Tank 127 berjalan menuju markas sementara, setelah peperangan yang getir yang hanya menyisakan satu tank mereka berserta keempat kru atau awak tank tersebut.
Frederick turun dari tank nya dan langsung disambut oleh ketiga laki-laki dengan seragam yang sama.
"Ku kira kau sudah mati" Ucapnya sambil menyalami Frederick
"Sesama iblis bukannya harus saling menjaga, senang akhirnya bisa bertemu kembali dengan mu Dwight" Balas Frederick menerima uluran tangan tersebut.
Frederick juga menyalami dua laki-laki yang ada disamping Dwight. "Senang kau bisa kembali bergabung bersama kami" Ucap laki-laki itu
"Bagaimana dengan pasukan Boris dan Liam?" Tanya Frederick
"Semuanya baik-baik saja" Jawab Dwight.
"Bagus"
Yohanes, Jorgent dan Martin kini tengah mengeluarkan mayat Theo yang sudah kaku, dibantu dengan tentara lainnya.
Begitu berat bagi mereka melepas kepergian Theo, bertahun-tahun mereka menjadi kru yang saling melengkapi. Walau sebenarnya standar jumlah kru dari tank terdiri empat orang, namun untuk tank mereka terdiri dari lima orang, yaitu Theo sebagai asisten kemudi Jorgent.
Kini mayat Theo pun dibaringkan diatas tandu, sebelum mayat Theo benar-benar dibawa. Martin, Jorgent dan Yohanes tak hentinya memperhatikan Theo. Sampai akhirnya mayat Theo benar-benar dibawa pergi dari situ.
Yohanes menghela nafas. "Martin, apakah mereka benar-benar akan membawa Theo pulang?"
"Aku tidak tahu, tapi semoga saja" Jawabnya datar.
Setelah cukup lama Frederick mengobrol dengan Dwight dan lainnya, Frederick menghampiri ketiga krunya tersebut.
"Sekarang kita punya pekerjaan. Yohanes, siapkan amunisi dan perbekalan. Jorgent, air dan bahan bakar. Dan kalian makanlah dan perbaiki semua masalah mekanik" Ucap Frederick yang kemudian berlenggang begitu saja meninggalkan mereka
"Hey kau mau kemana?" Tanya Martin
Namun Frederick tak mengubris pertanyaan tersebut ia tetap berjalan menjauhi mereka. Frederick berjalan mencari tempat sepi, ia mengeluarkan sebatang rokok dan menghisapnya, tiba-tiba ia memegang dadanya yang terasa begitu sesak, air matanya sudah menumpuk di pelupuk matanya. Ia beberapa kali mengambil nafas dengan cepat menahan sesaknya.
Frederick juga manusia biasa, ia laki-laki normal yang bisa menangis. Bukan hanya anak buahnya saja yang sakit kehilangan Theo, tetapi ia juga, ia hanya pandai berpura-pura kuat didepan yang lain, agar anak buah krunya bisa tegar dan tak tampak lemah.
Frederick membuang rokoknya yang masih terlihat setengahnya, kemudian ia mematikannya dengan menginjak kasar, ia mengambil nafas panjang dan menghapus air matanya yang sudah hampir tumpah. Ia berusaha menormalkan wajahnya dan segera berjalan kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
GADIS PRIBUMI | KARINA
Historical FictionKisah Berlatar tahun 1942 masa peralihan kekuasaan Hindia Belanda dari Belanda ke Jepang. Cast NCT~AESPA