"Tadi kau bilang kau mau jadi apa?"
Pria itu menoleh padanya.
"Sutradara." Wanita itu tertawa kecil. "Lucu bukan?"
Sebelah alis pria itu terangkat heran. "Lucu?"
"Ya," lagi lagi wanita itu tertawa kecil. "Maksudku, untuk orang sepertiku. Aku tidak bisa sekolah design ataupun seni. Seni hanya untuk orang kaya."
Ya, itu yang diyakini Elaine Jones. Gadis yang sepertinya tidak akan pernah bisa pergi ke sekolah desain, maupun seni. Hanya orang ber-ada saja yang bisa membayar biaya kuliahnya.
Apakah ia pesimis? tidak juga.
Kenyataan yang menghantamnya dengan keras.
Bahwa kau tidak selalu dapat melakukan apa yang kau senangi.
Hidup seperti itu hanya untuk orang kaya. Tidak seperti dirinya.
"Kita harus bertahan hidup.." Wanita itu tampak melamun. "Dengan cara apapun juga. Benar, kan?"
Pria itu bergeming. Ya, dia hanya terdiam dari tadi.
Benar. Ia bisa merasakan ada kemarahan di balik perkataan yang tampak pesimis itu.
Kemarahan akan hidup.
Hidup yang tidak di inginkannya.
"Terkadang, aku seperti membutuhkan seseorang yang akan mengatakan kepadaku bahwa semuanya akan baik-baik saja. Bahkan jika aku tidak hidup dengan gairah." Ucap wanita itu sekali lagi.
"Benar." Sahut pria itu beberapa menit setelahnya.
"Hm?" Wanita itu menoleh cukup heran.
"Benar," ucap pria itu lagi. "Kau akan baik-baik saja. bahkan, jika kau tidak hidup dengan gairah."
Seulas senyuman tersungging di bibir wanita itu. "Terima kasih."
"Bukan masalah." Sahut pria itu cepat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Icaria: A Short Story for Your Twenties
RomanceTeruntuk setiap seripihan hatinya, ada sebuah cerita yang perlu ia dengar. Icaria melihat tubuh mungilnya kembali setelah lamunannya memudar perlahan. Tak begitu mengerti apa yang ia rasakan. Namun, yang ia tahu dengan benar, ia tidak mau mati lagi...