Pada hari Jumat mereka semua dikumpulkan di lapangan untuk menyaksikan pertandingan antara kelas XII-1 dan XII-2. Pertandingan final tersebut adalah agenda kerja OSIS untuk menciptakan solidaritas antara kelas, tapi yang terjadi malah kericuhan. Masing-masing pendukung saling berteriak, menyoraki kekurangan masing-masing yang pada akhirnya justru menimbulkan keributan.
Arden adalah bintang utama dalam pertandingan pagi itu. Di sisi lain Joye adalah kebanggaan kelas XII-2. Arden sendiri tidak pernah bertengkar langsung dengan Joye. Mereka hanya saling tatap dan berkomentar dalam diam. Bagi Arden, Joye lah yang duluan membencinya. Tatapan laki-laki itu selalu tidak enak kepadanya. Entah, karena cewek incaran Joye menyukainya atau Arden yang selalu melangkahi kesuksesan Joye. Laki-laki itu pokoknya tidak menyukai Arden.
Dalam olahraga, Joye luar biasa hebat. Entah futsal ataupun voli. Adapun Arden hanya menumpang kemenangan dengan adanya Jasmir dan Dave. Arden paling-paling hanya berpatisipasi sekali atau dua kali menciptakan goal. Namun untuk masalah voting Arden-lah peletnya.
Tidak ada yang berani mengatakan bahwa Arden hanya sekedar pajangan dalam tim olahraga manapun, tapi Joye mengatakannya di toilet ketika Arden tidak sengaja mencuri dengar. Karenanya Arden juga tidak menyukai Joye. Laki-laki itu terlalu bagus dalam olahraga dan sombong. Padahal menurut Arden dia yang bisa mempengaruhi orang-orang lebih luar biasa.
Sekarang Joye sudah berada di seberang lapangan. Berkumpul dengan teman-temannya dalam bentuk lingkaran selagi Arden terlepas dari kumpulannya sendiri. Arden mencari-cari Aya. Perempuan itu menyelinap di antara keramaian, ditarik-tarik oleh Rosetta, sehingga Arden curiga kalau Aya tidak akan hadir jika tidak dipaksa.
"AY, TITIP HP!" Jasmir berteriak dari sebelahnya, tapi suaranya sampai kepada Aya.
"Woi, hp gue sekalian," seru Dave. Ujung-ujungnya Arden juga ikutan, padahal dia bisa saja meminta Sandra yang ada di dekatnya untuk menyimpan hp-nya seperti biasa.
"Tuan Puteri, kenapa?"
"Mau pulang."
"Jangan, pangerannya baru aja mau bertanding."
"Panas," keluh Aya. Tahu-tahu Yuda memakaikan topinya kepada Aya. Topi hitam yang sering Arden lihat Yuda bawa kemana-mana.
"Nitip topi."
"Wihh, apaan, nih?" heran Dave.
Arden menarik dagu Aya sehingga perempuan itu menatapnya lagi. "Nanti gue traktir es krim."
"Oke." Aya meraih HP Arden dan meletakkannya di pangkuan.
"Lucky charm." Arden mengeluarkan skrunchie Aya dan memakainya. "Nanti gue balikin."
Arden cukup cerdas dengan meminta skrunchie Aya. Perempuan itu jadi terus memperhatikannya. Arden sengaja melempar senyum atau melambai. Membiarkan semua orang tahu bahwa ia senang berinteraksi dengan Aya.
Pada menit ketiga puluh Arden mendapatkan dorongan keras dari Joye sehingga terjatuh. Lututnya tergores oleh pasir-pasir kasar, tapi tidak mengeluarkan banyak darah. Sandra sempat mengeluh karenanya sehingga Arden paham mengapa Joye marah. Pastilah cemburu, karena Sandra memperhatikannya tanpa lelah.
Aya malah menurunkan topinya lebih jauh. Ia sedang membaca buku, sementara Mira mengarahkan kipas ke wajahnya sendiri yang penuh peluh. Segalanya bertepatan dengan bunyi peluit panjang yang menandakan istirahat.
"Adek lo keren," ujar Yuda sambil mengalihkan sebotol air mineral.
"Aya cuma suka cerita lo. Enggak usah ngarep!" cecar Dave.
"Udah punya pacar belum, sih?" Yuda bertanya lagi.
"Udah."
"Serius?"

KAMU SEDANG MEMBACA
RED | Step Sister [END]
Roman d'amourArden itu paling ganteng se-SMA Tanjuaya. Tumbuh dengan kepercayaan bahwa semua cewek menyukainya membuat Arden menjadi cowok yang gampang mematahkan hati perempuan. Sekarang targetnya adalah Gaia atau yang biasa disapa Aya. Adik tirinya sendiri ya...