Tipum sedang menikmati cutinya karena ia baru saja menyelesaikan proyek besar. Dia bukan CEO yang tega memaksa timnya untuk terus bekerja setelah baru saja kelar mengejar deadline. Perusahaannya bukanlah perusahaan besar seperti milik Tewan, tapi cukup ternama untuk diajak kerja sama dengan perusahaan-perusahaan ternama di luar sana. Tadinya Tewan memaksa agar semua pekerjaan dilimpahkan pada dirinya supaya Tipum tidak kewalahan, tapi Tipum justru ngamuk mengira Tewan mau mengakuisi miliknya. Kira-kira begini.
"Eh, lu mau rebut perusahaan gue ya!?"
"Astaga Pum, lu lu. Sembarangan."
"Peduli setan. Ngaku lu. Tipu muslihat."
"Seriusan, Tipum. Aku cuma nggak mau kamu capek. Karyawan kamu sedikit dan semua-semua kamu tanggung sendiri jadinya. Aku nggak suka ya liat kamu kelelahan. Aku bisa handle, trus kamu santai-santai aja."
"Alaaah."
Dari tampilannya, terlihat betul Tewan sudah frustrasi. Rambut mencuat ke mana-mana, baju berantakan compang-camping, raut yang jelas meraung frustrasi.
"Kemarin, lho. Kamu masuk UGD gara-gara apa!? Gerd! Kamu terlalu fokus ngejar proyek."
Iya sih ... "Pokoknya!" Tipum tidak berkata menggunakan kalimat utuh, tapi langsung mundur dari arena berdebat mereka.
Akhirnya tidak ada perubahan apa pun. Tipum masih ambil kendali atas perusahaan, Tewan juga sibuk dengan perusahaannya. Duo pebisnis ribet intinya.
Drrt drrt
"Sanjaya?" Layar handphonenya memajang nama sekretaris Tewan yang berusaha melakukan panggilan. "Ada apa, Jay?"
"Maaf Pak Nui, saya mau mengabarkan kalau Bapak Teya baru saja masuk UGD."
"UGD!?"
"Iya, Pak. Beliau hampir pingsan tadi saat acara."
"Oke, Jay. Kamu kirimkan tempat Te dirawat, ya. Thanks." Ia menghembuskan napas berat. "Owalah Tewan pake acara tumbang segala."
Ia jadi tidak libur karena harus mengurus bayi besarnya yang dulu ngotot mau manage dua perusahaan.
"Yaang, sakit. Kok kamunya cemberut."
"Alah gausah lenjeh, Te. Kebanyakan gaya jadi gini."
"Kamu kok gituuu. Jahatnya."
"Gue kasih racun beneran di infus lu." Tewan cemberut karena Tipum yang menggunakan lu-gue. "Hhaah ..." Sejujurnya Tipum hanya khawatir. "Kamu harus bisa ngukur kemampuanmu, Te. Bukannya apa. Kalau kamu jatuh sakit gini, siapa yang ngrasain sakit? Bukan kamu sendiri tentunya."
Tewan mulai merenungi kata-kata sang kekasih. Ia tahu, tapi mungkin ini hari sialnya.
"Jawab, Teya." Tipum dengan dinginnya memojokkan cowoknya. Bukan maksud buruk kok.
"I–iya," cicit Tewan.
Seram betul Tipum bila sudah menggunakan nama "Teya". Jika Tewan termasuk orang yang bodo amat cenderung ceroboh, Tipum adalah bodo amat yang nekat. Ia akan melakukan hal-hal sesuai dengan ucapannya. Jika orang lain mengatakan suatu hal hanya sebagai gertakan, beda dengan Tipum. Apa itu gertakan? Ia akan benar-benar melakukannya jika lawannya tidak kooperatif. Tidak heran jika Tewan takut dengan kekasihnya.
"Pasti kamu sembarangan makan, gak banyak minum air putih, vitamin juga lupa-lupaan." Bibir Tewan semakin manyun.
"Lupa." Tipum sudah bersiap memukul pasien yang terbaring di ranjang rumah sakit itu. "Aarrgh!" Tapi tidak mungkin ia lakukan.
"Maaf ya aku sibuk akhir-akhir ini."
Tipum mendekatkan diri pada pasien tersebut. Kalian Tewan diam saja terlebih ketika Tipum mengusap-usap rambutnya. Jarang sekali ia dapat perlakuan romantis seperti ini dari Tipum. Lama-lama ia akan nglunjak, tunggu saja.
"Mau peluk."
"Heleh." Tipum menoyor dahi itu. "Peluk-peluk. Lama-lama minta yang lain."
"Biar, orang sakit mah bebas."
"Kaya orang sekarat aja ya, kamu. Pengen makan sesuatu nggak?" Tewan menggeleng saja.
Tipum mengeluarkan tas bawaannya. Ia sempat mampir untuk membeli makanan karena menduga Tewan belum kemasukan makanan yang cukup..Tapi ternyata lelaki itu menolak, ya sudah Tipum pun tak protes.
"Kok aku nggak dikasih?" protes Tewan yang sejak tadi memerhatikan gerak-gerik Tipum.
"Tadi bilangnya nggak mau?"
"Tapi—" Tapi semua makanan yang Tipum bawa adalah kesukaan Tewan. Ia dengan mudah goyah melihat berbagai macam makanan itu.
"Bercanda, sayang. Ini semua emang buat kamu." Bisa apa Tewan kalau diperlakukan seperti ini.
Bagai melayang ke langit ketujuh, ia salah tingkah. Meskipun sudah bertahun-tahun bersama, Tewan juga terheran dengan dirinya sendiri. Ia masih saja sering salting terhadap Tipum. Dan tampaknya tak akan berubah untuk bertahun-tahun ke depan.
End
KAMU SEDANG MEMBACA
Beribu Alasan (TayNew) kumpulan oneshot
FanfictionNui Tinepum dan Teya Tanawan Daily Tipum dan Tewan sebagai sepasang kekasih yang sudah saling kenal selama sepuluh tahun.