutupi kegugupannya.

"Gue gak tahu orang bisa kelihatan cantik dan ganteng bersamaan." Sementara Jordan masih belum selesai dengan rasa terkesimanya.

"I'm in, Jay."

Jay menaikkan sudut bibirnya puas saat mendengar jawaban Mikhail.

"Deal. Minggu depan bakal ada auction, and I expected you to come with him."

Mikhail mengangguk sebelum menopang dagunya dengan tangan. "Ngeliat gimana dia dari dekat, gue jadi kepikiran omongan Maxie."

"Kalau lo mundur, gue maju," ujar Jordan sesaat lalu menyesap wine-nya.

"I want to join you guys," gumam Max dengan cemberut sehingga membuat ketiganya terkekeh.

"You are very welcomed, Maxie. Siapapun yang bisa bawa dia minggu depan gue bakal kasih double. Berapapun yang dia minta sebagai bayaran, gue akan kasih dua kali lipat ke lo."

Ketiga lawan bicaranya menyambut dengan baik apa yang Jay tawarkan kepada mereka. Sementara Jay akan menunggu dengan manis sampai salah satu dari mereka berhasil membawa Shun ke acara minggu depan.

"And I'll make it triple if you manage to sleep with him."

Dan ketiganya tak mungkin bisa berkata tidak untuk kali ini.





an: kalau ada yang ngerasa part ini berubah itu karna lagi aku editin :D

gak ada alasan khusus untuk ngedit, pure karna pengen lebih tertata aja

tapi sekali lagi tlg jangan berharap banyak sama mini project ini hahaha

see ya!

Unfortunate FortuneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang